You Are My Soft Spot - Bab 60 Sayang Sekali, Ginjalku Sedang Tidak Enak (1)

Senin pagi, ketika Tiffany Song baru masuk ruang kerja, Sally Yun langsung berlari menghampirinya. Wanita itu bertanya, “Nona Song, sudah baca koran hari ini?”

Sekujur tubuh Tiffany Song langsung kaku. Seusai memaksa Taylor Shen pergi kemarin, hatinya memang langsung tidak enak. Tetapi, ketika teringat ancaman William Tang, ia langsung mengingatkan dirinya sendiri bahwa tindakannya itu benar. Ia sudah masuk dalam pusaran penderitaan, untuk apa ia menarik lagi satu orang yang baik padanya untuk ikut masuk juga?

“Koran apa?”

Sally Yun menaruh koran yang ia pegang ke hadapan Tiffany Song, “Song’s Corp akan diinvestigasi. Aku dengar ada orang yang mengirim surat anonim ke badan pengawas dan memberitahukan mereka bahwa lima tahun lalu penanggungjawab Song’s Corp melakukan sekaligus menerima suap. Kemarin sore Benjamin Song sudah dibawa untuk dimintai keterangan.”

Tiffany Song dari kemarin mematikan ponselnya, jadi ia sama sekali tidak tahu terjadi hal sebesar ini dalam Song’s Corp. Ia bertanya, “Apakah ada disebut siapa penulis suratnya?”

“Namanya saja surat anonim, ya siapa yang tahu siapa yang mengirimnya? Kalau pun tahu, koran ini jelas tidak akan berani memberitakannya.” Ketika sadar wajah Tiffany Song menjadi sangat pucat hingga dandanannya pun tidak bisa menutupinya, Sally Yun bertanya cemas, “Nona Song, wajahmu terlihat pucat, kamu tidak apa-apa kan?”

Tiffany Song menggeleng, mengambil koran yang diberikan Sally Yun tadi, lalu memberi wanita itu kode untuk keluar.

Ia lalu buru-buru mencari berita tentang Song’s Corp, dan memang benar kontennya sama persis dengan apa yang diceritakan Sally Yun. Di bagian paling bawah berita itu juga ada foto Benjamin Song dibawa pergi oleh tim investigasi. Pria yang gagah itu berjalan dengan posisi agak membungkuk, dan itu membuatnya terlihat lebih tua belasan tahun.

Tiffany Song buru-buru mengeluarkan ponselnya dari tas. Durasi telepon yang tidak ia angkat totalnya dua menit. Ia melihat daftar telepon yang tidak ia angkat tersebut. Jocelyn Yan menelepon tiga kali, William Tang menelepon lima belas kali, dan Taylor Shen menelepon nyaris lima puluh kali. Matanya kemudian tertuju ke nama Paman Keempat. Orang itu meneleponnya ketika ia dan Jocelyn Yan sedang pergi ke rumah sakit, dan setelahnya ia tidak menelepon lagi.

Tiffany Song tidak tahu harus bagaimana menjelaskan situasi hatinya saat ini. Ia agak kecewa, dan ia merasa seperti ditimpa beban berat.

Ia lanjut mengecek riwayat teleponnya. Song’s Corp ditimpa kejadian sebesar ini, tetapi di daftar panggilan tidak terjawabnya sama sekali tidak anak nama anggota keluarga Song.

Tiffany Song meletakkan ponselnya di meja, lalu keluar ruang kerja untuk mengisi ulang air teh. Benjamin Song tahu terima kasih, separah-parahnya pria itu mengabaikannya, pria itu akan tetap memberikan tempat untuknya. Mereka bisa mengabaikannya, tetapi mengapa ia tidak bisa melakukan yang serupa dengan mereka?

Andai saja…… Andai saja anggota keluarga Song meminta pertolongannya……

……

Ruang kerja CEO Shen’s Corp.

Christian mengetok pintu, masuk, lalu menatap Taylor Shen, yang sedang duduk di depan meja sambil membaca sertumpuk dokumen. Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu namun ragu. Beberapa saat kemudian, ia akhirnay berhasil memberanikan diri: “CEO Shen, Nyonya Shen sekarang di luar dan minta bertemu Anda. Ia bilang ada hal penting yang ingin ia bicarakan dengan Anda.”

Taylor Shen mencoret dokumen yang sedang ia baca dengan kasar. Wajahnya muram, dan dari suaranya ia terlihat sangat tidak senang, “Tidak peduli!”

Christian hanya menjawab “baik”, lalu keluar.

Taylor Shen membanting pulpennya ke atas meja. Suasana hatinya makin lama makin kacau. Ia sadar betul ia sungguh tidak dewasa, masa hanya karena ditolak seorang wanita ia jadi susah tidur dan susah makan.

Ketika Taylor Shen mau bangkit berdiri, pintu ruang kerja tiba-tiba dibuka seseorang. Lindsey Song masuk dengan diikuti Christian yang berwajah serba salah di belakangnya. Taylor Shen menatap Christian dengan kesal sekilas. Christian hanya bisa menunduk, “CEO Shen, saya……”

“Keluar, tutup pintu rapat-rapat,” ujar Taylor Shen dingin sambil kembali duduk.

Christian buru-buru keluar dan meninggalkan Taylor Shen dan Lindsey Song berdua di dalam.

Taylor Shen menyalakan rokok, memasukkannya ke sela-sela bibir, lalu meniup asap yang tebal dan panjang. Lindsey Song ternganga melihatnya. Taylor Shen ketika merokok sangat seksi, terutama ketika matanya bertemu dengan mata dirinya. Pria itu seolah memberitahunya bahwa ia lah wanita satu-satunya di matanya.

Lindsey Song langsung sadar ini bukan waktunya mengurusi hal-hal macam itu. Saat ini Song’s Corp tengah dalam keadaan bahaya, dan ayahnya sudah dibawa tim investigasi. Orang yang bisa ia minta tolong hanya Taylor Shen. Ia berjalan perlahan mendekatinya, lalu berkata, “Taylor Shen, semalam aku mengirim pesan padamu, kamu sudah baca belum?”

“Sudah,” jawab Taylor Shen bohong.

“Kalau sudah baca mengapa kamu tidak pulang? Kamu tahu tidak aku menungguimu semalam suntuk?” Nada bicara Lindsey Song meninggi. Mereka sudah menikah setahun, tetapi jumlah pertemuannya dengan Taylor Shen anehnya kalah dengan jumlah pertemuan Taylor Shen dengan sekretarisnya.

Taylor Shen memang pernah membelikannya sekuntum bunga dan memegang tangannya, tetapi bagi pria itu ia sepertinya hanya seberkas udara hampa.

Taylor Shen kali ini benar-benar berdiri. Ia menghirup rokoknya keras-keras, lalu berjalan mendekati Lindsey Song. Ia memegangi dagu wanita itu, lalu menghembuskan asap rokoknya ke wajahnya, “Untuk apa menungguiku? Kesepian?”

Hembusan asap rokok itu membuat Lindsey Song terbatuk. Kedekatan tubuhnya dengan tubuh Taylor Shen kini membuatnya agak gelisah. Seberkas kesedihan terlihat di wajahnya. Sejak ia hamil, William Tang sangat jadi sangat jarang menyentuhnya.

Meski membuat gelisah, sentuhan tangan Taylor Shen sekaligus juga membuatnya nafsu. Ia lupa pria itu sering mengabaikannya. Lindsey Song mengulurkan tangan dan memegang dada Taylor Shen, lalu berkata manja, “Suamiku, aku……”

Taylor Shen langsung melepaskannya, “Sayang sekali, ginjalku sedang tidak enak! Aku juga tidak terbiasa naik kendaraan umum!”

Karena dilepaskan tiba-tiba, Lindsey Song nyaris saja jatuh. Lindsey Song awalnya tidak paham apa maksud kata-kata pria itu, namun perlahan-lahan ia akhirnya bisa mencernanya. Sungguh tidak disangka, pria itu mengejeknya dengan sebutan kendaraan umum. Ia dihina sebagai wanita yang dipakai banyak pria!

Lindsey Song tersinggung. Ia lupa dengan tujuan awalnya datang ke sana, yakni meminta pertolongan. Ia menunjuk-nunjuk pria di hadapannya: “Taylor Shen, ginjalmu beneran tidak enak> Bukannya kamu jelas-jelas……”

Lindsey Song menatap Taylor Shen dengan sangat dingin.

Namun Lindsey Song memilih tidak melanjutkan kalimatnya. Ia tidak boleh emosi, ayahnya sedang menunggu bantuan darinya. Ia piker, nanti saja kalau Song’s Corp sudah melewati masa-masa sulit barulah ia buat perhitungan yang jelas dengan pria itu. Ia menjaga nada bicaranya tetap tenang, “Suamiku, kamu sungguh bisa melawak. Mobil di garasimu kan banyak sekali, buat apa kamu naik kendaraaan umum?”

Taylor Shen tidak menjawab. Ia berbalik badan dan kembali duduk di kursinya.

Lindsey Song berjalan ke sampingnya, lalu berlutut di hadapannya dan memohon iba: “Suamiku, ayahku dibawa tim investigasi. Badan pengawas bilang ia terlibat suap menyuap. Ayahku seumur hidup selalu taat hukum, bagaimana bisa ia melakukan tindakan seperti itu? Kenalanmu di Kota Tong banyak, aku mohon tolong bantu aku selamatkan ayahku.”

“Kebenaran akan terbukti pada waktunya. Kalau ayahmu tidak terbukti bersalah, tim investigasi nanti akan memulihkan nama baiknya kok.”

Lindsey Song dalam hati agak marah. Kata-kata Taylor Shen ini jelas bermakna pria itu tidak mau membantunya. Ia mencoba lagi, “Suamiku, kamu kan menantunya, bagaimana bisa kamu sedingin dan setidak peduli ini dengannya? Lagipula hubungan Song’s Corp dan Shen’s Corp cukup akrab, kalau Song’s Corp kena masalah pasti Shen’s Corp juga akan terpengaruh. Kamu masa tidak menyadari itu sih?”

Taylor Shen menatap Lindsey Song lekat-lekat lalu berkata: “Lindsey Song, aku beri kamu petunjuk, carilah Tiffany Song. Ia pasti akan terpikir cara menolong ayahmu.”

Lindsey Song menatap Taylor Shen dengan tatapan tidak percaya, “Kamu bercanda ya? Tiffany Song tidak punya kekuasaan dan jabatan, bagaimana bisa ia membantu ayahku?”

“Aku sudah memberimu petunjuk, kamu mau menjalankannya atau tidak itu terserah kamu. Aku sangat sibuk, jangan ganggu aku kerja.” Taylor Shen mengambil tumpukan dokumennya dan tidak menghiraukan Lindsey Song lagi.

Lindsey Song sungguh yakin Taylor Shen sedang mempermainkannya. Kalau pun Tiffany Song punya jabatan dan kekuasaan, wanita itu pasti juga tidak bisa membantu apa-apa. Ia akhirnya keluar dari ruang CEO dengan kesal.

Tenang saja, kalau Taylor Shen tidak mau membantu, masih ada William Tang! Lindsey Song percaya William Tang akan tergerak membantu!

Taylor Shen tersenyum sinis melihat pintu yang ditutup Lindsey Song. Tiffany Song, aku sudah memaksa mereka semua sampai harus mohon-mohon kepadamu. Kalau kamu ada kekesalan apa pun, lampiaskanlah semua pada mereka nanti!

Tebakan Lindsey Song salah. William Tang secara mengejutkan tidak tergerak membantu, bahkan bersedia menemuinya saja tidak. Orang yang dulu bermesra-mesraan dengannya di atas ranjang kini jadi berhati seperti besi, ia sungguh tidak bisa mempercayai ini.

William Tang bahkan ada berpesan pada sekretarisnya untuk menyampaikan sepatah kalimat padanya: kalau Benyamin Song mau ditolong, cari Tiffany Song.

Tiffany Song, Tiffany Song, Lindsey Song sungguh benci nama ini! Taylor Shen menyuruhnya minta tolong pada Tiffany Song, William Tang juga sama saja. Mengapa kedua pria ini sama-sama menyuruhnya minta tolong pada wanita itu? Jelas-jelas statusnya sebagai anggota keluarga Song hanya “hitam di atas putih” saja, atas dasar apa ia harus minta tolong padanya?

----------------

William Tang tengah duduk dalam ruang kerjanya. Ketika sekretaris masuk memberitahukannya bahwa Lindsey Song sudah pergi, ia bangkit berdiri dari kursi dan berjalan perlahan ke depan jendela. Ia menatap ke luar sambil berkacak pinggang. Kemarin ibu menelponnya dan bilang Tiffany Song belum pernah disentuh pria. Ia terkejut gembira, ia sudah salah menilai Tiffany Song.

Bekas ciuman yang ada di leher wanita itu tentu ia sendiri yang tinggalkan. Tiffany Song tidak punya pria lain. Wanita itu memilih menahan semua penderitaannya daripada pergi mencari pria lain. Ini membuat William Tang merasa sangat puas.

Tiffany Song pasti cinta mati padanya sampai bisa bertahan seperti itu, sementara ia sendiri malah salah menilainya dan bahkan menyakitinya. Pantas saja Tiffany Song kecewa dan sedih, ia sungguh pria sialan!

Ia ingin memperbaiki kesalahannya. Asalkan Tiffany Song ada di hadapannya, ia pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki semua kesalahannya. Ia tidak akan pernah bertengkar dengannya dan meninggalkannya lagi.

Sayangnya Tiffany Song sama sekali tidak tahu-menahu sederet harapan William Tang ini. Ia sangat sibuk, sebab CEO Li menyuruhnya ini dan itu tanpa henti. Ia dipanggil ke ruang kerjanya, disuruh terbang hari ini juga ke Kota C untuk mengecek proyek perusahaan di sana. Kemudian ia juga disuruh membuat desain rancangan untuk menyaingi Hendrick Ye.

Pesawat akan berlepas pukul empat. Melihat keterangan “kelas bisnis premium” pada tanda pemesan tiketnya, Tiffany Song langsung melongo. CEO Li sungguh berkorban habis-habisan demi proyek ini. Dulu, kalau teman sekantornya tugas dinas, jangan harap dapat kelas bisnis premium, kelas bisnis biasa saja tidak akan diberikan. Tiffany Song merasa seperti tertimpa durian runtuh.

Karena mau tugas dinas, Tiffany Song tentu harus pulang dulu dan menyiapkan koper. Ia mendelegasikan tugas pengontrolan beberapa desain rancangan yang ia pegang ke Sally Yun. Ia kemudian mengambil laptopnya dan pergi dari kantor.

Di apartemen, seusai membereskan koper, Tiffany Song mengelus-elus ponselnya, yang daritadi ia letakan di atas meja teh dan tidak berdering sekali pun. Ia merasa ia seperti orang yang tidak punya rasa takut sama sekali. Benjamin Song kenal banyak sekali orang di dunia bisnis, dan dua pria di dekatnya, Taylor Shen dan William Tang, juga sekalinya mengibas-ngibaskan kaki maka akan membuat Kota Tong bergetar, tetapi mengapa ia tidak pernah mengkhawatirkan ini semua?

Tiffany Song mengambil kertas memo dan menuliskan sebuah pesan pada Stella Han. Ia menempelkan kertas itu di kulkas, lalu keluar dari apartemen sambil menarik kopernya.

Tidak lama kemudian ia tiba di bandara. Ia meregistrasi kopernya, melewati berbagai pos pemeriksaan, dan akhirnya tiba di ruang tunggu pesawat.

Pengeras suara bandara mengumumkan penumpang pesawat tujuan Kota C sudah bisa masuk pesawat. Tiffany Song mengeluarkan ponselnya dari tas. Masih belum ada panggilan tidak terjawab juga. Ia membuang nafas panjang. Ia ternyata tidak sepenting yang ia kira. Ia mematikan teleponnya dan mengantri untuk masuk pesawat.

Tiffany Song masuk pesawat, memasak sabung pengaman, lalu memakai penutup mata yang ia bawa. Ia ingin tidur sepanjang perjalanan. Ketika setengah sadar, ia merasa ada orang yang duduk di sebelahnya. Orang itu punya aroma tubuh yang cukup familiar dengannya, jadi ia merasa sangat tenteram.

Karena sudah terlalu nyaman dengan tidurnya, Tiffany Song tidak berminat mengecek sekilas siapa orang di sebelahnya.

Tiffany Song tidur sangat pulas sampai pesawat mendarat di kota C. Seseorang menepuk-nepuk bahunya, dan ia pun terbangun dan melepas penutup matanya. Ternyata yang menepuknya adalah pramugari. Pramugari itu tersenyum ramah, “Nona, pesawat sudah tiba di Kota C, mari turun!”

Tiffany Song mengucek-ucek mata lalu mengembalikan selimut pesawat pada pramugari. Ia melihat sekilas kursi di sebelahnya, kursi itu kosong-melompong, Ia bangkit dari kursi dan keluar pesawat.

Setelah mengambil koper, Tiffany Song pergi ke sisi jalan samping lobi bandara untuk mencari taksi. Ia secara tidak sengaja melihat bayangan tubuh yang sangat familiar. Orang itu tengah masuk ke sedan hitam, dan yang bisa ia lihat hanya rambut belakangnya yang hitam rapi.

Tiffany Song garuk-garuk kepala. Taylor Shen mana mungkin ada di sini, ia pasti salah lihat.

Tiffany Song naik taksi ke hotel. Hotelnya ternyata hotel yang sama persis dengan hotel yang ia tempati ketika datang ke Kota C bersama Taylor Shen waktu itu. Ketika mengambil kartu kamar, nomor kamarnya ternyata juga sama persis dengan waktu ini. Dua kebetulan ini membuat Tiffany Song merasa heran, ini memang sepenuhnya kebetulan atau ada orang yang sengaja mengaturnya?

Tiffany Song mengernyitkan alis. Ia kembali ke resepsionis lalu bertanya pada staf hotel, “Halo, bisakah bantu aku tukar kamar?”

Petugas hotel menolak halus, “Halo Nona, semua kamar lain saat ini penuh, maaf sekali aku tidak bisa membantumu tukar kamar.”

Tiffany Song jadi tertawa dan heran akan kelakuannya sendiri. Ia menarik koper dan pergi ke kamarnya. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia ingin ganti kamar, itu toh hanya sebuah kamar dan ia tidak akan dimakan oleh kamar itu kan? Sendirian pergi dinas dan tinggal di kamar yang ia pernah tempati Bersama Taylor Shen membuatnya merasa…… merasa sedang bernostalgia.

Sesampainya di kamar, Tiffany Song menaruh kopernya di samping sofa. Ia berjalan ke tengah kamar, lalu melihat ranjangnya yang sangat besar. Tidak disangka-sangka, ranjang itu ditata sedemikian rupa supaya terlihat seperti ada sepasang pria dan wanita tengah tidur berhadap-hadapan.

Ia langsung panik dan jantungnya berdeguk kencang. Wajahnya memerah. Ia mengambil tas dan koper, mengambil kartu kamar, lalu kabur secepat mungkin dari kamar itu.

Tiffany Song pergi ke restoran. Kursi restoran semua terisi dan hanya tersisa sebuah kursi privat yang menghadap jendela. Pelayan restoran mau mengantarnya ke sana, tetapi ia tetap diam di tempat. Ia berdiri kaku sambil berpikir, semua yang terjadi hari ini adalah rekayasa. Kursi bisnis premium yang sama, kamar yang sama, tempat duduk restoran yang sama. Kalau ia masih percaya ini semua bukan kebetulan, ia sungguh bodoh!

“Maaf, aku tiba-tiba merasa belum lapar, nanti aku ke sini lagi.” Tiffany Song segera keluar dari restoran, lalu mengambil telepon genggamnya dan menyalakannya. Ia mencari Paman Keempat dalam daftar kontaknya dan segera meneleponnya.

Telepon baru diangkat setelah tiga kali menelepon. Sebelum orang di seberang berbicara, Tiffany Song langsung melampiaskan semua kekesalannya: "Taylor Shen, kamu ini apa-apaan? Aku pernah bilang aku tidak suka kamu, dan aku juga tidak mau punya skandal hubungan gelap denganmu. Kamu merencanakan ini semua untuk mempermalukanku ya? Tujuanmu sudah tercapai, dan aku sekarang jadi semakin benci padamu!"

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu