You Are My Soft Spot - Bab 266 Adik Keempat, Bagaimana Kalau Kita Menjadi Sepasang (3)

“Jangan, aku masih lurus, kamu jangan membelokkan aku.” Taylor Shen satu wajah menolak, melihat Dia bahkan candaan seperti ini juga bisa dikatakan, bisa dilihat benar telah menusuk Stella Han dengan tidak ringan.

Huft, satu dua wanita di sisi mereka ini, semuanya merepotkan.

Sekalipun merepotkan, mereka juga sudah pasti menginginka. Kegagalan ini, terjatuh sudah tidak bisa bangkit, tapi malah masih rela terjatuh.

Satu malam ini, dua saudara menderita, kamu segelas aku segelas, minum sampai bahagia, sementara menekan luka dan kesedihan di dalam hati, hanya memedulikan malam ini ada bir malam ini mabuk.

……

Vero He dengan putus asa kembali ke kamar, Evelyn sedang duduk di atas kasur, sepasang mata hitam seperti berlian terus menatapnya, Dia masuk ke kamar mandi, mencuci kaki, lalu duduk di atas kasur, menghibur Evelyn tidur.

Tidak bisa menghubungi Stella, anak ini bagaimana dilihat bagaimana kasihan.

Evelyn berbaring di atas kasur, melihat atap tenda merah muda, menanyakan Vero He, “Tante Vero, besok aku sudah bisa bertemu dengan mamakah?”

“En, Evelyn besok sudah bisa bertemu dengan mama, tidak pagi lagi, tidurlah.” Vero He merapikan selimut untuknya, melihat Dia dengan patuh memejamkan mata, Dia mengulurkan tangan dengan pelan mengelus kepalanya.

Tidak begitu lama, di dalam kamar datang suara nafas yang stabil, Vero He bersandar di kepala kasur, malah tidak ada rasa kantuk. Teringat kedinginan Taylor Shen malam tadi, dalam hatinya sedih.

Belakangan telah terjadi begitu banyak begitu banyak hal, yang mengelilingi di sampingnya adalah kematian, di bawah tekanan ini, Dia sudah tidak bisa membedakan, sebenarnya apa yang bisa dipercaya, apa yang tidak bisa dipercaya.

Handphonenya berdering bunyi bip pendek, Dia seketika menegakkan tubuh, mengambil handphone yang diletakkan di atas rak atas kasur, dengan cepat membuka, di dalam ada sebuah pesan belum dibaca, Dia segera membuka.

Di dalam handphone tiba-tiba berbunyi tema lagu The Phantom Of The Opera, di tengah malam terlihat sangat mengejutkan. Dia segera mengulurkan tangan mematikan, malah bagaimana juga tidak bisa dimatikan. Dia seperti menggenggam sebuah kentang panas, segera membuangnya, tapi musik terus berbunyi.

Dia menutup telinga, seperti telah mendapakan ketakutan yang sangat besar, meringkuk di kasur, “Jangan bunyi lagi, mohon padamu jangan bunyi lagi.”

James He lewat diluar pintu, mendengar dari dalam datang suara ketakutan Vero He, sedikit tidak jelas masih ada suara musik yang aneh, Dia segera mendorong pintu masuk. Dia melangkah cepat beberapa langkah, datang ke dalam kamar, melewati tirai manik-manik kristal berwarna merah muda, Dia melihat wanita yang meringkuk di tempat tidur, raut wajahnya pucat, tidak berhenti bergetar, Dia segera berjalan datang, mengulurkan tangan memeluknya, “Vero, kamu kenapa? Jangan takut, ada kakak disini.”

Vero He meringkuk ke dalam pelukannya, Dia menunjuk handphone di atas lantai, “Musik, aku tidak bisa mematikan, aku takut.”

James He melihat handphone yang terbaring di atas lantai, sebuah musik berhenti diputar, tidak lagi mengeluarkan gerakan apapun. Dia merangkulnya, dengan lembut menenangkan, “Tidak berbunyi lagi, jangan takut.”

Seluruh tubuh Vero He gemetar, dengan ketakutan menatap handphone di lantai, James He melepaskannya, mengutip handphone, memerika tampilan pemutaran tadi. Dia menekan putar kembali, suara musih kembali berbunyi, tampilan hitam tidak ada gambar apapun.

Tapi Vero He sepertinya cukup takut dengan musik ini, meringkuk di dalam sudut terus berteriak memintanya mematikan. Dia mengerutkan kening, berkata: “Hanya sebuah lagu, tidak apa-apa, Vero, jangan takut!”

Vero He mengelengkan kepala, “Waktu itu orang yang menelepon aku itu, disana memutarkan musik ini, lalu mengirmkan sebuah gambar menakutkan, kakak, ini bukan teror biasa, begitu aku mendengar musik ini, lalu merasa ada sebuah tekanan yang tidak berwujud muncul, kepala sangat sakit.”

James He mengerutkan kening, melihat wajah kecilnya yang karena terkejut menjadi pucat, Dia segera mematikan, tapi handphone seperti telah terkena virus, tidak bisa ditutup. Keningnya mengerut lebih erat, “Vero, kamu tidur dahulu, aku ambil handphone dipelajari sebentar, seharusnya adalah virus.”

Selesai mengatakan, Dia dengan langkah besar keluar kamar tidur, suara musik semakin menjauh, Dia tidak bisa mendengar lagi, rasa sesak di dada lenyap, kepala juga tidak sakit lagi. Dia dengan berkeringat bersandar di atas bantal, Dia kenapa bisa memiliki reaksi sebesar ini pada musik ini?

James He menggenggam handphone kembali ke ruang buku, Dia mengangkat telepon, dengan cepat menelepon sebuah telepon, nada bicara berat berkata: “Erin, kamu datang ke ruang buku sebentar.”

Erin tidur tidak begitu jelas, mendengar suara James He seketika menjadi sadar, Dia mengerutkan alis, berkata: “Sudah semalam ini, ada hal besok baru dikatakan lagi.”

“Benar tidak ingin aku turun memintamu datang?”James He saat ini tidak memiliki perasaan omong kosong dengannya.

Erin menutup bibirnya, memutuskan telepon, membuka selimut turun, menundukkan kepala melihat baju tidur sutra yang Dia pakai, naik seperti ini, pria yang dipenuhi pikiran jahat itu, masih tidak tahu akan bagaimana berpikir, Dia segera mengganti sebuah baju yang tertutup, masih sengaja memakai sebuah celana jeans berikat, baru keluar naik ke atas.

Sampai diluar ruang buku, Dia mengangkat tangan mengetuk pintu, mendengar dari dalam datang suara pria yang dingin, Dia mendorong pintu masuk. Di dalam kamar diputar musik, bukan musik pelan seperti itu, di tengah malam seperti ini, menunjukkan sedikit keanehan yang tidak dapat diutarakan.

Dia segera teringat, itu adalah lagu tema The Phantom Of The Opera, James He melihatnya masuk, melemparkan handphone kepadanya, berkata: “Kamu coba lihat.”

Erin untuk sementara melupakan pria di hadapan ini sangat memiliki sifat agresif, Dia berjalan ke samping meja, mengambil handphone, musik diputar sampai akhir, gambar hitam di dalam handphone tiba-tiba meledak, lalu satu layar warna darah, Dia dengan tidak mewaspadai terkejut sesaat.

“Ini mainan apa?” Erin dibuat terkejut hampir membuang handphone.

Sekalipun sifatnya kuat, tapi sampai akhir adalah wanita, juga ada sedikit rasa takut milik wanita.

James He mengangkat mata melihatnya, mata hitam dalam tidak berdasar, “Takut?”

Erin takut direndahkan olehnya, bersikeras berkata: “Siapa, siapa yang takut, hanya tiba-tiba dibuat terkejut saja, kamu tengah malam memanggil aku naik, hanya membiarkan aku melihat ini? Kamu benar tidak terlalu santai?”

James He seperti tersenyum seperti tidak melihatnya, asalkan saat Dia ketakutan, perkataannya pasti sangat banyak, “Takut yah takut, apa yang perlu dipaksakan, aku juga tidak akan menertawakanmu.”

“Matamu yang mana melihat aku takut?” Erin merasa perkataannya ini, sedang memandang rendahnya, Dia baru tidak bersedia menunjukkan tampilan ketakutan di hadapannya.

James He juga tidak bersaing dengannya, mereka sejak kecil tumbuh besar bersama, bagaimana bisa tidka mengerti sifatnya yang sudah memaksa kuat? “Ini dikirimkan kepada Vero He, aku tadi telah mempelajari sesaat, mencari nomor ini di internet sesaat, adalah sebuah akun yang tidak beroperasi.”

Perhatian Erin semuanya diletakkan di perkataan James He, “Ini digunakan untuk menakuti nona Vero?”

“Masih tidak termasuk bodoh.”

“Aku sejak kapan bodoh?” Erin tidak puas berkata.

“Benar, hacker melalui akun palsu di internet mengirimkan pesan kepada Vero, bukan ingin mencuri data di dalam handphonenya, melainkan demi menakuti dirinya. Vero mengatakan, waktu itu ada orang meneleponnya, juga memutarkan musik ini. Dan Dia mendengar musik ini bisa ketakutan, mengartikan ini bukan teror yang biasa.” Ekspresi James He memberat berkata, orang seperti apa harus menggunakan cara seperti ini menakuti Vero, lalu ingin mencapai tujuan apa?

Erin mengerutkan kening merenungkan, “Ini bukan kebetulan, lawan seharusnya mengetahui nona Vero takut pada musik ini, baru bisa terus menerus menggunakan musik ini untuk merangsangnya, tapi musik ini mengartikan apa?”

“Musuh menggunakan musik ini untuk merangsang Vero, pasti ada maksud yang khusus, mungkin kita seharusnya mempelajari sesaat cerita The Phantom Of The Opera, mungkin lalu bisa mengetahui lawan ingin berbuat apa.” James He sambil mengatakan, sambil sepuluh jari mengetik di atas keyboard.

Erin berdiri di samping, melihat pria di hadapan ini, tidak diragukan, dirinya telah memiliki begitu banyak hal yang tidak dimiliki pria biasa, dan semua hal ini telah menjadi cahaya di tubuhnya, dewasa, kaya raya, memiliki kharisma, tidak berhenti memikat pandangan lawan jenis.

Pria seperti ini, sekalipun sifat gila, juga tidak akan membuat orang merasa jijik.

Tapi hanya ada dirinya yang mengetahui, di dalam tulangnya ada berapa jahat, umur dua puluh tahun mempermainkannya, setiap kali bertemu dengannya, tetap akan membuatnya kalah. Dia sepertinya tidak pernah memenanginya, tidak peduli dari segi mana.

James He dengan cepat mengeluarkan penjelasan singkat drama The Phantom Of The Opera, ujung matanya melirik tampilan wanita yang sedang tidak konsentrasi menatapnya, Dia menutup halaman, memutar film The Phantom Of The Opera, memutarkan kepala melihat ke arahnya, “Tarik kursi kemari, temani aku melihat habis film ini.”

Erin dengan cepat tersadar dari dalam ketidakjelasannya, Dia buru-buru menarik kursi datang, lalu dengan tenang duduk di samping James He, melihat laptop sednag memutar film.

Film ini menceritakan sebuah gedung opera di kota Paris Perancis, hal aneh terus terjadi, awalnya peran wanita pertama hampir dibunuh, di gedung opera muncul suara pria tidak nyata yang menyeramkan, suara ini datang dari “Hantu” yang tinggal di labirin bawah tanah gedung opera, Dia telah menyukai pemain wanita Christine, diam – diam mengajarinya bernyanyi, membantunya mendapatkan posisi peran wanita utama.

Dan Christine malah jatuh cinta pada ekonom opera Raul, karena ini menimbulkan kecemburuan, pengejaran, pembunuhan dan serangkaian plot. Dan akhirnya “Hantu” menyadari cintanya pada Christine sudah melebihi rasa memiliki sendiri, akhirnya telah melepaskan Christine, melepaskan jubah dan topeng, dengan sendiri lenyap di dalam ruang labirin bawah tanah yang gelap.

Selesai melihat film ini, rongga mata Erin basah, merasa sedih terhadap “Hantu” yang memilih lenyap sendiri itu. Walaupun semuanya terjadi karena dirinya, tapi Dia terakhir memilih merestui.

James He mendengar suara tangisan, Dia membalikkan kepala melihat wanita di samping, wanita keras kepala yang dipukul sampai mati juga tidak menangis ini, malah karena sebuah film menangis sangat sedih.

Hatinya dengan kejam bergetar sesaat, tidak bisa membedakan rasa kasihan tidak jelas di dalam hati itu kenapa muncul, Dia tiba-tiba memajukan tubuh, mencium bibir merahnya, merasakan rasa pahit di bibirnya itu, Dia bergumam rendah sesaat, mencium lebih dalam…...

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu