You Are My Soft Spot - Bab 71 Kesepakatan Setelah Menikah (1)

Sekujur tubuh Tiffany Song kaku. Di depannya Jocelyn Yan, di belakangnya Taylor Shen dan Callista Dong. Makanan yang ia akan makan pasti tidak akan terasa enak. Ia mengambil daftar menu lalu memesannya dengan pikiran kacau. Tiba-tiba dari samping telinganya terdengar suara Taylor Shen, “Tante Dong, Nona Audrey Feng, tidak keberatan kan kalau aku yang pilihkan menu?”

Callista Dong, yang tengah memegang daftar menu, langsung tersenyum ramah:“Ah, Taylor Shen, kamu tidak perlu sungkan begitu. Di Kota Tong ini kamu tuan rumah, kamu pasti jauh lebih paham dari kami yang mana saja makanan khas restoran ini. Kamu pilih saja, tidak apa-apa kok.”

Audrey Feng melihat Callista Dong sekilas lalu protes: “Tetapi, Tante, aku ingin pesan……”

Sebelum Audrey Song menyelesaikan kalimatnya, kakinya sudah disenggol terlebih dahulu oleh kaki Callista Dong. Daftar menu di tangannya juga diambil Callista Dong. Wanita itu tersenyum tapi sekaligus memberi peringatan padanya, “Audrey Feng, biarkan saja Kakak Taylor Shen membantumu pesan. Pesanannya tidak akan membuatmu kecewa kok.”

Audrey Feng gigit-gigit bibir tanpa berani melawan, “Ya sudah kalau begitu, tolong ya, Kakak Taylor Shen!”

Taylor Shen tersenyum lebar: “Adik Audrey Feng tidak perlu sungkan.”

Mendengar Taylor Shen mengubah panggilan “nona Audrey Feng” menjadi “adik Audrey Feng” dalam sekejap, tenggorokan Tiffany Song seolah tertusuk duri ikan. Ia tersenyum namun dengan mimik wajah yang aneh.

Jocelyn Yanmemilih tempat ini agar bisa memperhatikan setiap gerak gerik Callista Dong. Dua puluh tahun lebih berlalu, wanita itu tidak menua sama sekali. Ini pasti karena perawatan tubuhnya rutin dan menyeluruh. Ia paling tua terlihat seperti wanita usai 30an. Gayanya saja yang agak berbeda sedikit.

Penuaan tidak berlaku dalam diri Callista Dong. Ia bahkan terlihat semakin menawan.

Begitu Callista Dong menyadari tatapannya, ia langsung mengangguk tanda sopan. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke Tiffany Song, “Tiffany Song, sirloin restoran ini cukup enak, foie grasnya juga.”

Di momen begini, mana mungkin Tiffany Song punya nafsu makan? Ia meletakkan daftar menunya di atas meja, “Ma, pesankan aku nasi goreng hotpot seafood saja deh.”

Jocelyn Yan memanggil pelayan restoran, dan Callista Dong kebetulan juga memanggilnya pada saat yang bersamaan. Pelayan restoran kenal Taylor Shen dan Jocelyn Yan, keduanya orang yang sangat terpandang. Setelah menimbang-nimbang sejenak untung dan ruginya, ia memilih melayani Callista Dong terlebih dahulu. Ia minta maaf dulu pada Jocelyn Yan, kemudian baru berjalan ke meja Taylor Shen.

Jocelyn Yan mendengus kesal. Jelas-jelas pelayan restoran barusan lewat meja mereka, masa malah melayani Callista Dong duluan sih? Ia kesal sekali hingga berniat bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari restoran itu, tetapi kemudian ia merasa itu akan membuat kejadian ini semakin memalukan. Ia memutuskan menahan kekesalannya dalam hati.

Tiffany Song kebingungan melihat wajah Jocelyn Yan yang mengeras. Pesan duluan dan pesan belakangan kan hanya hal kecil, mengapa dia jadi marah seperti ini? Sepertinya sejak bertemu Callista Dong, suasana hati Jocelyn Yan jadi tidak beres. Ia sepertinya punya masalah pribadi dengan Callista Dong.

Tiffany Song sedang minum air ketika terdengar suara Taylor Shen yang sangat karismatik. Ia minum air sembari menatap cermin di tembok belakang Callista Dong. Ia berusaha terlihat tidak peduli. Meski begitu, dari cermin itu terpantul bayangan Taylor Shen yang sedang memesan menu dengan serius.

Ia gigit-gigit bibir, dan begitu ia ingin menarik pandangannya dari cermin itu, Taylor Shen menegakkan kepala dan tatapan pria itu jadi bertemu dengan tatapan dirinya. Ah, sungguh tepat momennya, pikir Taylor Shen. Wahai pujaan hatiku, kamu tertangkap basah sedang mencuri pandang padaku.

“Pfttt” Air yang Tiffany Song minum langsung tersembur secara tidak sengaja. Telinga wanita itu jadi merah karena malu.

Jocelyn Yan nyaris saja tersembur. Sambil mengambilkan tisu untuknya, ia berkata: “Tiffany Song, kamu mengapa tidak hati-hati? Minum pelan-pelan lah, tidak ada yang mengejar-ngejarmu kok.”

Tiffany Song menerima tisu pemberian Jocelyn Yan. Ia mengelap area sekitar bibirnya, lalu mengelap bagian meja yang kena semburannya. Ia pun meminta maaf, “Maaf Ma, aku tadi minumya terlalu buru-buru.”

Jocelyn Yan menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Ia merasa Tiffany Song hari ini sungguh mempermalukan dirinya, bahkan keluarganya. Gadis yang dibawa Callista Dong perilakunya sungguh elegan, sementara menantu yang ia bawa sungguh memalukan. Ia sungguh menyesal hari ini tidak cek kalender Cina dulu sebelum keluar rumah, bagaimana bisa hari ini semua urusannya tidak berjalan dengan lancar?

Taylor Shen, yang sedang pesan makanan, gigit-gigit bibir. Tiffany Song jelas-jelas tersedak karena curi-curi pandang padanya, tapi bilangnya malah karena minum terburu-buru. Ia mengembalikan daftar menu ke pelayan restoran. Dengan kedua tangan memegang kepala sofa, ia berbalik badan sedikit lalu berseru pada Jocelyn Yan: “Tante, makananmu sudah aku pesankan sekalian. Selamat menikmati!”

Tiffany Song, yang tengah mengelap bekas tumpahan air di mejanya, langsung terhenyak karena suara Taylor Shen yang tiba-tiba terdengar halus di telinganya. Ia melihat cermin di belakang Jocelyn Yan. Entah sengaja atau tidak, gerakan Taylor Shen menghadap ke belakang diarahkan sedemikian rupa seolah pria itu sedang memeluknya. Telinganya panas, hatinya panik, orang ini sungguh nekat! Dia tidak takut kalau Jocelyn Yan melihat posisi ini apa?

Jocelyn Yan tidak merasa ada yang keliru sedikit pun, sebab dari posisinya, gerakan Taylor Shen terlihat sangat natural. Ia hanya agak heran, orang yang biasanya tidak pernah mau menyapanya tiap berpapasan kok hari ini malah baik sekali hingga membantu ia dan Tiffany Song pesan makanan.

Jocelyn Yan mengangguk penuh senyum, “Terima kasih, Taylor Shen.”

“Tante tidak perlu sungkan. Sudah ya, aku tidak mau mengganggu waktu berdua kalian.” Seusai mengucapkan ini, Taylor Shen melihat Tiffany Song melalui cermin sekali lagi, lalu mengalihkan pandangannya.

Tiffany Song membuang nafas panjang, tekanan dalam dirinya akhirnya hilang seketika. Tubuhnya nyaris saja mengeluarkan keringat dingin karena ketakutan. Baginya, makanannya kali ini pasti akan terasa hambar.

Sikap Taylor Shen yang ramah dan kalem sungguh disukai Callista Dong. Pria semacam ini cocok masuk dalam keluarganya. Kalau Audrey Feng bisa menikah dengan Taylor Shen, ia pasti akan sangat bahagia.

“Audrey Feng, Taylor Shen itu kakak kelasmu loh. Dia lulus dari Stanford pada usia 20. Kamu harus belajar padanya,” ujar Callista Dong untuk mulai mendekatkan mereka berdua.

Audrey Feng mengernyitkan alis. Kalau sampai ia tahu tantenya hari ini akan mengajaknya makan dengan Taylor Shen, ia pasti akan mengusahakan segala cara untuk tidak datang. Ia kan sudah bilang ia tidak tertarik sama sekali dengan Taylor Shen, mengapa tante masih terus membujuknya?

“Tuan Shen, berarti kamu ditekan terus oleh sekolah ya jadi bisa lulus secepat itu?” Dalam bayangan Audrey Feng, sekolah di luar negeri pasti bawaannya tertekan terus.

Taylor Shen menjawab sambil tersenyum; “Bukan ditekan oleh sekolah kok, tetapi memang situasi memaksaku untuk melakukannya.”

Tiffany Song terhenyak. Nada bicara Taylor Shen kok seperti mengandung sindiran ya?

Audrey Feng terdiam. Ketika ia melihat Taylor Shen dari atas ke bawah untuk kedua kalinya, ia sendiri juga merasa Taylor Shen adalah pria yang sangat mempesona. Namun, sayang sekali, pria itu tetap bukan tipe yang ia suka. Ia berkata, “Tuan Shen, aku dengar kamu bercerai dengan mantan istrimu karena kepribadian kalian tidak cocok. Menurutmu kepribadianku bagaimana?”

Dua hari lalu, begitu divisi relasi publik Shen’s Corp mengumumkan bahwa pernikahan Taylor Shen dan Lindsey Song yang baru berusia satu tahun akan berakhir karena kepribadian mereka tidak cocok, seluruh penjuru Kota Tong terkaget-kaget. Satu tahun lalu Taylor Shen disebut-sebut sudah berhasil menemukan wanita pujaannya dan akhirnya menikah, tapi hanya dalam satu tahun sepasang suami istri itu akhirnya memutuskan bercerai. Sungguh sayang.

Ekspresi kesal Lindsey Song begitu keluar dari kediaman keluarga Song juga sempat tertangkap kamera milik wartawan yang berjaga di depannya. Ketika dimintai keterangan, wanita itu hanya berkata, “Aku ingin menyudahi ini semua.” Begitu Kakek dengar kabar ini, ia langsung melempar vas bunga kunonya, yang harganya luar biasa mahal, sambil memaki-maki Taylor Shen tidak karuan.

Jocelyn Yan dan Nelson Shen juga sungguh kaget. Baru beberapa waktu lalu Taylor Shen bilang ia tengah berpikir untuk bercerai dengan Lindsey Song, eh tahunya sungguh-sungguh bercerai dalam waktu yang sangat cepat. Mereka belum keburu mencegahnya.

Mendengar Audrey Feng bertanya begitu pada Taylor Shen, Tiffany Song jadi tertawa sendiri dalam hati. Wanita yang datang bersama Callista Dong ini belum tahu saja Taylor Shen orangnya bagaimana!

Callista Dong tidak menyangka Audrey Feng akan seblak-blakan ini. Wajahnya jadi muram, ia mengernyitkan alis, “Audrey Feng, jangan ngomong sembarangan. Cepat minta maaf pada Taylor Shen!”

Semuanya mengira Taylor Shen akan marah, namun pria itu malah menjawab dengan tenang dan senyum lebar: “Adik Audrey Feng kelihatannya senang blak-blakan ya, ingin berkata apa pasti langsung dikatakan. Itu jauh lebih baik daripada wanita-wanita yang di mulutnya bilang iya tetapi di hatinya bilang tidak.”

Entah mengapa Tiffany Song merasa kata-kata “wanita yang di mulutnya bilang iya tetapi di hatinya bilang tidak” yang diucapkan Taylor Shen terdengar seperti tengah diarahkan padanya. Pria ini sedang berusaha menyindirnya ya?

Callista Dong membuang nafas lega. Kata-kata Taylor Shen barusan mengisyaratkan ia cukup tertarik dengan Audrey Shen, jadi ada kemungkinan mereka bisa dijodohkan nih. Asal ia tambah usahanya sedikit lagi, ia pasti akan berhasil menjodohkan mereka.

Makanan dengan cepat dihidangkan di atas meja. Mendengar suara hotpot nasi goreng pesanan Tiffany Song, ditambah menghirup aroma pedasnya yang menyeruak, Jocelyn Yan tidak tahan bertanya, “Tiffany Song, kamu kok suka makan ini sih?”

“Memang ada masalah?” jawab Tiffany Song sambil mengenryitkan alis. Ia tadi pagi lari satu jam dengan Stella Han. Perutnya kini sangat kosong, dan makanan di restoran barat yang bisa mengisi perutnya hingga penuh ya hanya nasi goreng seafood. Kata-kata Jocelyn Yan barusan tadi terdengar seperti menganggap makanannya menjijikan dan tidak layak dimakan. Tiffany Song sungguh tidak paham dengan jalan pikiran wanita itu.

Jocelyn Yan melihat cabai-cabai merah di atas hotpot Tiffany Song, lalu menggeleng: “Ya tidak apa-apa sih. Yasudah cepat makan, habis ini kita lihat mobil.”

Tiffany Song mulai menyantap makananya. Nasi goreng hotpot seafoodnya sangat enak, aroma cabai Sichuan yang dipadukan dengannya membuatnya semakin menggugah selera. Tiffany Song makan sambil terus menarik nafas menahan pedas. Semakin ia makan, semakin ia bernafsu.

Jocelyn Yan menatap Audrey Feng yang sedang menyantai steak sapi dengan sangat elegan. Ia bergeleng sambil mendengus. Ah, sudahlah, siapa suruh ambil menantu yang kampungan ini.

Barusan, ketika menandai pesanan di daftar pesanan, Taylor Shen sebenarnya sengaja meminta tambahan cabai pada nasi goreng hotpot seafood Tiffany Song. Ia awalnya ingin mengerjainya, siapa sangka wanita itu tahan dan malah semakin lahap makannya. Ia jadi tidak senang, ia memotong steaknya dengan geram sambil membayangkan tengah memotong-motong tubuh wanita itu.

Bukannya katanya mau bercerai? Kok malah dekat-dekat dengan Jocelyn Yan, bahkan mau lihat mobil segala? Maunya apa sih sebenarnya?

Taylor Shen melihat cermin di tembok seberang. Dari cermin itu terlihat Tiffany Song sedang makan dengan sangat lahap hingga wajahnya hanya berjarak sejengkal dari hotpot. Ia jadi semakin risih, ini orang sudah berapa tahun tidak makan sih?

---------------

Memang kalau makan makanan Sichuan yang terpenting adalah jangan berhenti. Sekalinya berhenti, mulut kita akan dipenuhi aroma pedas yang tidak tertahankan. Tiffany Song dalam sekejap menghabiskan nasi goreng seafood-nya.

Wanita itu kemudian meminum air untuk menetralkan perutnya yang terasa panas. Wajahnya merah sekali, dan bibirnya juga masih lebih merah dari itu. Bibirnya seperti mawar merah yang mekar dan tengah menunggu dipetik oleh manusia.

Taylor Shen menatap Tiffany Song dari cermin. Melihat wajah wanita itu sekarang, ia jadi semakin mengernyitkan alis.

Ketika Jocelyn Yan ke kasir untuk membayar tagihan makanan, pelayan restoran memberitahukannya bahwa Taylor Shen sudah sekalian membayar tagihannya. Ia memasukkan tasnya dalam tas, lalu keluar dari hotel bersama Tiffany Song. Di depan lobi hotel sudah terparkir limousin mereka. Begitu Tiffany Song masuk dan duduk, ia baru sadar William Tang juga ada di dalam mobil. Ia ingin buru-buru turun, tapi terhalang oleh Jocelyn Yan yang sedang masuk dan segera menutup pintu.

Jocelyn Yan juga kaget dengan kehadiran William Tang. Ia bertanya, “William Tang, bukannya kamu bilang kamu sangat sibuk sore ini? Kok kamu bisa datang kemari?”

William Tang sedang memegang setumpuk berkas. Ia menatap Tiffany Song sejenak, lalu kembali membaca berkas, “Rapat sore ini tiba-tiba dibatalkan. Kalian ini mau ke mana?”

“Ke pameran mobil.” Jocelyn Yan buru-buru menjawab sebelum Tiffany Song duluan bicara, “Aku berencana membelikan Tiffany Song mobil biar ia tidak jalan kaki terus.”

Sambil tetap membaca berkas, William Tang menjawab: “Oh oke, silahkan saja.”

Kehadiran William Tang membuat Tiffany Song jadi merasa canggung. Ia menolak: “Ma, tidak perlu, sungguh. Aku sangat nyaman naik MRT, kalau nanti naik mobil pasti macet.”

Di restoran tadi, Tiffany Song sebenarnya ingin memberitahu Jocelyn Yan bahwa Lindsey Song hamil anak William Tang, jadi keputusannya untuk bercerai dengan William Tang kini benar-benar bulat. Sayang tadi ada Taylor Shen dan Callista Dong, ia jadi batal bicara.

Jocelyn Yan menatapnya, lalu berkata ramah: “Tapi kalau ada mobil kan tetap lebih nyaman. Tiap akhir pekan kamu juga bisa jalan-jalan dengan teman-teman dan kolegamu. Kamu sudah lima tahun masuk keluarga Shen, tetapi aku tidak pernah membelikanmu apa-apa, jadi anggap saja ini kado dariku ya. Kamu harus terima ya.”

“Ma……”

“Kita pergi lihat-lihat saja dulu, masalah beli atau tidak itu urusan nanti. Aku sulit cari waktu untuk bisa jalan-jalan denganmu, jangan kecewakan aku untuk kali ini, oke?” potong Jocelyn Yan.

Tiffany Song melihat William Tang yang daritadi sibuk baca berkas. Ia gigit-gigit bibir: “Ma, aku sudah memutuskan untuk bercerai dengan William Tang.”

“Aku tahu kok.” Jocelyn Yan sama sekali tidak marah, ia malah menjawab dengan nada keibuan: “Waktu itu, saat kamu makan di kediaman kami, kamu memang ingin mengatakan ini bukan? Selama ini William Tang memang tidak menghargaimu, jadi kalau kamu mau bercerai dengannya, kami tidak akan menyalahkanmu. Tetapi Paman Keempat William Tang juga baru bercerai, dan kakek sekarang lagi sakit. Aku takut sakitnya jadi makin kronis kalau ia dengar kabar kalian juga mau cerai. Tiffany Song, Mama selama ini tidak pernah baik padamu, jadi sekarang Mama ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin kita bisa berhubungan dengan baik dan harmonis layaknya mertua dan menantu pada umumnya, kamu mau kan?”

Ketika Jocelyn Yan mengucapkan ini, William Tang memang tetap tidak menatap Tiffany Song, tetapi tangannya yang daritadi ia gunakan untuk memegang berkas jadi mengepal erat-erat karena geram.

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu