You Are My Soft Spot - Bab 84 Cinta Sehidup Semati Antara Dua Orang (1)

Tiffany Song terperangah menatap pesan itu. Ia tidak kenal nomor pengirimnya, dan pesan itu sepertinya pesan terusan dari internet. Ia mengernyitkan dahi, siapa yang sebenarnya mengirimkan pesan misterius seperti ini? Golden Imperial Hotel sendiri ia ingat, itu tempat Nyonya Song mencari masalah dengannya.

Orang yang paling ia pedulikan…… Siapa orang yang paling ia pedulikan? Tiba-tiba dalam benak Tiffany Song muncul nama Taylor Shen. Ia langsung geleng-geleng. Apa hubungannya dengan Taylor Shen? Mengapa ia tidak mau percaya juga?

Tiffany Song berpindah posisi jadi duduk. Yang terjadi hari ini sudah terlalu banyak. Pikirannya sangat kacau dan pening. Ia ingin menenangkan diri dan meresapi semua yang terjadi hari ini. Beberapa menit kemudian, notifikasi pesan kembali berdering pada ponselnya. Ia menatap sekilas layar ponselnya dengan ragu, lalu akhirnya memutuskan membukanya.

Sebuah gambar langsung muncul dalam layar ponsel Tiffany Song. Latar belakang gambar itu adalah Golden Imperial Hotel. Di dekat pintu masuk hotel terparkir Bentley Continental putih yang begitu familiar baginya, dan di kejauhan ada Taylor Shen tengah berdiri tegak dengan leher yang dirangkul seorang perempuan. Mereka terlihat sangat intim, dan sekilas wanita itu terlihat agak mirip dengan Audrey Feng.

Tiffany Song mengernyitkan dahi. Mengapa orang ini mengirim foto Taylor Shen dan Audrey Feng padanya? Apa yang orang ini ingin katakan? Kalau pun ada sesuatu antara keduanya, mereka kan memang sama-sama belum menikah, jadi itu wajar dan tidak masalah dong? Mengapa orang ini malah tetap memotret mereka dan mengirimkan foto padanya kalau wajar?

Tiffany Song makin tidak paham. Semakin melihat gambar itu, ia semakin penasaran. Pesan “ruang 2022 Golden Imperial Hotel” ditambah foto ini, apa maksud dari si pengirim pesan agaknya cukup jelas tanpa harus dikatakan secara eksplisit. Tetapi kalau memang maksudnya untuk membuatnya cemburu, atas dasar apa ia berhak memergoki mereka dan marah pada Taylor Shen?

Tiffany Song menaruh ponselnya lalu kembali berbaring. Ia tiba-tiba teringat telepon yang diangkat Taylor Shen tadi. Setelah mengangkat telepon itu, Taylor Shen buru-buru pergi. Jangan-jangan telepon itu……

Tiffany Song menggeleng. Ia tidak layak mencurigai Taylor Shen hanya berdasar pada dua pesan misterius ini. Itu akan sangat tidak adil bagi pria itu. Ia makin heran, apa sebenarnya maksud semua ini? Apakah si pengirim pesan ingin meberitahukannya bahwa Taylor Shen dan Audrey Feng buka kamar?

Tiffany Song membenamkan kepalanya dalam bantal. Ia terus mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak berpikiran macam-macam. Namun, semakin ia mengingatkan, ia semakin tidak tenang. Dalam benaknya tiba-tiba muncul adegan Taylor Shen dan Audrey Feng berguling-gulingan di ranjang. Ia langsung duduk. Ia pikir, coba pergi lihat deh, biar kalau terjadi sesuatu antara Taylor Shen dan Audrey Feng ia bisa langsung tahu saat itu juga.

……

Di ruang privat Golden Imperial Hotel, Taylor Shen, yang mengenakan kemeja abu-abu dan dasi merah bir, tengah merokok. Asap rokok yang ia hembuskan membuatnya terlihat semakin dingin dan mempesona. Pria itu kemudian menatap Audrey Feng yang duduk di hadapannya. Ia pernah bertemu Audrey Feng beberapa kali, dan meski kesannya tidak begitu mendalam, ia paham sekali Audrey Feng sama-sekali tidak suka dengannya.

Tidak suka, tapi ajak makan. Sungguh membingungkan.

Taylor Shen menghembuskan asap rokok, dan begitu menyadari Audrey Feng menatapnya dengan dahi terlipat, ia bertanya: “Nona Feng tidak suka pria yang merokok?”

Audrey Feng mengibas-ibas asap rokok dan menjawab ketus: “Aku sebaliknya malah sangat suka pria yang merokok, sebab mereka terlihat sangat tampan. Aku hanya tidak suka kamu saja.”

Taylor Shen kehilangan senyumnya. Wanita yang menyatakan cinta padanya sangat banyak, dan Audrey Feng adalah wanita pertama yang berkata langsung bahwa ia tidak menyukainya. Ia bertanya lagi, “Kalau tidak suka aku, mengapa Nona Feng undang aku makan? Aku tidak percaya makan dengan orang yang tidak disukai adalah sesuatu yang menyenangkan.”

Audrey Feng menjawab tegas, “Tanteku ingin aku dekat denganmu. CEO Shen kan paham betul aku sudah suka orang lain, jadi aku harap CEO Shen bisa jelaskan pada tanteku bahwa aku tidak suka CEO Shen.”

“Bukankah ini akan membuat Tante Dong tidak suka denganku?” Meski ia tidak suka dengan Audrey Feng, namun ia juga tidak boleh terang-terangan menolak usaha pendekatan Tante Dong karena itu akan membuatnya marah dan tersinggung. Bagaimana pun, Tante Dong adalah teman baik ibunya dulu.

“Jadi kamu suka aku?” tanya Audrey Feng blak-blakan.

Taylor Shen tersenyum kecut, “Tidak, aku juga tidak suka kamu.”

“Ya sudah kita langsung pisah saja. Kita kan tidak saling suka, untuk apa kita buang-buang waktu di pesta malam yang tidak jelas ini?” ujar Audrey Feng sambil mengibas-ibaskan tangan. Mereka berdua tidak saling suka, jadi tidak ada alasan sama sekali untuk makan bareng kan?

“Dalam dunia bisnis, pesta malam tidak boleh tidak ada. Kalau kamu tidak suka aku, kamu langsung saja beritahu tantemu. Dengan begitu, kita tidak perlu menyita waktu satu sama lain lagi,” tukas Taylor Shen.

“Ya aku juga berpikir begitu, tapi Tanteku tetap tidak akan menyerah,” jawab Audrey Feng. Ia sungguh kesal, Callista Dong setiap hari menyuruhnya mengajak Taylor Shen makan, dan akhirnya hari ini memesankan hotel karena ingin mereka berdua segera naik ke ranjang. Wanita itu kok memperlakukannya seperti tidak ada yang mau dengannya lagi sih?

Taylor Shen mematikan rokoknya di asbak, “Kalau begitu, mau tidak mau kamu harus tetap meneruskan sandiwaramu denganku.”

“Sandiwara?” tanya Audrey Feng tidak paham. Dari gerak-geriknya, ia juga langsung tahu Taylor Shen tidak tertarik dengannya. Bersandiwara sebenarnya ada baiknya juga sih, biar Tante Dong tidak terus menerus berusaha menjodohkannya dengan pria berduit.

“Benar. Aku ada menyukai seorang wanita, suka sekali sampai rela mengorbankan nyawaku untuknya. Aku ingin melindunginya, jangan sampai ia terluka sedikit pun. Kamu tahu kan figur-figur sukses selalu diikuti paparazzi dan lain-lain? Nanti-nanti, kalau sampai ada orang yang mau memprotret wajahnya, aku harap Nona Feng bisa berdiri dan membantahnya.” Taylor Shen punya satu tujuan mengiyakan ajakan Audrey Feng untuk makan, yakni mencari penghadang untuk wanita-wanita yang dijodohkan Kakek Shen dengannya.

Ada beberapa wanita yang bisa terang-terangan ia tolak seperti Angela He, tapi ada juga beberapa wanita yang mau tidak mau harus ia cemaskan keluarganya. Ia percaya, Angela He hanya pancingan pertama, dan kalau ia jatuh pada jebakan itu, Kakek Shen masih akan mencarikan wanita-wanita yang lain. Untuk mencegah semua ini, solusi terbaiknya adalah mencari seseorang untuk ia jadikan kekasih palsu sekaligus tameng dari tawaran-tawaran Kakek Shen.

Audrey Feng terkejut: “Aku sungguh tidak menyangka CEO Shen bisa jadi budak cinta seperti ini. CEO Shen bisa bocorkan sedikit tidak siapa orang itu?”

“Tidak bisa!” tolak Taylor Shen langsung.

Audrey Feng agak kecewa, namun tetap mengangguk, “Ya sudah tidak apa-apa, aku tetap mau membantumu. Kalau ada perlu apa-apa, aku akan berusaha membantu sebisa mungkin.”

……

Taksi berhenti di depan pintu masuk Golden Imperial Hotel, dan Tiffany Song pun langsung bergegas turun setelah membayar. Ia menengadahkan kepala menatap lampu-lampu hotel bintang lima itu. Ia langsung merasa kecil dan rendah diri.

Ia tidak seharusnya datang, hubunganya dengan Taylor Shen masih jauh dari level di mana ia punya hak untuk memergokinya ketika berduaan dengan wanita lain. Ia gigit-gigit bibir dan berbalik badan. Ia ingin bergegas pergi, namun baru dua langkah berjalan, ia berbalik badan lagi dan kembali menatap hotel itu. Ia akhirnya memberanikan diri masuk ke Golden Imperial Hotel.

Ia tidak mengizinkan dirinya sendiri untuk mundur. Kalau Taylor Shen memang pria bajingan seperti William Tang, ia setidaknya bisa tahu hari ini juga dan langsung meninggalkannya sebelum hubungan mereka jadi lebih serius.

Tiffany Song tiba di lantai 20. Ia keluar dari lift dan langsung mendatangi ruang 2022. Tangannya dipenuhi keringat dingin. Ia sangat gugup. Kalau situasi di dalam sama persis seperti adegan yang ia bayangkan, apa yang harus ia lakukan?

Ia mondar-mandir di depan ruangan itu beberapa menit, lalu akhirnya memberanikan diri menekan tombol bel. Ia sudah membunyikan bel beberapa kali, namun tetap tidak ada yang membukakan pintu. Ia jadi semakin gugup dan beberapa kali terpikir untuk kabur.

Pintu masih belum dibuka beberapa lama kemudian, jadi Tiffany Song mencoba menekan engselnya. Pintu ternyata tidak dikunci! Ia bingung luar biasa, kok pintu ini tidak dikuci? Ia berjalan masuk ke dalam. Kamar itu sangat gelap, tirainya ditutup. Tiffany Song, yang matanya masih belum beradaptasi dengan kegelapan kamar, tidak bisa melihat jelas apakah ada orang di dalam atau tidak. Tiba-tiba dari belakang Tiffany Song terdengar bunyi “klik”. Ia kaget setengah mati dan refleks berbalik badan. Pintu kamar ternyata sudah ditutup, entah sejak kapan.

Jantung Tiffany Song berdebar kencang. Kamar sangat sepi dan terlihat tidak berpenghuni. Apa ia datang kepagian? Ia berdiri di tengah kamar. Dengan mata yang perlahan sudah beradaptasi dengan kegelapan di sana, ia melihat ranjang kamar itu bersih dan rapih seperti baru. Ya, memang tidak ada orang di sini.

Tiffany Song tiba-tiba tersadar, ia bisa jadi sudah dijebak. Ia berbalik badan ingin pergi, namun tiba-tiba terdengar suara lagi. Firasatnya mengatakan ia tidak keburu kabur lagi. Ia menerawang seluruh penjuru kamar, dan ia menemukan sebuah lemari baju di salah satu sisi kamar. Ia refleks masuk dan bersembunyi di dalamnya.

Baru ia berhasil bersembunyi, pintu kamar langsung dibuka dari luar. Ada orang melangkah masuk, lalu terdengar suara yang sangat familiar di telinga Tiffany Song, “William Tang, kamu baru keluar dari rumah sakit jangan minum bir sebanyak itu, itu tidak baik untuk tubuhmu.”

Sekujur tubuh Tiffany Song kaku. Kok malah Lindsey Song dan William Tang, bukannya di pesan tadi adanya gambar Taylor Shen dan Audrey Feng?

Lindsey Song masuk kamar sambil memapah William Tang yang mabuk. Wanita itu menidurinya di ranjang tengah kamar. Nafas Lindsey Song naik turun dengan cepat saking lelahnya. Ia duduk di sisi ranjang, dan mengingat kelakuan William Tang, ia protes: “Kalau kamu sesuka itu dengan Tiffany Song, mengapa waktu itu kamu malah memilihku? William Tang, hatiku ini hati manusia biasa. Melihatmu mabuk hanya karena dia, aku juga bisa sakit hati. Mengapa kamu terus memikirkan yang tidak kamu miliki dan tidak pernah menghargai sama sekali yang kamu miliki?”

William Tang menatapnya dengan mata teler. Wanita di hadapannya ini perlahan-lahan berubah jadi Tiffany Song. Pria itu berteriak, “Tiffany Song, Tiffany Song……”

Lindsey Song jadi tersinggung setengah mati. Ia bangkit berdiri dan bersiap pergi, namun tiba-tiba tangannya ditahan pria itu. Lindsey Song jatuh terjerembab di atas ranjang dan langsung ditimpa William Tang. Pria itu berujar, “Tiffany Song, jangan pergi, aku cinta kamu, jangan tinggalkan aku.”

Lindsey Song makin marah. Ia berupaya melepaskan diri dengan mendorong-dorong dada William Tang. Ia menangis tersedu-sedu: “William Tang, lihat baik-baik, aku ini Lindsey Song, bukan Tiffany Song. Kalau kamu mau cari Tiffany Song, sana pergi cari.”

William Tang menciumi bibirnya dengan agresif. Pria itu kemudian berusaha membujuk, “Tiffany Song, jangan menangis. Kedepannya aku tidak akan pernah membuatmu menangis lagi, ayo kita tetap bersama.”

Mereka pun larut dalam dunia dua orang. Lindsey Song berulang kali mengerang dan merintih.

Di dalam lemari baju, hati Tiffany Song sungguh pedih mendengar kata-kata William Tang yang tengah mabuk berat itu. William Tang sudah mencintainya selama delapan tahun, namun ia sama sekali tidak pernah membalas cintanya itu dengan sepenuh hati. Ketika ia baru sebentar mengiba, dari luar lemari tiba-tiba terdengar desahan-desahan orang yang tengah bercinta. Dari pintu lemari yang ia buka sedikit, ia bisa melihat William Tang dan Lindsey Song tengah bertindihan di atas ranjang. Keibaannya langsung lenyap seketika.

Tiffany Song, kamu mengapa sepolos ini? Kalau pun William Tang masih mencintainya, kamu memang mau apa? William Tang selamanya tidak akan pernah bisa mengendalikan selangkangannya.

Tiffany Song jadi merasa iba pada dirinya sendiri. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya dari tas dan mengarahkan ponsel itu ke ranjang. Ia mem-video-kan momen bercinta William Tang dan Lindsey Song. Dengan video ini, gugatan cerainya akan berjalan mulus.

Beberapa lama kemudian, William Tang akhirnya ejakulasi. Ia berteriak kencang: “Tiffany Song, aku cinta kamu, aku cinta kamu……”

Sekalinya terpikir William Tang memandang Lindsey Song sebagai dirinya, Tiffany Song langsung jijik sendiri. Jadi ini yang dinamakan cinta seorang lelaki? Di bibirnya meneriakkan nama seorang wanita, tapi organ vitalnya berejakulasi di tubuh wanita lain?

Tiffany Song bersandar di sisi lemari. Ia belum pernah merasa kepedihan separah ini. Suami dan kakak perempuannya bercinta di kamar, sementara ia hanya bisa bersembunyi di dalam lemari sambil merekam adegan mereka sebagai bukti perceraian. Ia harus keluar dan menyergap mereka. Ia harus memukuli kedua orang ini agar mereka sadar dengan kebejatannya.

Tiffany Song berjalan keluar dari lemari. Ia menatap sekilas ke arah ranjang. William Tang sudah tertidur pulas, sementara Lindsey Song masih sangat sadar. Lindsey Song sama sekali tidak kaget dengan kemunculan Tiffany Song yang tiba-tiba. Ini sudah ia duga sebelumnya.

Tiffany Song mengernyitkan alis, “Itu pesan kamu yang kirim?”

Lindsey Song bangkit berdiri. Wanita itu mengibaskan rambutnya yang berantakan, wajahnya masih terlihat penuh nafsu. Ia berujar, “Tiffany Song, kamu seharusnya berterima kasih padaku. Kalau aku tidak memanggilmu kemari, bagaimana mungkin kamu bisa mendapatkan video perzinahan William Tang?”

“Kamu……” Tiffany Song tidak menyangka Lindsey Song rela menumbalkan dirinya sendiri demi memuluskan perceraian mereka.

“Tiffany Song, jangan buat aku kecewa,” ujar Lindsey Song tersenyum lebar.

Tiffany Song menatap Lindsey Song lekat-lekat. Ia tidak merasa berterima kasih sama sekali, sebab ia tahu, kalau tidak ada Lindsey Song juga pasti ada wanita-wanita lain yang akan berzinah dengan William Tang. Ia berujar tenang: “Kalau pun kamu tidak membuat ini semua, aku juga akan tetap bercerai dengannya. Pria semacam ini, kalau kamu suka, ambil sajalah. Aku punya sedikit saran untukmu. Kamu harus kendalikan baik-baik selangkangannya, kalau tidak suatu hari nanti kamu pasti juga akan bersembunyi di balik lemari sambil menonton adegan bercintanya dengan wanita lain.”

Tiffany Song langsung berbalik badan dan berjalan ke arah pintu. Ia tiba-tiba teringat sesuatu dan berbalik badan lagi, “Itu foto juga kamu yang kirim?”

“Foto apa?” tanya Lindsey Song bingung.

Tiffany Song menatap Lindsey Song lekat-lekat seolah ingin memastikan apakah wanita itu jujur atau tengah berbohong. Ia kemudian membuka pintu dan keluar. Mungkin memang semua orang dalam hidupnya akan bertemu satu atau dua lelaki brengsek yang bilang cinta tapi tidur dengan wanita lain.

William Tang adalah pria yang seperti ini. Barusan dalam lemari baju, begitu mendengar suara denguhan dan rintihan William Tang dan Lindsey Song, Tiffany Song tidak merasa iba lagi padanya. Semua kebrengsekan William Tang sudah terbuka lebar-lebar di depan matanya.

Tiffany Song awalnya selalu mengira ia tidak akan pernah bisa sepenuhnya melepaskan William Tang. Bahkan ketika ia meminta cerai, hatinya tetap menyimpan rasa pada pria itu. Ia kini sadar, yang ia tidak bisa lepaskan itu sebenarnya bukan perasaan cintanya padanya, melainkan memori-memori indahnya ketika mereka masih serasi dulu. Karena tidak kuasa melepaskan memori-memori itu, ia jadi selalu mengabaikan luka-luka yang William Tang sebabkan padanya. Ia pikir, selama ia bertahan di sisi William Tang, semua memori itu tidak akan pudar dan berubah menjadi masa lalu.

Tapi kini ia sudah sadar, ada beberapa hal yang memang harus dilepaskan. Ia harus melupakannya dan memulai hidup baru, hidup yang tidak ada William Tang di dalamnya.

Tiffany Song berjalan keluar dari hotel. Tubuhnya sudah tidak berat lagi seperti ketika ia datang tadi. Orang yang di dalam kamar ternyata bukan Taylor Shen dan Audrey Feng, jadi hatinya sangat lega. Di dunia ini ternyata masih ada hubungan yang membuatnya percaya dengan kebenaran dongeng “cinta sehidup semati antara dua orang”.

“Nona Song?” Tiba-tiba dari belakang terdengar suara wanita yang cukup familiar di telinganya. Tiffany Song menghentikan langkahnya dan menoleh. Di bawah sinar lampu-lampu hotel yang terang dan anggun, Taylor Shen dan Audrey Feng berjalan perlahan menghampirinya.

Novel Terkait

Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu