You Are My Soft Spot - Bab 290 Aku Priamu (1)

Entah mengapa, Vero He jadi merinding. Tawa Taylor Shen membuatnya makin bergidik. Wanita itu bertanya: “Mengapa kamu berharap Shen’s Corp lenyap dari Kota Tong?”

Tatapan Taylor Shen semakin tajam, “Sungguh mau tahu?”

Vero He mengangguk pelan. Ia harus memastikan apakah arah strateginya betul atau tidak. Kalau ia mau menghabisi Shen’s Corp padahal perusahaan itu mau dilenyapkan Taylor Shen, arah strateginya jelas salah.

Bright Asia Corp sendiri baru belakangan terdengar di Kota Tong. Nama pemiliknya selalu jadi misteri tanpa diketahui siapa pun. Kalau memang pemiliknya adalah Taylor Shen, maka kekuatan-kekuatan besar yang ingin menyerang Taylor Shen sudah masuk dalam jebakan.

Siapa lawan siapa kawan seketika jadi jelas!

Vero He jadi paham sesuatu. Pantas saja semalam kakak berpesan untuk menonton dari pinggir saja. Taylor Shen sungguh penuh manuver!

“Shen’s Corp adalah warisan keluarga Shen. Itu kerajaan bisnis tuan Besar.” Kata-kata Taylor Shen yang pendek cukup untuk membuat Vero He kaget. Shen’s Corp adalah kerajaan bisnis Tuan Besar Shen dan Taylor Shen mau menghancurkannya!

Vero He membelalak tidak percaya, “Tetapi kan hitungannya juga kerajaan bisnismu. Kalau pun kamu tidak suka dengan keberadaan Nelson Shen, di situ kan juga ada saham Wayne Shen.”

Taylor Shen tidak menjawab, sementara si wanita masih terus berpikir mengapa dia ingin bertindak begini. Ini bukan mainan yang sekalinya mau dihancurkan bisa. Ini sebuah perusahaan yang menghidupi ribuan orang. Bagaimana bisa dia tega begitu?

Masih di dalam lift bernuansa emas, Taylor Shen melepaskan tangan Vero He. Ia melipat kedua tangan di dada dan menatapnya tenang. Ia lalu buka bicara lagi, “Kalau kamu tidak rela melepasnya, aku bisa pertimbangkan untuk pertahankan.”

“Taylor Shen!” bentak Vero He. Apa hubungan dia dengan semua ini coba? Vero He ingin Taylor Shen kehilangan semuanya, tetapi ternyata pria itu hanya mau menghancurkan bagian yang paling ia dambakan. Tujuh tahun, Vero He makin lama makin tidak memahami jalan pikirannya. Mungkin dari dulu ia juga tidak pernah paham……

“Mengapa kamu berencana begini?”

Taylor Shen tersenyum tipis menanggapi raut marah Vero He, “Perusahaan itu sudah meninggalkan banyak kenangan buruk bagiku. Apalagi, dia sudah mau dimangsa oleh para pemangsa yang saling berebutan. Berhubung dia seekor mangsa, biarlah dia benar-benar menjalani perannya itu.”

“Taylor Shen……” Taylor Shen bilang itu mangsa. Tidak, itu bukan mangsa. Itu perusahaan besar yang tidak boleh dihancurkan begitu saja. Vero He terpikir sesuatu, “Mengapa kamu bercerita ini padaku? Kamu tidak takut aku sebarluaskan ini ke orang-orang?”

“Memang kamu bisa melakukannya?” Taylor Shen tetap santai. Tidak ada orang yang rela melepaskan Shen’s Corp karena keuntungannya besar, masa ia sendiri sebagai petinggi mau menghabisinya? Kalau Vero He sungguh-sungguh menyebarluaskan ini, ya anggap saja itu sebagai balas dendam yang pantas bagi dirinya atas kesalahan di masa lalu.

“Bisa-bisa saja!” Tiga kata keluar dari mulut Vero He.

Taylor Shen tersenyum lebar hingga kedua matanya tertutup. Vero He terhenyak menatapi pria yang suka asal cium-cium ini. Mengapa makin tua dia malah makin mempesona?

“Senyumi apa kamu? Kamu pikir aku tidak bisa? Aku saja ingin kamu mati,” tanya Vero He pura-pura marah.

Taylor Shen hanya tersenyum lagi dan tidak menjawab.

Si wanita merinding ditatapi si pria. Ia membuang mata ke salah satu sisi lift. Dalam hati, ia terus bertanya-tanya, memang kalau ia menyebarluaskan itu ia akan dapat apa? Meninjau kemampuan pribadinya, ia sama sekali bukan lawan Taylor Shen. Kelihatannya, rencana dia memang salah arah.

Sebagai anak burung di dunia bisnis, mana layak ia bersaing dengan pemburu macam Taylor Shen?

Si pria tidak paham apa yang tengah dipikirkannya. Wanita itu mengernyitkan alis seperti tengah memikirkan sesuatu yang berat. Vero He juga gigit-gigit bibir dengan gelisah.

Taylor Shen agak tidak tega melihat si wanita jadi begini. Sesaat setelah ia menegakkan posisi berdiri, pintu lift berbunyi “ting”. Ia menggandeng Vero He dan menariknya keluar.

Si wanita langsung disajikan pemandangan ruang-ruang kerja yang dikelilingi kaca. Ini pusat kekuasaan Bright Asia Corp, jadi semua sudutnya terlihat sakral.

Taylor Shen menarik Vero He melewati sebuah lorong jalan. Para pegawai, yang belum pulang kerja, segera bangkit berdiri dan menyapa bosnya. Taylor Shen mengangguk pelan dan terus menggandeng Vero He ke depan pintu kayu hitam. Ia menaruh jar telunjuk di sensor sidik jari. Pintu ruang kerja utama dari semua ruang kerja yang ada di area pusat kekuasaan Bright Asia Corp terbuka perlahan.

Vero He masuk dengan terhenyak. Ia sudah masuk ke teritori pribadi Taylor Shen. Ruangan ini sangat modis. Di kaca belakang ruang kerja tertempel tulisan “Bright Asia Corp”. Vero He langsung mengenali ini tulisan tangan si pria.

Taylor Shen melepasksan tangan Vero He dan pergi ke ruang teh di dalam ruang kerjanya. Ia menengok keluar sebentar dan bertanya: “Mau minum apa?”

“Jus jeruk,” jawab Vero He. Ia terlalu fokus mengamati setiap sudut ruang kerja Taylor Shen sampai tidak menghiraukan kesibukan si pria membuat minuman. Ruang kerja ini jauh lebih estetik dibanding ruang-ruang kerja di Shen’s Corp.

Vero He memutari meja dan berjalan ke depan kursi kerja. Di atas meja, ia melihat sebuah bingkai foto. Itu foto pernikahan mereka, tempat pemotretannya di samping kolam renang Sunshine City.

Si wanita tercengang kaget.

Mendengar suara langkah kaki dari belakang, Vero He buru-buru mengendalikan diri dan menengok. Taylor Shen datang sambil membawa segelas jus jeruk. Ia menerima gelas itu, lalu kembali menatap foto barusan dan berujar datar: “Aku dan dia sungguh sangat mirip.”

Taylor Shen ikut melihat foto. Ia tidak merivisi kalimatnya, namun dalam hati berpikir, “Bukan mirip, kalian jelas-jelas satu orang yang sama.”

Melihat Taylor Shen diam saja, Vero He membuang mata ke sisi lain. Di sana, ada sebuah jendela yang sangat besar sampai ke bagian lantai ruang kerja. Dari situ, seluruh sudut kota bisa terlihat dalam sekejap. Oh iya, itu “Kota dalam Kota” yang dibangun Shen’s Corp lalu! Jalanannya lebar-lebar dan sangat ramai. Di kejauhan, Vero He bisa melihat sebuah jalanan kuno. Ia menunjuk jalanan itu, “Itu Jalan Mingqing?”

Taylor Shen mengarahkan tatapan ke arah yang ditunjuk Vero He. Itu memang Jalan Mingqing, simbol dari “Kota dalam Kota”. Saat proyek “Kota dalam Kota” dikerjakan, jalanan itu tetap ia pertahankan dalam kondisi asli. Ia kemudian teringat wanita di sebelahnya ini sangat suka dengan dessert di jalan itu.

“Betul, Jalan Mingqing,” angguk Taylor Shen. Melihat raut wajah Vero He yang terkagum-kagum, ia bertanya: “Kamu memang belum pernah ke “Kota dalam Kota”?”

Vero He sudah balik ke Kota Tong selama lima tahun, harusnya pasti sudah pernah ke sana.

Si wanita secara mengejutkan mengangguk, “Belum pernah, aku sibuk jadi susah cari waktu.” Sebenarnya ini hanya alasan saja. Alasan dia yang sebenarnya adalah Jalan Mingqing merupakan bagian dari masa lalunya yang menyedihkan.

Taylor Shen menatap sisi wajah Vero He. Tanpa perlu si wanita berbicara, ia sudah tahu apa yang dipikirkannya. Ia lalu mengambil cangkir yang ada di tangan wanita itu dan menaruhnya di meja teh, “Mumpung ada waktu, yuk ke sana sekarang.”

“Heh……” Sebelum Vero He keburu menolak, ia sudah ditarik Taylor Shen keluar ruang kerja. Ia dalam hati bertanya-tanya mengapa orang ini seperti anak-anak. Lagi bahas-bahas santai, tiba-tiba kok langsung mengajak ke sana?

Bright Asia Corp hanya terpisah dua jalan dari Jalan Mingqing, jadi mereka cukup jalan kaki ke sana. Taylor Shen terus menggandeng Vero He tanpa melepaskannya sedetik pun. Wanita itu awalnya sempat melawan, tetapi akhirnya pasrah karena gagal terus.

Kondisi Jalan Mingqing masih sama persis seperti tujuh tahun lalu. Ini adalah bangunan bersejarah yang konservasinya paling sempurna di Kota Tong, jadi tradisionalitasnya super terjaga. Berhubung malam sudah mau tiba, setiap toko kecil menyalakan lampion kecil di depan pintu. Ini menambah keindahan warna langit yang sudah mulai gelap.

Pengunjung tidak banyak. Ada yang jalan sendiri, ada pasangan yang saling bergandengan tangan, ada juga pasangan suami-istri yang saling berangkulan. Semua orang seolah saling berlomba untuk menciptakan memori yang terbaik bagi benak masing-miasng.

Vero He menatap tangan mereka yang berpegangan dengan ganjil. Mereka memang punya hubungan apa? Ia sungguh merasa aneh bergandengan tangan dengan orang yang tidak punya hubungan apa-apa dengannya.

Sekali pun Vero He merasa tidak nyaman, Taylor Shen tetap tidak mau melepas tangannya. Ia ingat ketika pertama kali mereka ke sini. Saat itu, Taylor Shen menggandeng Tiffany Song sambil menjelaskan sejarah jalan. Di bawah langit senja, wajah Taylor Shen terlihat hangat dan kalem.

Dia sudah migrasi dari Kota Tong enam tahun, namun mengapa rasanya tidak pernah migrasi?

Mereka berdua berbelok ke jalanan kecil yang tapaknya batu-batu berwarna abu cerah. Di ujung jalan sana, ada sebuah toko dessert. Taylor Shen menariknya masuk. Hari ini pengunjung tidak banyak, jadi mereka bisa langsung mendapat tempat duduk tanpa perlu menunggu.

Si pria memesan semua desert yang ditawarkan. Ia membayar, lalu menoleh menatap Vero He yang daritadi diam saja. Ia jadi teringat momen seru yang pernah mereka habiskan di sini tujuh tahun lalu.

Taylor Shen lalu balik dengan perlahan dan duduk di hadapan Vero He.

Mungkin karena sudah sering ditipu orang, Vero He bertanya: “Kamu tidak mungkin membeli dessert yang paketan kan? Aku tidak makan sebanyak itu, bisa gendut.”

Si wanita juga menambahkan, “Wanita yang sudah pernah melahirkan tidak sama lagi dengan gadis dua puluh lima tahun. Yang kedua itu, sesuka apa pun mereka dengan dessert, mereka tidak akan pernah takut gendut.”

Keduanya tercengang begitu Vero He kelar berbicara. Si wanita tiba-tiba merasa seperti balik ke masa lalu. Wanita yang sudah pernah melahirkan…… Kata-kata ini terus terngiang di telinga dan mengiris-iris hati. Wajah Vero He pucat. Ia menggigit bibirnya sendiri dan mulai merasakan bau amis darah.

Sementara itu, Taylor Shen teringat masa lalu yang indah. Ternyata Vero He ingat, ia tidak lupa!

Pemilik toko mengantarkan dessert paketan. Vero He tercengang menatap meja yang penuh berbagai macam desert. Semua rasa ada, ukuran porsinya juga bermacam-macam. Mencium aroma berbagai desert yang bercampuran, perut Vero He terasa tidak nyaman. Ia bangkit berdiri, “Maaf, di sini terlalu panas. Aku mau keluar dulu cari hawa.”

Si wanita berlari keluar toko. Ia tidak bisa berdiam di sini lagi, kalau tidak hasratnya untuk melampiaskan semua kebencian pada Taylor Shen akan menyembur keluar. Ia tidak boleh datang ke sini, ia tidak boleh bernostalgia!

Melihat Vero He berlari pergi, Taylor Shen menyusulnya tanpa memedulikan desert-desert yang masih utuh. Ia melihat wanita itu berjongkok di bawah pohon sambil meringis.

Ketika sudah lebih dekat, Taylor Shen bisa mendengar suara muntah Vero He. Ia merasa iba sekaligus bertanya-tanya terhadap apa yang terjadi. Ia melangkah cepat menghampirinya dan berjongkok sambil mengambilkan sapu tangan dari kantong, “Vero He, perutmu tidak enak?”

Si wanita membuang wajah. Ia tidak ingin melihat Taylor Shen, juga tidak ingin mencium bau tubuhnya. Semua itu hanya akan membuat hatinya makin menderita.

Taylor Shen merasakan penolakan Vero He padanya makin kuat. Ia mengingat-ingat keras semua yang terjadi hari ini. Saat masuk toko dessert tadi, bahkan sebelum dessert datang, Vero He masih baik-baik saja. Mengapa tiba-tiba berubah begini?

Taylor Shen mengulurkan tangan menepuk-nepuk bahu Vero He. Wanita itu dengan kesal melepaskan tangannya serta memberi Taylor Shen tatapan penuh rasa benci dan emosi marah. Hari ini, ini kedua kalinya Taylor Shen melihat tatapan Vero He yang sedemikian rupa.

Si wanita bangkit berdiri dan berlari keluar Jalan Mingqing. Taylor Shen buru-buru menyusulnya. Ia menahan pergelangan si wanita untuk memaksanya berhenti, “Vero He, aku antar kamu balik.”

Vero He menggoyang-goyangkan tangan minta dilepas, namun bagaimana pun juga terus gagal. Ia berseru panik, “Taylor Shen, jangan sentuh aku!”

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu