You Are My Soft Spot - Bab 70 Kamu Tidak Sadar Aku Sedang Mengejarmu? (1)

Taylor Shen mengernyitkan matanya. Meski wajahnya terlihat tenang, namun lubuk hati terdalamnya tidak setenang itu. Ia seperti orang yang sempoyongan karena didorong orang lain tanpa antisipasi apa-apa.

Taylor Shen sungguh tidak menyangka Tiffany Song bisa langsung seperti itu ketika terdesak. Ia menatap wanita itu lekat-lekat, lalu ia tiba-tiba ingin menciumnya. Persis di samping bibirnya ia berbisik: “Kamu sungguh tidak tahu aku suka atau tidak denganmu?"

Tiffany Song meringis. Udara yang ia hirup dipenuhi aroma tubuh pria di sebelahnya ini. Di tengah kepanikan, ia mendorong dada Taylor Shen dengan kedua tangannya. Gelas yang ia pegang jatuh dan airnya pun tumpah, tetapi di situasi seperti ini siapa yang peduli dengan itu?

Tiffany Song menghindari usaha Taylor Shen untuk menciumnya. Ia berkata sambil terengah-engah: “Kamu saja tidak bilang, mana aku tahu?”

Taylor Shen meletakkan kedua tangannya di sisi belakang sofa. Tiffany Song kini terkunci di tengah kedua tangannya. Wajah kesal wanita ini sungguh mempesona! Taylor Shen tiba-tiba duduk dan mendekap erat Tiffany Song di dadanya. Ia menegakkan wajah wanita itu, lalu dengan mulut yang masih beraroma bir ia berkata: “Tiffany Song, ini sebenarnya kamu yang bodoh atau aku yang kurang eksplisit mengekspresikannya sih? Kamu tidak sadar aku sedang mengejarmu?”

Mendengar kata-kata ini, Tiffany Song, yang dari tadi masih larut dalam kecanggungan, langsung terhenyak. Ia menatap Taylor Shen lekat-lekat. Ia awalnya mengira pria itu tidak akan menjawb pertanyaannya, tetapi akhirnya ia menjawah dan mengatakan sedang mengejarnya. Mengejar adalah satu tahap yang lebih serius dibanding sekedar cinta. Taylor Shen bilang sedang mengejar dirinya!

Tiffany Song geleng-geleng dan mencoba menarik dirinya: “Tidak…… Kita tidak boleh seperti ini, Taylor Shen…… Eh!”

Taylor Shen lagi-lagi menutup bibirnya agar ia berhenti bicara. Tiffany Song, kamu sudah mencuri hatiku, jangan pernah berpikir aku mau mengambilnya kembali. Kamu tidak akan punya kesempatan mengembalikannya padaku!

“Ehem, ehem, ehem” Tiba terdengar suara orang berbatuk dari belakang. Tayolor Shen dan Tiffany Song langsung kaget. Tiffany Song berhasil melompat keluar dari selangkangan Taylor Shen. Yang berdiri di depan pintu adalah Jordan Bo, entah sudah berapa lama ia berdiri di sana. Wajah Tiffany Song memerah seperti seorang anak yang ketahuan berbuat salah oleh orang tuanya. Ketika ia mau pergi, tangannya langsung ditahan Taylor Shen. Ia ditarik kembali untuk duduk di sampingnya. Tiffany Song kesal luar biasa.

“Taylor Shen, lepaskan tanganmu!” protesnya.

Taylor Shen bukan hanya tidak mengindahkan pertanyaannya, namun juga sekalian memeluk pinggangnya. pria itu menatap Jordan Bo, lalu berkata pada Tiffany Song: “Panggil aku Paman Keempat."

Tiffany Song sungguh tidak tahu harus ditaruh di mana mukanya. Jordan Bo sekaeang memang belum tahu ia dan William Tang adalah suami istri, tetapi suatu hari nanti ia akan tahu ini. Ketika ia tahu nanti, apa yang akan ia pikirkan tentang dirinya?

Tiffany Song tidak bisa bersikap sesantai Taylor Shen, sebab ia sangat peduli dengan kata-kata orang lain. Ia tidak ingin teman-teman Taylor Shen berpikir ia wanita murahan. Kalau ia dinilai seperti itu, apa bedanya ia dengan Lindsey Song?

Tiffany Song melepas tangan Taylor Shen, lalu buru-buru berjalan menuju pintu ruang istirahat. Di depan pintu langkahnya terhenti sejenak. Ia menoleh ke Jordan Bo yang sedang suduk di atas sofa, lalu berkata: “Tuan Bo, maaf, boleh keluar sebentar lima menit?”

Jordan Bo melihat sekilas Tayoor Shen. Ia mengambil tasnya, lalu berbalik badan daj masuk ke ruang ganti.

Di ruang istirahat kembali hanya tersisa Tiffany Song dan Taylor Shen. Tiffany Song berjalan ke hadapan pria itu, lalu berlutut. Ia agak ragu-ragu, namun akhirnya memegang tangan Taylor Shen. Pria itu anehnya malah menarik tangannya dan tidak mau menatap balik.

Tiffany Song ikut menarik tangannya dengan canggung. Ia berkata: “Taylor Shen, aku paham betul kamu memang baik padaku, tetapi aku belum bercerai. Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan setelah bercerai dengan Lindsey Song, tapi yang jelas aku tidak mau dianggap seperti Lindsey Song. Lagipula kamu Paman Keempat William Tang, jadi sekalipun aku sudah bercerai dengannya, kita tidak mungkin bisa bersama. Orang-orang pasti tidak akan merestui hubungan kita, dan kita sendiri pada akhirnya juga tidak akan bahagia hidup bersama.”

“Tiffany Song, selama kamu menikahi William Tang, kamu juga selalu dihantui kecemasan seperti ini?” ujar Taylor Shen kesal. Tiffany Song selama ini selalu berjarak dekat dengannya secara fisik, namun hati mereka tetapi saja terpisah jauh.

Menyadari Taylor Shen sedang emosi dan nada bicaranya sedang sinis, Tiffany Song jadi ingin segera pergi. Ia namun menahan niat itu dan lanjut menjelaskan: “Menikahi William Tang sudah membuat semua keberanian yang aku miliki habis tanpa jejak. Aku tidak bahagia, tetapi aku juga tidak mau menyerah. Kita belum pernah macam-macam, dan aku percaya kalau aku menolakmu ketika kita belum pernah macam-macam kamu tidak akan tersaktii. Maaf, aku tidak bisa menerimamu!”

Taylor Shen menatap Tiffany Song lekat-lekat. Wanita itu sudah merusak hubungannya dengan istrinya, tetapi sekarang malah memberi penolakan padanya. Wajahnya sangat muram, sambil menggertakkan gigi ia berkata: “Tiffany Song, aku tidak terima penolakanmu!”

Tiffany Song bangkit berdiri lalu berkata pelan: “Maaf, sampai jumpa!”

Taylor Shen menatap bayangan tubuh Tiffany Song dengan murka!

---------------

Begitu keluar dari ruang istirahat, Tiffany Song melihat Stella Han berdiri tidak jauh darinya. Ia menata suasana hatinya sejenak, lalu melangkah cepat untuk menghamirinya: “Stella Han, bagaimana negosiasimu dengan Jordan Bo?”

Stella Han termenung melihatnya, “Tiffany Song, si Jordan Bo itu maunya apa sih? Ia memintaku menungguinya di depan apartemen kita sambil memegang KTP dan kartu domisili, dia mau melakukan apa sih?”

Mendengar kata "KTP" dan "kartu domisili", Tiffany Song langsung menjawab: “Bisa jadi ia mau mengajakmu menikah? Tapi mana mungkin? Wah Jordan Bo bercandanya keterlaluan juga.”

Stella Han kaget setengah mati, “Gila, masa iya ia mau mengajakku menikah? Aku jadi takut ia punya rencana jahat padaku.”

Berdasarkan kepribadian Jordan Bo yang ia kenal, pria itu seharusnya tidak mungkin punya rencana jahat pada Stella Han. Tetapi kalau tidak punya rencana jahat, masa ia pria itu benar-benar ingin mengajak Stella Han menikah? Tiffany Song menepuk-nepuk pundak teman sekamarnya itu, lalu terkekeh: “Nyonya Bo, aku ini selalu baik padamu, kedepannya kamu harus melindungi aku yang kecil ini ya.”

“Apaan sih!” Stella Han jadi ketakutan setengah mati. Jordan Bo itu siapa sih sebenarnya? Yang ia tahu, pria itu merupakan pria lajang ternama di Kota Tong. Ada begitu banyak wanita di depan dan belakangnya yang ingin naik ke ranjangnya dan jadi anggota keluarganya yang terhormat. Kalau pun ia mendapat rezeki nomplok, ia sepertinya juga tidak akan sampai dipilih oleh Jordan Bo.

“Sudah, sudah. Tidak usah dipikirkan terus, nanti Senin kamu juga akan langsung tahu kok. Ayo kita pulang.” Tiffany Song menatap matahari yang mulai bersinar terang. Ia harus menikmati hari yang baru ini, jangan sampai matahari subuh secantik ini jadi kecewa padanya.

“Iya, yang penting aku persiapkan mental sebaik mungkin! Tiffany Song, ayo kita lari sebentar.” Stella Han orang yang sangat santai. Setelah beberapa menit kebingungan Jordan Bo ingin melakukan apa padanya, ia kini sudah tidak bingung lati. Ia menggandeng tangan Tiffany Song sambil berlari menuruni bukit.

Mereka berdua hari ini tidak kerja. Suasana di sekitar bukit sangat santai, berbanding terbalik dengan suasana pusat kota yang selalu terburu-buru. Mereka berlompatan gembira sambil berlari-larian di lapangan golf. Jauh di sana, Taylor Shen sedang murka hingga sekujur tubuhnya pegal.

Ia berdiri, menatap jendela, lalu melihat bayangan tubuh dua wanita jauh di bukit sana. Ia murka sampai menggertakan gigi.

Jordan Bo keluar dari ruang ganti. Kemeja putih dan celana kain hitam yang ia kenakan membuatnya terlihat bersih dan rapi. Dengan satu tangan yang memegang tas dan satu tangan lagi yang dimasukkan ke kantong celana, ia berjalan ke arah jendela. Melihat Taylor Shen berwajah muram, ia bertanya: “Ditolak kamu?”

Ditanya begitu, wajah Taylor Shen jadi semakin muram.

Jordan Bo menarih tasnya di atas sofa. Sambil melipat kedua tangan di dada, ia berkata serius: “Sini aku beri nasehat.”

Taylor Shen mengalihkan tatapannya dari jendela ke wajah Jordan Bo. Ia menatapnya sinis. Ini orang mengurus urusannya sendiri saja tidak becus, masa iya masih mau memberi nasehat pada orang lain? Lagi melawak ya?

Meski diremehkan Taylor Shen, Jordan Bo tidak marah sama sekali. Ia berkata: “Dalam menghadapi wanita yang mulutnya bilang iya tapi hatinya bilang tidak, kalau ia tidak mau dibujuk, ya kamu langsung paksakan saja kemauanmu. Kamu tinggal pilih tuh mau bujuk baik-baik atau paksakan.”

“……” Gila Bro, ngotot seperti ini memangnya akan baik?

“Eileen Chang, seorang novelis terkenal, pernah menulis sepatah kalimat. Kalimat ini agak frontal, tetapi sungguh sesuai kenyataan. Kalimatnya adalah...... jalan termudah untuk memasuki hati seorang wanita adalah melalui vagina-nya. Kalau kamu hanya bilang kamu cinta padanya, ia akan menganggap itu semua omong kosong. Kalau sudah kamu sentuh vagina-nya, ia akan jadi wanitamu, dan kamu bebas mau apakan dia," ujar Jordan Bo dengan nada menceramahi pada Taylor Shen.

Taylor Shen menatap Jordan Bo dengan serius. Kata-katanya barusan cukup masuk akal. Ia bertanya, “Kamu pernah coba Bro?”

“……” Jordan Bo langsung membuang muka menghadap jendela. Ia kini menatap bayangan orang-orang di bukit sana. Di benaknya muncul wajah seseorang. Pertanyaan Taylor Shen berulang-ulang terdengar di benaknya. Andai saja waktu itu ia keburu mencobanya......

Tiffany Song dan Stella Han pulang ke Vanke City dalam keadaan sangat lelah. Mereka bahkan nyaris pingsan karena sudah lama tidak olahraga. Mereka besok pasti tidak akan bisa bangun dari ranjang. Untuk besok masih libur, jadi mereka bisa bermalas-malasan di atas ranjang.

Ketika mereka berdua tengah berbaring di atas sofa, ponsel Tiffany Song tiba-tiba bunyi. Tiffany Song malas berdiri, namun Stella Han terus menyuruhnya: “Tiffany Song, cepat itu angkat teleponmu!"

“Malas gerak, aku capek!” Tiffany Song tidsk mengubah posisi baringnya sedikit pun. Tidak peduli telepon dari siapa, ia sekarang sungguh malas angkat.

Setelah ponsel berdering untuk keempat kalinya, Stella Han akhirnya berdiri. Ia mengeluarkan ponsel Tiffany Song dari tasnya. Di layar ponsel itu tertulis nama Nyonya Shen. Ia bertanya: “Tiffany Song, ini telepon dari Jocelyn Yan, yakin tidak mau angkat nih?”

Tiffany Song langsung bangkit dari posisi baringnya. Ia mengambil ponselnya, “Halo?”

Jocelyn Yan sungguh tidak sabaran. Ia dari tadi sudah sangat kesal karena teleponnya tidak juga diangkat oleh Tiffany Song. Begitu percobaan keempatnya berhasil, ia langsung marah-marah sendiri: “Kamu daritadi ngapain sih? Aku sudah telpon berkali-kali masa tidak diangkat?”

“Aku barusan ke toilet, jadi aku tidak dengar. Kamu ada urusan apa mencariku?” ujar Tiffany Song bohong.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu