You Are My Soft Spot - Bab 233 Aku Masih Mencintainya

Vero He melihat wajah sang pria yang tampan semakin lama semakin mendekat, sang wanita tidak menghindar, melainkan hendak menerimanya dengan menutupi mata. Sang wanita hendak mencoba, selain pria itu, apakah sang wanita bisa menerima pria lain tidak.

Fabio Jin melihatnya menutupi mata, bola mata hitamnya melintas sebuah rasa senang. Sang pria mengangkat tangan menekan bahunya, bibir yang tipis mendekatinya perlahan, terakhir, bibirnya menempel dengan sepasang kelopak bibir dia, sama manisnya seperti rasa yang dia bayangkan, membuatnya senang.

Vero He menahan perasaannya yang hendak mendorongnya, gesekan antara kedua bibir membuat hatinya bergejolak, tidak bisa, tidak peduli seberusaha apa dia memaksakan diri, dirinya tetap tidak mampu menerima. Tepat saat Fabio Jin hendak mencicipi rasa yang lebih manis darinya, sang wanita sudah melepaskan diri.

Fabio Jin berusaha menyembunyikan kekecewaan hatinya, membuka mata melihatnya, hati Vero He sedikit kacau, dia perlahan-lahan berjalan ke jembatan kayu. berjalan ke tengah sungai. Saat Fabio Jin melihatnya, dia bergegas mengikuti.

Sudah memasuki musim dingin, di bawah sinar matahari, terdapat kabut yang muncul dari permukaan sungai.

Vero He tidak memalingkan kepala. Terdengar suara "krek" dari belakang, sang wanita tahu dia sedang mendekatinya, sang wanita bergegas merangkai kata-kata, membalikkan badan melihatnya, "Fabio, aku sudah mencobanya, tidak bisa. Kita sebaiknya tetap menjadi teman saja, kamu juga jangan menyia-nyiakan waktumu terhadapku lagi."

Pernah mengalami kehilangan, jadi, sang wanita tidak boleh memiliki hubungan tidak jelas dengannya terus, dan kembali kehilangan seorang teman yang memperlakukannya dengan setulus hati.

Ekspresi Fabio Jin mengkaku, sebuah harapan yang baru saja muncul, dalam sekejab mata berubah menjadi hampa, sang pria berkata: "Kenapa? Apakah aku terlalu buru-buru hingga menakutimu?"

Vero He menggelengkan kepala, "Bukan karena kamu tidak baik, melainkan hatiku ini tidak mampu menerima orang lain, maaf. Aku sudah berusaha, juga ingin memberikan sebuah kesempatan pada diri sendiri untuk memulai dari awal, tapi aku menyadari, ini adalah hal yang lebih sulit dibandingkan dengan apa yang kupikirkan."

Vero He memalingkan pandangan, melihat langit biru dan awan putih, warna birunya langit terpantul pada matanya, perlahan-lahan berubah menjadi kemurungan yang begitu pekat hingga tak bisa dihapuskan, kamu menyerah saja, aku bukanlah seorang wanita yang baik."

"Aku selalu tahu kamu adalah orang yang seperti apa, kamu bersikap kejam terhadap orang lain, namun juga akan bersikap lebih kejam terhadap diri sendiri. Vero, kenapa tidak bersedia melepaskan masa lalu, dan memulainya dari awal?"

"Karena masa lalu tetap ada dari dulu hingga sekarang, semakin aku menghindar, maka akan semakin terluka, aku tidak ingin terluka, makanya aku menerima masa lalu, tapi semua orang dan hal yang ada di masa lalu, sudah mentakdirkanku tidak bisa memulainya lagi dari awal. Fabio, kamu adalah orang yang baik, latar belakang dan karaktermu begitu unggul, aku tidak ingin menarikmu masuk ke dalam lumpur, untuk membayar masa laluku." Vero He menarik kembali pandangan matanya, kemudian melihat sang pria dengan diam.

Sang wanita mengakui dirinya kagum terhadap sang pria, masa saat bersama dengannya, juga terasa nyaman. Tapi Vero He tahu dengan jelas, ini bukanlah cinta. Saat tiba pada umurnya ini, sangatlah tidak nyata jika dia masih mengharapkan sebuah cinta, tapi sang wanita telah mampu melihat sebuah perasaan cinta yang membara dari balik mata Fabio Jin.

Sang wanita tidak mencintainya, tapi malah menerimanya, ini tidaklah adil baginya.

Sebuah perasaan jika tidak bisa mendapatkan tanggapan yang diharapkan, maka cepat atau lambat pasti akan sengsara, sang wanita tidak bersedia membuatnya terluka, makanya lebih bersedia mengatakan hasil padanya setelah mengetahui dirinya tidak bisa menerima setelah berusaha mencoba dari awal.

Sepasang tangan Fabio Jin memegang bahunya, pandangan mata dengan panik menatapnya, "Tiffany, kamu masih belum mencobanya."

Masa lalu sang wanita, semuanya diketahuinya, seluruhnya diterima olehnya. Kesulitan yang pernah dialami oleh sang wanita, akan membuatnya semakin mencintainya menyayanginya, sang pria hanya memerlukan sebuah kesempatan, sebuah kesempatan untuk memasuki hatinya.

Vero He membungkam bibirnya, saat mendengar ucapan ini dari mulutnya, sang wanita tidak merasa kaget, hanya saja, dirinya sudah ditakdirkan untuk mengecewakan perasaan sang pria terhadapnya, "Sudah mencobanya, tidak bisa, aku masih mencintainya."

Tekanan tenaga yang terasa di bahu bertambah kuat, masih belum sempat membuatnya kesakitan, tangan sang pria langsung merosot jatuh. Vero He memandangnya, terlihat rasa sedih di matanya. Mungkin penolakan apapun, tidak akan semenusuk dibandingkan dengan sebuah kalimat, "Aku masih mencintainya."

Hatinya masih terdapat seorang pria lain, jadi bagaimana caranya agar dia bisa menggantikan pria itu?

Fabio Jin masih memiliki aura bangga dan kharisma, setelah kehilangan kendali beberapa saat, dia langsung kembali normal, tidak merasa tidak rela juga tidaklah kesal, tetap lembut seperti biasanya, "Vero, aku mencintaimu, jadi aku menghormati keputusanmu, tidak memaksamu, tidak membuatmu merasa serba salah. Tapi jika dia tidak mampu memberikan kebahagiaan untukmu, maka datanglah ke sisiku, pelukanku akan selalu terbuka untukmu."

Entah apa yang menyebabkan munculnya sebuah perasaan, yang begitu mendalam.

Sang pria pada awalnya hanya merasa penasaran terhadap Vero He, sejak kapan terdapat perasaan sedalam ini terhadapnya, dia sendiri juga tidak tahu jelas. Hanya saja, ketika Ibunya menanyakannya, ingin bertunangan dengan Vero He atau tidak, jawaban di dalam hatinya adalah ingin, ingin membuat wanita yang diam dan menangis masuk ke dalam pelukan, melindunginya dengan baik-baik.

Saat melihatnya menangis, dia akan merasa sedih, melihatnya tertawa, sang pria akan bahagia, saat menciumnya, sang pria akan gemetaran, akan mengharapkan lebih banyak. Sang pria berpikir, mungkin, inilah cinta,tidak memerlukan begitu banyak alasan, cukup dengan terpikat olehnya.

"Fabio, untuk apa kamu seperti itu?" Vero He menghela napas panjang, dia mana pantas mendapatkan perasaan mendalam darinya?

"Mencintaimu, tidaklah pahit."

Saat kembali ke villa, James He dan adik perempuannya telah kembali ke sana, keduanya duduk di kursi di bawah penyinaran matahari, satunya sedang membelah delima, yang satunya sedang membuat jus delima, melihat mereka berdua telah kembali, Angela He dengan begitu bersemangat melambaikan tangan terhadap Vero He, "Kak, cepat kemari, ini sangat menyenangkan."

Vero He melihat Fabio Jin sekilas, lalu bergegas berjalan ke samping Angela He untuk duduk, melihat air jus delima mengalir keluar dari mesin, dia merasa sangat ajaib, "Ternyata jus delima didapatkan dengan cara ini, aku selalu mengira cukup dengan menggunakan blender."

"Ajaib bukan?" Angela He menghentikan pergerakannya, membiarkan Vero He mencobanya, dia mengambil saringan dan meremas delima, lalu menyodorkannya ke hadapan mereka, "Cobalah, enak tidak?"

Vero He menerimanya dan mencicipinya, lalu kembali mencicipi, lalu meminum seluruh jus yang ada di gelas, dia berkata: "Rasanya sangat segar dan manis, Fabio, kamu telah menanam pohon delima sebanyak ini, lalu membiarkan buah delimanya membusuk di pohon, sungguh menyia-nyiakan sumber daya alam yang berharga."

"Benar bukan? Jadi, kalian harus sering datang, datang untuk menikmati pemandangan bunga saat bunga delima telah mekar, lalu datang meminum jus delima saat delima telah matang, dengan begitu, lahan kebun delima ini baru bisa memiliki harga." Fabio Jin duduk di samping James He, Angela He bergegas memberikan segelas jus delima kepada sang pria.

"Juga bisa memancing, aku lihat ada begitu banyak ikan di sungai itu, nanti setelah selesai makan, mari pergi memancing ikan, malam ini akan memasak hotpot ikan ataupun ikan sayur asam, semeja penuh dengan ikan, memikirkannya saja sudah membuatku berliur." Angela He berkata.

"Dasar kamu, benar-benar seorang pemakan rakus." Nada bicara James He mengandung kasih sayang, pandangan matanya melintas ke Fabio Jin dan Vero He, tadi saat dia dan Angela He kembali, kebetulan melihat mereka sedang saling berciuman di samping sungai, dia tidak bisa menggambarkan bagaimana suasana hatinya, perasaannya bercampur aduk.

Ini bagaikan sebuah harta berharga yang telah disembunyikannya dengan begitu berhati-hati, telah dirampas oleh orang lain, sangat kecewa. Tapi dia tahu pria yang merampas harta berharganya ini, akan lebih menghargainya, makanya James He merasa tenang.

Diantara Fabio Jin dan Taylor Shen, James He lebih memilih Fabio Jin, dia dan Fabio Jin tumbuh besar bersama, dia sangat yakin terhadap watak dan karakter Fabio Jin, asalkan dia bisa memberikan kebahagiaan terhadap Vero He, dia akan menyemangati Fabio Jin untuk mengejar Vero He.

Tapi, mungkin semua orang yang menjadi seorang kakak akan memiliki perasaan yang sama, tidak akan ada orang yang pantas untuk bersama dengan adik tersayangnya.

Di tengah percakapan, ponsel Vero He yang diletakkan di meja berdering, jarak Fabio Jin paling dekat dengannya, dalam sekilas langsung mampu melihat nama di layar, ekspresi wajahnya sangat murung. Vero He meletakkan gelas, mengambil ponsel, saat melihat nama yang muncul di layar, dia kaget, berdiri dan berkata: "Aku pergi mengangkat telepon dulu."

Saat sang wanita telah menjauh baru mengangkatnya, nada bicara terdengar sedikit kaget, "Ada masalah?"

"Hak penjualan dari sebuah merk yang sebelumnya kamu bahas denganku, aku telah melihat proposalnya, dan memutuskan untuk memberikan hak penjualannya kepadamu." Yang berada di tangan Taylor Shen saat ini tepat merupakan dokumen proposal itu, hari itu dia terlalu gugup, dan meninggalkannya saat pergi, lalu tidak pernah kembali untuk mengambilnya.

Sang pria tahu dia sedang menghindarinya, karena kejadian kehilangan kendali saat itu.

Vero He mengernyitkan kening, Taylor Shen telah mengakuisisi perusahaan CEO Qin, ada begitu banyak hak penjualan dari beberapa merk terkenal yang ditangani olehnya, sang wanita berkata: "Aku tidak berada di kota, aku akan pergi besok."

"Nona He, aku peringatkan padamu sejenak, kalau kamu besok baru datang, mungkin saja aku akan berubah pikiran, dan tidak ingin memberikannya padamu. Ataupun, mungkin kamu harus menghabiskan biaya yang lebih besar untuk mendapatkan hak penjualan merk ini." Bibir tipis Taylor Shen terangkat, dia mengerti bagaimana caranya menangkap poin penting.

Vero He menggertakkan gigi, maksudnya sudah sangat jelas, sengaja ingin mempersulitkannya, tapi hak penjualan ini sangat penting baginya, ada begitu banyak pelanggan VVIP yang memberikan feedback sangat menginginkan barang merk ini, jika ingin membuat para pelanggan itu menetap, maka harus terus menjual berbagai barang baru merk luar negeri terkenal.

"Baik, aku akan segera ke sana."

"Begitu baru patuh, saat datang, sekalian bawakan makan siang." Mata Taylor Shen melintas sebuah senyuman karena telah berhasil, lalu menutup panggilan.

Mendengar suaranya yang senang, Vero He merasa sangat kesal, dia meremas ponsel, setelah suasana hatinya sudah lebih tenang, baru dia membalikkan badan berjalan ke tenda payung besar, beberapa pasang mata sedang memandangnya, sang wanita berkata dengan perasaan bersalah: "Mohon maaf, perusahaan mendadak ada masalah, aku harus bergegas kembali untuk mengurusnya."

Pandangan mata Fabio Jin sedikit murung, dia berdiri, berkata dengan sedikit sedih: "Aku akan mengantarmu kembali."

"Tidak perlu, Kakak, mobilnya pinjamkan untukku sebentar, aku akan berusaha kembali sore hari nanti untuk menemani Papa memancing." Vero He tersenyum menolak Fabio Jin, karena kejadian di pinggir sungai tadi, sang wanita merasa bersalah terhadap sang pria, tidak ingin banyak merepotkannya.

James He berdiri, berkata: "Aku akan mengantarmu."

"Jangan, kalau kamu pergi, Papa akan lebih tidak senang, aku akan segera kembali, nanti pancinglah ikan lebih banyak, aku menantikan hotpot ikan dan ikan sayur asam untuk makan malam nanti." Vero He mengambil kunci mobil, kedua pria mengantar kepergiannya dengan pandangan mata.

Melihat mobil telah menjauh, keduanya saling bertatapan, dan kembali duduk.

Vero He mengemudikan mobil masuk ke kota, di tengah perjalanan, dia menelpon sebuah restoran yang sangat familiar dengannya untuk memesan makanan, saat dia tiba di depan pintu restoran, pelayan memberikan kotak makanan kepadanya, setelah dia menandatanganiya, baru bergegas pergi ke rumah sakit.

Memarkirkan mobil dengan baik, membawakan makanan naik ke atas, saat tiba di luar kamar pasien, dia mendorong pintu dan masuk, dia kaget hingga terpaku di tempat saat melihat gambaran yang ada di depan mata.

Baju pasien Taylor Shen terbuka, sepasang kakinya berlekuk, wajahnya yang tampan terdapat ekspresi menahan kesakitan, seorang suster yang memakai seragam suster berwarna merah muda sedang merebah di samping kakinya, dilihat dari sudut pandangnya itu, gambaran itu terlihat begitu intim.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu