You Are My Soft Spot - Bab 148 Ini Pacar Baruku (1)

Di ruang kerja CEO Shen's Corp, Taylor Shen menyimpan sikat gigi bekas Tiffany Song serta sehelai rambut wanita itu ke dalam plastik anti bakteri. Ia kemudian mencabut sehelai rambutnya sendiri, memastikan helaian itu utuh bersama folikelnya, lalu menyimpannya di satu plastik anti bakteri lainnya.

Rasa gelisah perlahan muncul menyelimuti hati Taylor Shen. Ia memutuskan menaruh kedua plastik anti bakteri itu ke dalam brankas dan menguncinya. Setelahnya, ia mengambil kunci mobil dan berjalan keluar ruang kerja.

Taylor Shen mengemudikan mobilnya ke rumah kediaman keluarga Shen. Baru ia selesai memarkir mobil, sebuah supercar pink merapat ke dekat mobilnya. Warna pink ini pasti warna custom. Di kap mobil tertempel stiker Hello Kitty yang dicetak dengan teknologi 3D.

Taylor Shen menengok sekilas tanpa menghentikan langkah kakinya. Ia terus berjalan ke vila.

Kaca supercar itu perlahan turun dan muncullah wajah Angela He. Ia memanggil dengan manis, “Kakak Keempat, tunggu aku sebentar. Ayo kita masuk bareng.” Angela He senang luar biasa berjumpa dengan Taylor Shen. Ini pertama kalinya pria itu pulang sejak ia resmi jadi anggota baru keluarga Shen.

Mobil belum berhenti sempurna, Angela He langsung mematikan mesinnya dan turun. Pengawal pribadi di belakangnya jelas langsung memindahkan mobil ke parkiran yang benar. Saat Angela He turun dari mobil, Taylor Shen sudah berjarak lumayan jauh darinya.

Ia berlari kecil mengejar Taylor Shen, lalu menepuk pundaknya. Dengan nafas memburu, ia protes: “Kakak Keempat, mengapa kamu tidak tungguin aku sih? Aku capek sekali sekarang, nyaris kehabisan nafas.”

Taylor Shen menunduk menatap tangan Angela He yang tergantung di pundaknya. Wanita itu langsung sadar dengan tindakannya yang berlebihan dan buru-buru menarik tangannya. Wajah Angela He langsung merah. Ia menatap Taylor Shen dengan gugup.

Taylor Shen dalam hati mendeham kesal. Ia memasukkan kedua tangannya di kantong celana, lalu lanjut berjalan masuk ke vila. Angela He mengikutinya tanpa berbicara sepatah kata pun. Usia kehamilannya sudah tiga bulan, jadi ia tidak bisa mengenakan sepatu hak tinggi lagi. Ia kini merasa Taylor Shen jauh lebih tinggi darinya. Berjalan di belakang sosoknya bahkan sanggup membuatnya merasa terintimidasi.

Setelah berlalu beberapa saat, Taylor Shen buka suara: “Kerasan tidak tinggal di rumah kediaman keluarga Shen?”

Angela He kaget sekaligus sumringah. Ia tidak menyangka Taylor Shen memerhatikannya. Matanya bahkan terasa hangat saking terharunya. Ia buru-buru mengangguk, “Iya, kerasan.” Angela He bagaimana pun juga masih muda. Ia belum terampil menyembunyikan suasana hatinya. Tiba-tiba masuk keluarga Shen karena dinikahi pria yang tidak ia sayangi dan tidak ia kenal dalam, Angela He jelas merasa canggung dan kesepian.

Setelah acara pernikahan selesai, Wayne Shen hanya berdiam sangat sebentar di rumah baru, lalu langsung berbalik badan dan pergi. Perhatian Taylor Shen padanya kali ini terasa seperti air dingin yang membasahi rongga tenggorokannya yang kering. Ia merasa sangat segar dan tenang.

“Ada perlu apa-apa, bicarakan dengan Kakek Shen. Soal Wayne Shen, berikan dia waktu dulu. Kalian sudah menikah, sudah berjanji untuk sehidup semati. Terus tunjukkan kesungguhanmu untuk menjadi istrinya, ia cepat atau lambat pasti akan tersentuh.” Nada bicara Taylor Shen sangat datar. Ia tahu Wayne Shen tengah berada di luar Kota Tong. Ia marah karena dipaksa menikah dengan Angela He, yang mana akan otomatis memutus hubungannya dengan Jennifer Li. Meski begitu, kemarahan ini tidak akan berlangsung selamanya. Cepat atau lambat, Wayne Shen akan kembali dan mengemban tugasnya sebagai suami.

Kebersamaan Wayne Shen dan Jennifer Li sudah menjadi masa lalu. Sebagai Kakak Keempat, selain mengharapkan pernikahan adiknya dan Angela He bahagia, ia tidak bisa membantu apa-apa lagi.

Kesegaran dan ketenangan yang dirasakan Angela He sontak lenyap seperti es yang mencair karena terkena terik matahari. Kepedulian Taylor Shen yang tiba-tiba padanya ternyata hanya ditujukan untuk membela adiknya sendiri. Dengan kedua tangan mengepal karena gusar, Angela He menjawab putus asa: “Kakak Keempat, sejak menikah, Wayne Shen belum pernah pulang lagi. Aku tahu cintanya pada Jennifer Li begitu dalam, tetapi aku......”

Angela He terisak dan tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

Taylor Shen berhenti dan menoleh ke arah Angela He, “Beri ia waktu. Maklumi sikap dia saat ini. Ia pada akhirnya akan menyadari kesungguhan dan kebaikanmu kok.”

“Tetapi......” Hati Angela He gelisah. Pria yang ia sukai malah menyuruhnya memberi waktu dan memaklumi sikap pria lain. Tidak ada hal yang lebih ironis lagi di dunia selain ini.

Taylor Shen tidak memberi kesempatan bagi Angela He untuk berbicara lebih banyak lagi. Ia berjalan cepat ke vila. Ia berbincang sebanyak ini dengan Angela He tidak lebih karena statusnya yang merupakan istri Wayne Shan dan adik iparnya. Ia berharap adiknya bisa bahagia.

Melihat Taylor Shen berjalan meninggalkannya dengan dingin, Angela He menelan ludah. Ia perlahan-lahan mengikutinya. Taylor Shen tidak bisa menyadari ketertarikan dia padanya. Mungkin di hati Taylor Shen semua yang terjadi ini sepenuhnya salah Angela He.

Kakek Shen tengah berlatih beladiri ketika Taylor Shen masuk vila. Pria tua itu terlihat sangat energik. Melihat Taylor Shen dan Tiffany Song berjalan masuk vila, matanya langsung berbinar-binar dan ia pun menghentikan latihannya. Seolah mengabaikan keberadaan Taylor Shen, ia hanya menyapa Angela He, “Bagaimana, lancar pemeriksaan kandunganmu hari ini?”

Angela He menatap Taylor Shen sekilas, lalu menghampiri Kakek Shen. Ia memegang tangan pria tua itu sambil menjawab manja, “Lancar, Pa. Janinku sangat sehat. Dokter bilang bulan depan sudah bisa cetak foto berwarna untuk lihat bagaimana bentuk janinku ini.”

Kakek Shen sumringah sekali, “Bagus, bagus. Kamu sekarang lelah ya pasti?”

“Aku tidak lelah. Kakak Keempat jarang-jarang pulang kemari, aku suruh orang-orang dapur tambah porsi masakan buat nanti malam ya.” Angela He kembali menatap Taylor Shen sekilas dan bergegas ke dapur.

Setelah Angela He pergi, suasana jadi tegang. Taylor Shen berjalan ke sisi Kakek Shen. Melihat kepalanya yang penuh dengan rambut putih, ia tiba-tiba mengulurkan tangan dengan maksud mencabut salah satu helainya.

Kakek Shen refleks menghindar. Ia langsung bertanya dengan alis terangkat, “Kamu mau apa?”

“Cabut rambut.” Tujuan Taylor Shen kemari memang memperoleh sampel rambut Kakek Shen. Sepemahamannya, tes DNA bekerja jauh lebih akurat dalam menganalisis hubungan ayah-anak daripada kakak-adik.

Kakek mengelus-elus rambut berniat melindungi diri, “Cabut rambut sakit tahu! Kamu pikir sekalinya kamu minta aku cabut aku akan langsung cabut?”

Taylor Shen tersenyum dingin. Mau main-main denganku si kakek tua ini…… Ia berujar santai: “Terserah kamu mau cabut sendiri atau mau aku yang cabut. Ini sederhana saja kok, hanya satu helai.”

“Anak durhaka!” Wajah Kakek Shen memerah, “Kamu mau rambutku untuk apa?”

“Bukan urusanmu.”

“Kamu sudah menemukan Tiara?” tanya Kakek sambil menatap Taylor Shen lekat-lekat. Ia tahu anak ini tidak pernah mau menyerah mencari Tiara. Taylor Shen merasa sangat bersalah karena menghilangkan Tiara dan menyebabkan Jasmine Yang mati saking bersedihnya. Kalau belum menemukan Tiara, Taylor Shen tidak mungkin kemari untuk meminta sampel rambutnya.

Taylor Shen teringat laporan hasil tes DNA, namun tidak menjawab apa-apa. Kakek jadi semakin tidak sabaran, “Di mana Tiara? Kapan kamu membawanya kemari untuk bertemu denganku?”

“Masih belum pasti.” Taylor Shen tidak mau banyak bicara. Meski sudah pasti, ia malas bercerita panjang lebar pada Kakek Shen.

“Kapan pastinya?”

“Belum tahu.”

“Kamu tidak bisa jawab lebih panjang dan detail sedikit ya? Siapa namanya? Hidupnya baik atau tidak?” Wajah Kakek Shen cemas. Ia sungguh kasihan dengan putrinya yang “menggelandang” di luar bertahun-tahun. Entah bagaimana perawakannya sekarang.

“Masih belum pasti. Tidak ada gunanya bicara panjang lebar.” Taylor Shen tetap hemat kata-kata. Memanfaatkan momen ketika Kakek Shen masih terhenyak, ia mencabut beberapa helai rambut sekaligus dari kepala pria itu. Kakek Shen sontak berteriak kesakitan, “Anak sialan kamu, ini kamu cabut sebanyak ini buat apa? Sakit sekali tahu.”

“Semakin banyak semakin baik.”

Kakek Shen: “......”

Taylor Shen langsung bergegas pergi setelah memperoleh rambut si pria tua. Baru masuk mobil, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia melirik layar sekilas lalu mengangkatnya. Orang di seberang langsung berujar: “Adik Keempat, sekarang juga datang ke Swiss Sea Club.”

Taylor Shen mematikan telepon itu dan langsung mengemudikan mobil ke sana.

Empat puluh menit kemudian, mobil tiba di depan kompleks klub. Taylor Shen menyerahkan kunci mobilnya ke petugas parkir, lalu berjalan ke arah ruang privat. Mendengar suara pintu terbuka, orang-orang di dalam menoleh satu per satu.

Tanpa memedulikan tatapan mereka, Taylor Shen langsung masuk ke ruang rapat mini. Melihat keberadaan sosok yang tidak dikenalinya di ruangan itu, ia bertanya pada Jordan Bo, “Ini……?”

“Ini teman Stella Han, Dokter Sun. Ia yang mengurus tes DNA Tiffany Song,” jawab Jordan Bo datar.

Dokter Sun memakai kacamata ber-frame hitam. Ia jelas kenal dua pebisnis super berpengaruh di hadapannya ini. Stella Han sempat bilang, mereka mencarinya hanya untuk menanyakan beberapa hal soal hasil tes DNA Tiffany Song. Ia akan baik-baik saja.

Taylor Shen duduk di salah satu sofa kosong. Ia bingung mengapa Jordan Bo secara khusus mencari Dokter Sun. Ia bertanya: “Kakak Tertua, kamu curiga ada kesalahan dalam hasil tes DNA?”

“Barusan aku ada tanya-tanya ke dia, dia bilang hasil tes DNA-nya tidak ada kesalahan. Setelah menerima sampel dari Stella Han, ia langsung melaksanakan tes DNA itu sendirian tanpa campur tangan satu orang lain pun,” urai Jordan Bo.

Taylor Shen mengernyitkan alis. Kalau tidak ada kesalahan pada hasil tes DNA itu, Tiffany Song berarti memang benar-benar adiknya. Bagaimana ia harus menerima kenyataan ini?

Melihat wajah Taylor Shen yang muram, Dokter Sun buka suara: “Tuan Shen, Stella Han ini teman baikku. Setiap sampel yang ia serahkan padaku selalu aku teliti dengan cermat dan sungguh-sungguh, dari dulu tidak pernah terjadi kesalahan. Yang kali ini pun sama. Setelah ia menyerahkan sampelnya padaku, aku langsung melakukan pengetesan. Biar hasilnya terjamin, aku bahkan mengulang pengetesan sebanyak tiga kali. Aku jamin hasilnya tidak keliru.”

Wajah Taylor Shen semakin muram. Ia bertanya: “Kamu yakin tidak ada orang lain yang menyentuh sampel itu?”

“Yakin, sebab di ruang pengetesan hanya ada aku seorang,” angguk Dokter Sun.

PIkiran Taylor Shen langsung runyam. Sampel tidak salah, hasil tes tidak salah, mengapa ia tetap saja tidak mau percaya bahwa Tiffany Song adalah Tiara yang ia sudah cari-cari selama dua puluh tahun?

“Cukup, aku sudah paham. Maaf sudah merepotkanmu hari ini.” Jordan Bo bangkit berdiri. Dokter Sun ikut bangkit berdiri dan berujar pelan, “Tidak masalah”. Jordan Bo kemudian mengantar Dokter Sun keluar. Ia lalu masuk lagi ke ruang rapat mini. Melihat Taylor Shen duduk termenung di sofa, ia berjalan ke sisinya dan menyampaikan saran: “Adik Keempat, coba lakukan tes DNA sekali lagi.”

Taylor Shen menutupi wajah dengan kedua tangan. Ini gestur seseorang yang putus asa. Ia tidak bisa menemukan kelemahan apa pun dari hasil tes DNA yang dilakukan Tiffany Song. Kalau ia lakukan tes DNA itu sekali lagi dan hasilnya tetap sama, apa yang harus ia lakukan?

“Kakak Tertua, aku takut,” ujar Taylor Shen dengan suara bergetar.

Sejak dikirim ke luar negeri oleh Kakek Shen, Taylor Shen tidak pernah takut. Ketika ia tersudut oleh Jason yang membawa pisau, ia bahkan tidak ketakutan juga. Kali ini, ia entah mengapa merasakan ketakutan yang sangat hebat. Ia sudah berusaha mengumpulkan keberanian, tetapi tidak berhasil.

Jordan Bo mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Meski jawaban Dokter Sun sempurna tanpa bercelah sedikit pun, ia tetap merasa ada sesuatu yang tidak beres. Bagian mana itu, ia tidak tahu. Pandangannya seperti tertutup kabut, segalanya tidak jelas.

Sampel tidak salah, hasil tes DNA tidak salah, jadi sebenarnya apa yang bermasalah? Apa mungkin Tiffany Song memang benar-benar Tiara? Mana tahan ia melihat hubungan cinta sahabatnya berakhir tragis begini?

“Adik Keempat, hasil terburuknya tidak akan lebih buruk dari yang sekarang.” Jordan Bo berjalan ke hadapan Taylor Shen. Ia menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu. Lakukan sekali lagi tes DNA, siapa tahu hasil yang diperoleh bisa beda.

Taylor Shen memejamkan mata. Kata-kata Kakak Tertua benar, hasil terburuknya tidak akan lebih buruk dari yang sekarang. Masalahnya, kalau hasilnya sama dengan yang sekarang, ia tidak akan punya alasan untuk membujuk dirinya sendiri untuk tidak memercayai hasil itu lagi.

Jordan Bo membuang nafas panjang. Ia paham betul kebimbangan Taylor Shen. Kalau ia berada di posisi Taylor Shen, ia pasti juga akan bingung harus memilih yang mana.

……

Budi mengantar Tiffany Song kembali ke Vanke City. Sang supir juga membantu Tiffany Song menaruh pakaiannya ke ruang tamu. Ketika Tiffany Song menawarinya minum, ia menolak dengan sungkan. Ia harus buru-buru kembali ke kantor. Tiffany Song mengantarnya sampai ke depan lift. Di depan lift, Budi tiba-tiba berucap: “Nona Song, aku tahu orang sepertiku tidak pantas mengatakan ini…… Aku sudah menyupiri CEO Shen selama lima tahun. Ia dari luar kelihatannya dingin dan arogan, namun hatinya baik. Sebelum mengenal Nona Song, ia jarang sekali tersenyum. Ia terlihat sangat kesepian. Sejak mengenal Nona Song, ia perlahan berubah jadi pria yang normal, ada saatnya bahagia dan ada saatnya sedih. Beberapa hari terakhir, aku lihat CEO Shen sangat bersedih. Aku tidak tahu bagaimana kondisi hubungan kalian saat ini, tetapi kalau kamu sayang dia, mohon jangan buat dia bersedih lebih lama lagi. Kalau melepaskan CEO Shen, Nona Song seumur hidup tidak akan bisa menemui pria yang luar biasa berkualitas dan mencintai Nona macam dia lagi.”

Lift kebetulan tiba tepat ketika Budi selesai bercerita. Pria itu langsung pamit pada Tiffany Song dan masuk lift.

Pintu lift perlahan-lahan tertutup. Tiffany Song berdiri kaku di lorong jalan. Budi sama sekali tidak menyalah-nyalahkannya, tetapi ia entah mengapa merasa terhantam habis-habisan. Tiffany Song pun terjongkok putus asa……

Stella Han sangat khawatir dengan kondisi Tiffany Song belakangan ini. Setiap pulang kerja, ia selalu mampir ke Vanke City untuk menemaninya karena takut ia kesepian. Setiap datang, Stella Han pasti membawakan Tiffany Song sayuran dan daging segar yang baru ia beli dari pasar. Melihat Tiffany Song duduk termenung di sofa, ia menyapa: “Eh kamu ada di rumah? Sudah pergi mengukur pakaian?”

Lamunan Tiffany Song langsung buyar. Melihat Stella Han berjalan ke dapur sambil menentengi beberapa kantong plastik, ia buru-buru bangkit berdiri untuk membantunya. Ia lalu menjawab, “Sudah. Tadi saat pulang sempat berpapasan dengan Karry Lian, jadi aku makan siang bareng dengannya.”

“Oh ya?”

“Iya.”

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu