You Are My Soft Spot - Bab 225 Menyindir Aku Sudah Tua Ya? (3)

Saat baru ditunjukkan desain gaun ini, Fabio Jin sudah bisa membayangkan betapa indahnya gaun itu berpasangan dengan tubuh Vero He. Sekarang, ketika wanita itu sudah benar-benar mengenakannya, ia benar-benar kehabisan kata. Ia hanya bisa menatap wanita itu lekat-lekat tanpa tahu bagaimana harus mengungkapkan kekagetannya.

Vero He menarik bagian dada gaun dengan agak canggung. Bagian dadanya agak turun, bahkan menonjolkan belahan dadanya. Gaun itu mirip dengan gaun yang ada di sebuah permainan lama. Ia terlihat sangat seksi.

Joe tidak kalah bersemangat dari Fabio Jin. Ia gembira bukan karena belahan dada Vero He, melainkan karena gaunnya belum pernah secantik ini ketika dipakai orang. Ia berdecak kagum: “Vero He, aku pasti akan membuatmu jadi sosok yang paling menakjubkan malam ini.”

Pria itu menghampiri Vero He, memintanya duduk di kursi, lalu menata riasan dan rambutnya.

Fabio Jin bersandar di meja belakang kursi Vero He. Melihat wajah tenang si wanita saat didandani, jantungnya berdebar kencang. Joe mencepol rambut Vero He agak keatas. Telinga dan lehernya pun terlihat dengan lebih jelas dan menarik.

Si penata rambut lalu memasangkan topeng putih di mata klien. Vero He kini terlihat misterius sekaligus makin mempesona. Tatapan matanya terlihat tajam dan siap membuat orang yang tidak sengaja menatapnya tidak bisa berkedip lagi. Yang Joe janjikan memang benar, Vero He malam ini akan jadi sosok yang paling menakjubkan!

Sementara itu, Fabio Jin dalam hati agak menyesal mengiyakan desain gaun ini. Walau demikian, melihat wanita yang ia anggap akan segera jadi miliknya tampil cantik, hatinya sangat puas. Hati pria memang begitu, pada saat bersamaan bisa saja berkonflik……

Dalam lubuk hati terdalam Fabio Jin, kalau Vero He harus tampil di pesta dengan gaun begini, ia rasa-rasanya ingin menyelimutinya dengan sprei. Biarlah dia sendiri yang bisa menikmati keindahan tubuhnya, pria lain dilarang sepenuhnya.

Sekeluarnya mereka dari pusat dandan cosplay, langit sudah sepenuhnya hitam. Mereka masuk mobil, lalu bergegas ke lokasi acara.

Mobil berhenti di depan karpet merah. Media sempat dapat kabar pesta kostum ini akan dihadiri banyak tokoh penting, jadi ada banyak wartawan berkumpul di depan untuk potret-potret.

Fabio Jin turun dari mobil duluan. Ia mengenakan kostum ksatria hitam. Dalam situasi penuh jepretan kamera, warna hitam kostum itu sesekali berkelip dan karismanya meningkat.

Pria itu berjalan ke sisi penumpang depan mobil, lalu membukakan pintu. Dengan elegan, ia mengulurkan tangan ke luar tanda mempersilahkan wanita yang duduk di situ untuk turun. Yang keluar duluan adalah sebuah tangan yang memegangi ujung gaun putih. Satu tangan Vero He kemudian ikut keluar sambil digandeng oleh Fabio Jin. Si wanita pun akhirnya keluar sepenuhnya.

Vero He mengenakan topeng yang membuat penampilan wajahnya tidak begitu jelas. Meski begitu, tatapan mata dan dandanan pada bagian wajah yang tidak tertutup sudah cukup untuk membuat wartawan berdecak kagum. Mereka semua bertepuk tangan dengan meriah. Tanpa diragukan lagi, baru datang saja Vero He langsung jadi sosok yang paling menarik!

Fabio Jin terus menggandeng Vero He melewati kumpulan wartawan. Baru menginjakkan satu kaki di tangga, sebuah Rolls-Royce hitam mendekati mobil Fabio Jin tanpa suara. Taylor Shen keluar dengan mengenakan kostum mirip kostum pria dalam film “Prince Charming”. Wajahnya memakai topeng abu-abu. Para wartawan pun jadi makin terpesona dengan tiga sosok yang hadir nyaris berbarengan ini.

Fabio Jin dan Vero He menoleh ke Taylor Shen. Mereka melihat pria itu menaiki tangga kea rah mereka. Pada momen Taylor Shen melihat Vero He, matanya langsung terkejut dan dihinggapi rasa ingin menguasai yang menggebu-gebu.

Brengsek, gaun apa yang dia pakai ini sampai sebagian dadanya terpamerkan ke luar? Ini sih bisa dibilang seperti orang telanjang. Ia dalam hati ingin melepas pakaian itu dan “menghabisi” tubuh Vero He. Pria itu berjalan menghampiri si wanita sambil terus menatap belahan dadanya. Sungguh, kalau dia tidak punya pengendalian diri, itu baju sudah sobek-sobek daritadi!

Diberi tatapan nafsu begitu, Vero He jelas jadi tidak nyaman. Ia mengangkat bagian dada gaunnya sekali lagi seolah gaun itu bisa lepas kapan saja.

Vero He perlahan mengabaikan tatapan Taylor Shen, lalu mengajak Fabio Jin: “Pesta segera dimulai, ayo kita masuk.”

Fabio Jin menatap Taylor Shen sekilas. Pria yang kedua tengah menatap bayangan tubuh Vero He yang menjauh. Ia tersenyum tipis, “CEO Shen, silahkan!”

Taylor Shen mengalihkan mata dari punggung Vero He ke wajah Fabio Jin. Ini musuh cintanya, saat bertemu pastilah bakal saling cemburu. Ia menggeretakkan gigi: “Kamu membiarkan dia berpakaian begini? Kamu tahu ini berlebihan?”

“Maksud CEO Shen apa ya?” Fabio Jin lagi-lagi menyesal memberikan gaun ini pada Vero He. Kecantikan dan keseksiannya jadi dinikmati oleh lawan cintanya sendiri, dasar bodoh……

Taylor Shen menyipitkan mata melihat bayangan tubuh Vero He lagi. Ia gigit-gigit bibir. Tanpa bicara dengan Fabio Jin, ia langsung melangkah menyusul si wanita. Fabio Jin tersenyum kecut melihat bayangan satu wanita di depan dan satu pria di belakang yang terpampang di hadapannya.

……

Di ruang pesta yang sangat besar, para hadirin mengenakan kostum cosplay yang berbeda-beda. Variasi kostum cosplay ini membuat suasana terasa sangat hidup, apalagi di panggung juga diputarkan lagu rock and roll. Para tamu yang menari terlihat sangat berenergi dengan musik pemanasan pra-acara.

Saat Vero He berjalan masuk ruangan, lampu sorot diarahkan ke tubuhnya. Musik di panggung dihentikan, jadi orang-orang pun tanpa sadar berhenti menari. Mereka semua menatap wanita yang disorot cahaya berbentuk lingkaran.

Harus pakai kata sifat apa mereka mendeskripsikan penampilan Vero He hari ini? Semua orang bertanya-tanya pada diri masing-masing. Pada akhirnya yang terpikir hanya dua kata, yakni cantik dan sempurna.

Lagu berubah jadi lagu klasik yang menenangkan. Orang-orang yang berada di dekat pintu pada mundur untuk memberi jalan bagi “putri” yang baru datang. Mata mereka terus terarah mengikuti Vero He yang berjalan anggun dengan perlahan.

Bukan hanya mereka, semua orang yang hadir juga ikut terperangah. Selain auranya, pakaian si wanita yang berkilauan ketika kena sorot lampu juga jadi faktor pemikat.

Vero He berjalan ke arah panggung. Wajahnya tertutup topeng, jadi tidak ada yang tahu bagaimana penampilan keseluruhan wajahnya sekarang.

Akhirnya, si bintang utama naik ke atas panggung. Lagu dihentikan, lalu si wanita berjalan ke tengah panggung sembari memegangi mikrofon yang diberikan staf panitia. Suara lembut perlahan mengalir keluar dari audio ruangan. Suara Vero He yang serak-serak basah membuat semua orang yang mendengarnya merasa tenang dan rileks.

“Halo semuanya, aku Vero He. Terima kasih atas kehadiran kalian semua pada pesta mala mini, juga terima kasih atas dukungan kalian pada Parkway Plaza dua tahun ini……”

Taylor Shen berdiri di bawah sambil mengamati wanita menarik yang ada di atas. Kepercayaan diri dan ke-elegan-annya terpancarkan ke semua orang, termasuk dia. Vero He seperti seorang pemenang yang berdiri di podium dan menanti medali.

Fabio Jin berdiri di sebelah Taylor Shen tanpa bicara apa-apa. Melihat pria di sebelahnya menatap panggung dengan sangat fokus, ia bertanya pelan: “Dia luar biasa yah?”

Taylor Shen keluar dari lamunannya dan menoleh ke Fabio Jin. Meski ia tidak suka dengan sosok pria yang notabene merupakan lawan cintanya itu, ia merasa terikat dengannya karena menyukai wanita yang sama. Ia mengangguk, “Iya, sungguh luar biasa.”

“Saat kamu menelantarkannya enam tahun lalu, kamu pasti tidak pernah menyangka ia akan jadi sesukses ini kan?” Wah, pertanyaan ini sarkas dan provokatif sekali……

Taylor Shen mengernyitkan alis tanpa menjawab. Vero He barusan membincangkan sesuatu di panggung, lalu ditanggapi dengan tepuk tangan yang meriah oleh hadirin. Wanita itu melanjutkan kata-katanya dengan mengejek diri sendiri, “Barusan lagu yang diputar sangat heboh, sekarang aku bicaranya kelewat santai ya? Ah tidak apa-apa lah ya, kita semua kan kawan akrab, jadi tidak perlu canggung. Malam ini kami akan mengundi empat hadiah. Aku persilahkan sekretarisku, Nona Erin, untuk menyampaikan penjelasan lebih lanjut.”

Kostum cosplay Erin adalah rubah merah. Dibandingkan kostum Vero He yang relatif anggun dan polos, kostumnya jauh lebih heboh dan lincah. Si asisten itu menunjuk prize weel dan menjelaskan acara pengundian serta permainan malam ini.

Vero He turun dari panggung, lalu mengambil segelas cocktail dari pelayan. Ia pergi ke tempat sepi yang agak jauh dari kerumunan. Ia merasa tidak cocok dengan kerumunan ini, maklumlah umur sudah tidak muda.

Karakter ini berbanding seratus delapan puluh derajat dari karakter Erin. Bawahannya itu sangat pandai memainkan suasana. Atmosfer di ruangan ia bawa ke tingkat paling tinggi, pesta kostum resmi dimulai!

Lagu rock and roll membahana lagi dari panggung, orang-orang pun berjoget riang. Degungan musim seperti ini menggoyangkan Vero He sampai ke tulang-tulang. Sekujur tubuhnya bahkan bergetar.

Dalam hati ia berpikir, mungkin wanita setelah usia tiga puluh tahun akan tidak suka dengan keramaian begini. Yang ia lebih sukai sekarang adalah musik instrumental dan musik klasik. Suasana ramai di depan sungguh tidak cocok lagi buatnya.

Vero He menyicip cocktail-nya sedikit. Di hadapannya tiba-tiba terpampang bayangan hitam. Ketika mendongak, ia melihat ada sosok pria yang membelakangi cahaya. Meski tidak bisa melihat perawakan si pria dengan jelas, ia tetap tahu siapa pria itu dari auranya yang dominan dan intimidatif.

Si pria mendekati Vero He sedikit lagi, lalu bertanya dengan alis terangkat: “Di dalam sangat ramai, kamu selaku penyelenggara acara kok malah bersembunyi minum di sini? Rasa-rasanya itu perilaku penyelenggara yang kurang bertanggung jawab.”

Vero He menatap mata Taylor Shen yang tersibak dari topeng serigalnya. Ia tertawa: “Aku pikir kamu malam ini tidak bakal datang.”

“Khawatir aku tidak datang?” Taylor Shen berdiri di samping Vero He dengan mata yang sesekali melirik ke bagian dadanya. Bagaimana pun juga ia pria normal, mau mengontrol diri dengan cara apa pun nafsu bakal tetap muncul saat disuguhi beginian.

Apalagi pakaian Vero He hari ini lebih seksi dan lebih terbuka dari biasanya. Badannya terasa panas akibat nafsu yang makin lama makin membara.

Si wanita menggeleng. Dia berusaha mengabaikan tatapan Taylor Shen, namun sekeras apa pun ia berusaha mengabaikan, tatapan itu masih tetap terasa kuat. Kalau bisa, ia sebenarnya sungguh ingin kabur entah ke mana.

“Bukan khawatir kamu tidak datang, melainkan khawatir kamu tidak tertarik keramaian macam ini.” Vero He mundur selangkah untuk jaga jarak aman.

Taylor Shen memahami maksud kata-kata Vero He. Ia tahun ini sudah tiga puluh tujuh tahun. Benar juga ia sudah tidak suka lagi dengan menari-nari dan pesta begini. Ia merasa tidak bisa begitu masuk dengan suasana yang ada sekarang. Kalau bukan Vero He yang mengundang, kemungkinan besar ia pasti tidak datang.

“Menyindir aku sudah tua ya?” tanya Taylor Shen pelan sambil mendekatinya lagi.

Vero He mendongak menatap wajah tampannya. Ia mundur selangkah lagi, lalu si pria maju lagi, beginilah terus-menerus. Pada akhirnya, Vero He baru sadar dirinya dipepet ke sudut ruangan oleh Taylor Shen. Di belakangnya adalah tembok. Merasakan buncahan nafsu dalam diri pria di depannya, Vero He jadi panik.

Ia tersenyum kecut dengan ragu-ragu, “Berani kamu?”

Taylor Shen mengayunkan tangan ke pinggang Vero He. Ia memaksa wanita itu masuk ke dalam pelukannya. Si pria bertanya serak, “Vero He, kamu tahu apa yang ingin aku lakukan saat melihat di depan tadi?”

Panas dalam tubuh Taylor Shen menjalar ke bagian tubuh Vero He yang terbuka. Ia refleks mendorong dada si pria biar bisa mengamankan jarak di antara mereka lagi. Si wanita lalu menegur, “Taylor Shen, jangan mendekat lagi.”

Taylor Shen menaruh gelas di meja dekat mereka. Tangan besarnya memegang tangan kecil Vero He. Wanita itu ia putar dengan mudah ke belakang. Posisi ini membuat tubuh Vero He agak kehilangan keseimbangan, untung dia tidak jatuh. Air wajah Taylor Shen jadi semakin agresif. Ia berbisik pelan di samping telinga Vero He, “Aku sedang berpikir mau menyetubuhimu dengan posisi apa setelah merobek gaunmu.”

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu