You Are My Soft Spot - Bab 247 Kalau Ini Kode, Apakah Dia Bakal Paham? (1)

Erin melihat keanehan di wajah Vero He. Ia menghentikan langkah dan mengarahkan pandangan ke arah yang ditatap si bos. Yang ia lihat adalah sepasang pria dan wanita tengah duduk dekat jendela. Si wanita, yang mengenakan pakaian formal dan berdandan, menatap pria di hadapan dengan senyum lebar bagai bunga mekar.

Wajah si wanita Erin kenal. Itu Angela He, yang dari kecil selalu berpolemik dengan Vero He.

Sementara pria di hadapan Angela He mengenakan pakaian kasti putih. Bawahannya celana santai hitam, sepatunya juga sepatu kulit santai. Pria itu terlihat sangat dewasa dengan pakaian olahraganya ini. Erin kenal juga wajah si pria. Itu Wayne Shen, mantan suami Angela He. Pemandangan mereka duduk berdua sungguh menarik.

“Kita tidak jadi masuk?” tanya Erin. Ia tahu Erin pernah menikah dengan Wayne Shen, meski pernikahannya hanya bertahan setengah tahun. Dengar-dengar, gara-gara kehadiran Angela He, Wayne Shen jadi putus dengan cinta pertamanya. Si wanita juga sempat keguguran karena masalah ini.

Dari perspektif mana pun, Angela He dan Wayne Shen merupakan musuh. Kok bisa-bisanya mereka duduk berdua dengan akrab? Ekspresi Angela He bahkan sangat lembut, tidak ada benci-bencinya sama sekali.

“Terlalu ramah di dalam. Kita cari yang lain deh.” Vero He tidak jadi masuk karena takut menganggu Erin dan Wayne Shen. Terkadang, tidak ikut-ikutan lebih baik daripada ikutan.

Setelah Jennifer Li bercerai, Wayne Shen terus berada di sisinya. Vero He percaya cinta Wayne Shen pada Jennifer Li, nah jadi si Angela He ini lagi apa? Ia bisa melihat dengan jelas apa yang terkandung dalam tatapan Angela He pada Wayne Shen.

Vero He berbalik badan dan pergi. Erin pun buru-buru menyusulnya.

Ini bukan pertama kalinya Angela He bertemu Wayne Shen secara kebetulan. Empat tahun lalu, di sebuah klub malam di Selandia Baru, ia pernah melihat Wayne Shen yang tengah mabuk. Ia tidak menyangka bisa bertemu si pria di sini. Khawatir dia tidak bisa pulang, ia pun memapahnya keluar bar dan menginapkannya di hotel terdekat.

Mabuknya Wayne Shen cukup berat. Pria itu terus berhalusinasi dan memanggil-manggil Jennifer Li. Dari panggilan-panggilan itu, Angela He tahu Jennifer Li sudah menikah dengan orang lain. Ia merawat Wayne Shen semalam, lalu tersadar sebenarnya si pria tidak se-membencikan yang dikira.

Dalam hal fisik, Wayne Shen juga mirip Taylor Shen hingga enam puluh sampai tujuh puluh persen. Yang membedakan adalah Taylor Shen terlihat lebih liar dan agresif. Dulu, ia sama sekali tidak menyadari kemiripan mereka.

Keesokan hari, waktu bangun dan melihat Angela He, mata Wayne Shen penuh tatapan merendahkan. Nada bicaranya juga mengejek. Si wanita dalam hati merasa sakit. Mereka pernah jadi dua orang paling dekat di dunia, tetapi sekarang ketika bertemu malah memberikan tatapan begini.

Wayne Shen bisa mencintai Jennifer Li dengan sangat dalam, tetapi tidak bisa begitu pada dirinya. Karena gusar, Angela He mengambil tas dan berlari pergi.

Setelah kejadian itu, mereka sempat bertemu lagi beberapa kali. Tiap berpapasan, keduanya tidak saling bicara sama sekali. Angela He tidak pernah menghentikan langkah, lalu setelah mereka sudah cukup jauh ia baru menengok untuk melirik bayangan tubuh si pria.

Sesudah beberapa kali pertemuan, Angela He dalam waktu yang cukup lama tidak pernah berjumpa Wayne Shen lagi. Hatinya terasa hampa. Ia memutuskan mencari tahu kabarnya melalui teman sekelas si pria di Selandia Baru. Teman itu bercerita, “Oh, cari si Wayne Shen ya? Dia kemarin pergi. Cinta pertamanya menikah, sayangnya bukan menikah dengan dia. Entah dia pergi ke mana, sepertinya sih balik ke China.”

Angela He kecewa berat. Wayne Shen adalah pria yang sangat setia. Saking setianya pada seorang wanita, dia sampai bersikap sangat dingin pada wanita lain. Angela He bertemu dengan Wayne Shen waktu usianya masih labil, jadi kehidupan pernikahan mereka terus bermasalah.

Ketika dia sudah lebih dewasa dan sadar Wayne Shen juga pria yang layak dicintai, si pria malah sudah tidak mau meladeni.

Sepulangnya dari luar negeri, Angela He langsung mencari tahu keadaan terbaru Wayne Shen. Ia sangat lega begitu tahu si pria masih lajak. Ia pikir, waktu tujuh tahun seharusnya cukup untuk membuat mereka melupakan masa lalu dan memulai yang baru.

Wayne Shen yang sekarang sudah jauh lebih dewasa dan maskulin. Ia sudah jadi orang sukses yang berkarisma, bukan Wayne Shen usia dua puluh lima tahun yang labil dan suka marah lagi. Pria itu kini sudah jadi idola banyak wanita!

“Wayne Shen, terima kasih. Kalau tidak ada kamu, tasku pasti tidak akan kembali lagi.” Ketika Angela He menyeberang jalan, sebuah motor bergerak mendekat, merebut tasnya, dan kabur. Wanita itu ketakutan setengah mati. Ia berteriak-teriak “maling”, tetapi tidak ada yang membantunya.

Rasa simpati orang China sepertinya jauh lebih tipis dari yang ia bayangkan.

Tepat ketika Angela He sudah putus asa, motor itu tiba-tiba jatuh. Dua pemuda yang merebut tas Angela He tertimpa dan mengaduh kesakitan. Angela He buru-buru berlari menghampiri mereka. Tanpa disangka-sangka, pemandangan yang tersaji di depannya adalah Wayne Shen sedang memegang tasnya sambil menelepon polisi.

Waktu jam makan siang tiba seusai mereka memberi keterangan di kantor polisi. Sambil mengucapkan terima kasih, Angela He menawarkan diri untuk mentraktir Wayne Shen. Si pria awalnya menolak, namun akhirnya mengiyakan setelah dipinta-pinta terus.

Ketika diucapkan terima kasih lagi di restoran, Wayne Shen menjawab begini: “Sama-sama. Anggap saja balas jasaku karena empat tahun lalu kamu tidak membiarkan aku terlunta-lunta di jalan.”

Satu kalimat yang cukup untuk mengingatkan mereka soal masa lalu…… Angela He tahu ini berusia dua puluh delapan tahun. Ia sudah lumayan pandai dalam memahami maksud kata-kata pria. Angela He menegak minum untuk menyembunyikan raut canggung, lalu mengalihkan topik, “Tingkat keamanan dalam negeri parah juga ya, berani-beraninya jambret di pinggir jalan. Makin aneh dan nekat saja orang-orang.”

Wayne Shen mengiyakan: “Tingkat keamanan di sini memang kalah dengan di Selandia Baru.”

Angela He buka mulut, namun tidak tahu harus bagaimana melanjutkan pembicaraan saking canggungnya. Ia menatap Wayne Shen lekat-lekat. Hati si pria sama sekali tidak ada di sini, yang ada hanya tubuhnya saja. Waktu berjumpa Wayne Shen dan Jennifer Li di rumah sakit, Angela He tidak berpikir macam-macam. Sesudahnya, begitu tahu Jennifer Li bercerai, Angela He berpikir mereka pasti akan kembali bersama.

Demi menunggu Jennifer Li, Wayne Shen rela bertahan di situasi tanpa harapan. Sekarang, begitu harapan itu kembali muncul, mana mungkin ia melepaskannya begitu saja?

Angela He menegak minum lagi, lalu bicara dengan iba, “Aku sudah dengar soal Nona Li. Dia sendirian menghidupkan anak pasti sulit ya?”

“Dia tidak sendirian. Dia punya aku.” Wayne Shen nampaknya sudah menganggap Jennifer Li sebagai miliknya secara resmi.

Pembicaraan makin lama makin hambar. Angel He menengok ke luar jendela. Cuaca di luar mendung. Sekalinya masuk musim dingin, Kota Tong memang bisa dibilang nyaris tidak punya satu hari cerah sedikit pun. Cuaca di luar sangat cocok untuk menggambarkan suasana hatinya.

Makanan kelar disantap, namun keduanya sama sekali tidak bergembira. Angela He sempat bilang mau traktir, namun yang memberikan uang malah Wayne Shen. Ketika si wanita menyuruh pelayan untuk menerima uangnya saja, ponsel Wayne Shen tiba-tiba berdering. Si pria mengangkatnya tanpa sedikit rasa tidak enak pada Angela He, “Jennifer Li, ada apa? Susu bubuk di rumah habis? Baik, aku sekarang ada di dekat Parkway Plaza. Aku segera beli……”

Wayne Shen belum selesai bicara, Angela He sengaja berujar selembut mungkin, “Wayne Shen, tadi kita kan sudah sepakat aku yang traktir. Kamu tidak usah keluar uang, ambil nih kartumu.”

Si pria menoleh ke si wanita. Orang di telepon menghening, lalu telepon pun mati. Wayne Shen menyipitkan mata tidak senang, namun tidak bicara apa-apa.

Wayne Shen mengangguk pada Angela He, lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar. Jalannya sangat cepat seolah ingin buru-buru hilang dari jangkauan mata si wanita.

Angela He mengamati bayangan tubuh Wayne Shen yang menjauh sambil gigit-gigit bibir. Hatinya amat kesal. Ia merasa usaha dia mentraktir si pria gagal total. Cinta Wayne Shen hanya untuk Jennifer Li, nampaknya dia tidak bakal kepincut wanita lain……

……

Susu bubuk yang Adam Song biasa minum hanya dijual di toko khusus di Parkway Plaza. Wayne Shen pergi ke sana untuk membeli tiga kaleng. Toko khusus umumnya tidak memberi diskon, hanya memberi souvenir kecil-kecilan saja pada masa promo. Kali ini, bila beli tiga kaleng, pembeli akan mendapatkan satu topi biru. Di kedua sisi topi ada daun telinga. Topi itu sangat lucu, Wayne Shen makin melihat bahkan makin tertarik.

Teringat Adam Song belakangan suka mengiler karena gigit-gigit tangan sendiri, Wayne Shen membelikan pelapis pakaian untuk dipasang di sekitar leher. Ia membayarnya bersamaan dengan susu bubuk.

Sesudah membayar dan berjalan keluar toko, Wayne Shen melihat toko alat dandan sebelah memamerkan promo kondom persis di depan toko. Melihat promo itu, ia yang awalnya mau pergi dari mal jadi mampir dulu. Yang promo ternyata kondom Okamotor 003, sebuah merek kondom Jepang yang cukup terkenal. Si pria pun mengambil satu kotak dan membawanya ke kasir.

Wajah petugas kasir memerah melihat pria tampan di hadapannya. Ia mencoba promosi dengan malu-malu, “Tuan, beli dua dapat gratis satu. Harga asli satu kotaknya empat ratus ribu, jadi promo ini sangat ekonomis loh.”

“Beli sebanyak itu tidak terpakai.” Wayne Shen daritadi sebenarnya sedang berpikir, ia sebenarnya beli ini buat apa ya? Jennifer Li disentuh dia saja tidak mau, kok bisa-bisanya dia terpikir beli ini? Ini mah hanya menambah sampah di rumah saja……

“Dia masa penggunaannya dua tahun. Sebulan habiskan satu bisa lah pasti,” bujuk petugas kasir lagi.

Wayne Shen memutuskan menaruh kotak kondom yang barusan ia ambil ke tempat semula, lalu menerima paket isi tiga kotak dari si petugas kasir. Setelah membayar, si pria memasukkan barang itu ke plastik susu bubuk. Ia lalu pergi mengambil mobil di lantai B1.

Dalam perjalanan pulang ke apartemen, Wayne Shen mengangkat beberapa telepon. Sebagai akibatnya, urusan kondom pun jadi terlupakan dari benaknya. Mobil masuk parkiran, lalu Wayne Shen naik ke apartemen Jennifer Li dengan membawa plastik belanjaan tadi.

Ia tadi pagi main golf dengan seorang kenalan sesama pemilik perusahaan, jadi busananya sekarang sangat santai. Wayne Shen menekan bel apartemen. Membayangkan Jennifer Li membukakan pintu, hatinya penuh kepuasan.

Ini baru namanya rumah, ada wanita yang menunggunya pulang.

Realitasnya, setelah menunggu beberapa saat, pintu tidak dibuka-buka juga. Wayne Shen menekan bel lagi, lalu akhirnya Jennifer Li pun membukakan pintu. Si wanita berdiri di depan dengan wajah agak muram. Wayne Shen membuka pintu dengan lutut dan berjalan masuk, “Adam Song mana? Hari ini ada promo khusus, beli tiga kaleng susu bubuk dapat satu topi. Aku pilih yang warna biru, coba lihat bagus tidak.”

Wayne Shen menaruh plastik belanjaan di meja teh, kemudian mengeluarkan sebuah topi dari dalam dan bertanya, “Bagus tidak?”

Suasana hati Jennifer Li nampaknya kurang begitu bagus. Wanita itu hanya mengangguk datar, lalu membawa plastik belanjaan ke dapur. Ketika membuka plastik itu, Jennifer Li melihat tiga buah kotak kecil penuh aksara Jepang di sana. Ia awalnya tidak begitu paham itu apa. Ketika mengambil kotak paketan itu dan mengamatinya dengan seksama, si wanita baru sadar benda apa yang dipegangnya. Tangannya langsung terasa panas seperti terkena panci hangat.

Wayne Shen memutuskan menghampiri Jennifer Li ke dapur untuk bertanya apa yang terjadi sampai suasana hatinya begitu. Wanita itu saat ini hanya mengenakan baju rumahan yang tipis. Lekak-lekuk tubuhnya terlihat jelas oleh baju itu. Si pria jadi teringat kata-kata petugas kasir barusan. Sebulan habis sekali? Kalau diizinkan oleh Jennifer Li, tiga kotak kondom sih bisa-bisa saja ia habiskan kurang dari setengah bulan.

Ketika teringat ini, Wayne Shen melihat Jennifer Li mengeluarkan tiga kotak kondom itu. Ia relfeks ingin mengambilnya, namun gerakannya terhenti melihat wajah tercengang si wanita.

Kalau ini kode, apakah dia bakal paham?

Wayne Shen terus memberi Jennifer Li waktu untuk melupakan masa lalu dan bersiap memulai lembaran baru. Menunggu memang sulit, namun ia selalu siap melakukan apa pun untuk wanita yang satu ini.

Selanjutnya, pemandangan yang terpampang adalah Jennifer Li melempar paket kondom ke lantai dengan marah. Wajahnya merah sekali seperti siap meledak. Ia kemudian berlari masuk kamar sambil membawa plastik yang masih berisi susu bubuk. Wayne Shen hanya diam saja melihatnya. Berselang beberapa saat, pria itu mengambil paket konodm yang jatuh dan duduk di sofa dengan pikiran campur aduk.

……

Vero He dan Erin pergi makan ke restoran Jepang. Mereka memesan tiga porsi sushi dan ikan salmon, namun sama-sama tidak begitu nafsu makan. Vero He menatap wajah asistennya lekat-lekat. Ia dari pagi sudah menyadari raut wajah Erin agak beda.

“Erin, kamu semalam kurang istirahat? Raut wajahmu tidak berenergi,” tanya Vero He.

Erin memainkan sumpit yang ada di meja, lalu menggeleng, “Tidak sih. Mungkin belakangan agak kelelahan saja.”

“Maaf ya aku selalu merepotkanmu. Kamu diomeli kakak lagi ya?” Dua hari lalu Vero He kabur dari Erin dan pergi sendirian ke sebuah gudang barang bekas di pinggir kota. Begitu tahu soal kepergian ini, kakak pasti marah-marah pada Erin. Sebenarnya ini sepenuhnya kesalahan Vero He, kasihan juga ya asistennya ini……

“Tidak. Tuan Muda masuk penjara, normal lah semua anggota keluarga tidak bisa tidur. Untung ada Tuan Jin, jadi tidak terjadi kekacauan besar di He’s Corp. Meski begitu, sekalinya Tuan Muda ditetapkan sebagai tersangka, He’s Corp pasti tetap akan kena dampak,” tutur Erin khawatir. Meski sudah menemukan orang yang paling potensial membunuh Nick He, mereka masih belum punya bukti. Karena mereka belum punya bukti, pihak kepolisian pun tidak bersedia melepaskan James He.

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu