You Are My Soft Spot - Bab 398 Pria yang Plin-Plan (2)

Cuaca beberapa hari ke depan cukup dingin. Malam ini, yang merupakan malam di mana He’s Corp Corp menggelar pesta tahunan, salju pertama tahun ini turun di Kota Tong. Sampai hari ini, hubungan James He dan Erin makin lama makin datar. Mereka kadang berjumpa, namun intensitasnya tidak banyak. Tiap kali berjumpa, si wanita hanya mengangguk hormat dan buru-buru pergi.

James He tidak memedulikan tingkahnya ini. Bisa disimpulkan, hubungan mereka ada di titik terendah.

Pesta tahunan He’s Corp diikuti oleh para undangan dengan senang hati. Pukul lima sore, Vero He mendatangi Erin sembari membawa sebuah kotak berisi gaun dan sepasang sepatu hak tinggi: “Erin, cepat pakai ini. Kamu ikut aku ke pesta tahunan.”

Si asisten tidak ingin ikut, namun paham betul ia harus mendampingi bosnya tiap saat dalam acara sepenting ini. Lagipula, berhubung belakangan ada banyak hal yang terjadi, ia perlu semakin ketat menempel bosnya.

Dengan mengabaikan keengganan, Erin memakai gaun pesta pemberian Vero He. Gaun itu berwarna biru muda dan terlihat sangat pas dengan bentuk tubuh Erin. Berhubung udara luar dingin, ia menutupi gaunnya dengan mantel.

Sekeluarnya Erin dari ruang ganti, sekretaris mengabarkan bahwa Vero He sudah berangkat duluan. Ia pun buru-buru mengambil tas dan kunci mobil, lalu bergegas ke kompleks vila tepi pantai.

Tahun ini, He’s Corp memang memilih vila tepi pantai sebagai tempat penyelenggaraan pesta. Alasannya, James He ingin membawa suasana pesta yang berbeda dibandingkan hanya di hotel konvensional. Dengar-dengar, He’s Corp tahun ini juga menganggarkan jauh lebih banyak uang untuk acara yang satu ini. James He ada mengundang pula beberapa koki kelas dunia demi menghadirkan makanan terbaik.

Setibanya si asisten di vila tepi pantai, pesta tahunan sudah dimulai. Ia berjalan memasuki ruang pesta dan mencari-cario sosok bosnya. Sebelum Erin berhasil menemukan Vero He, ia terlebih dahulu melihat sosok James He berdiri tinggi menjulang di tengah kerumunan. Si pria hari ini mengenakan jas berwarna gelap. Sebagai yang punya acara, pesona James He jelas memukau banyak orang yang datang.

Sementara itu, di sebelah James He ada Jessy Lan. Sudah lama Erin tidak bertemu wanita ini……

Erin dalam hati bertanya, kok Jessy Lan bisa ada di sini? Dua tahun lalu, selepas dirinya bertemu dengan wanita itu, ia tidak pernah menjumpainya lagi. Bahkan, selama menunggui James He di ruang perawatan khusus, Erin juga tidak ketemu Jessy Lan.

Si wanita tahu Jessy Lan adalah istri James He dari penyelidikannya terhadap He’s Corp dulu. Ini informasi yang sangat langka, Bibi Lan yang merupakan mama Erin saja tidak tahu-menahu.

Seperti menyadari tatapan Erin, James He menoleh padanya dengan dingin. Tatapan itu hanya berlangsung sekitar satu detik, sebab si pria langsung membuang muka seolah tidak menyadari keberadaannya.

Erin tidak paham rasa kecewa yang tiba-tiba muncul di hatinya muncul karena apa. Kalau dia rasional, dia seharusnya sudah berbalik badan dan bergegas pergi sekarang.

Jessy Lan, yang masih berdiri di sebelah James He, juga menyadari keberadaan Erin. Ia mengangkat gelas bir yang tengah digenggamnya, lalu tersenyum lembut untuk memberi gestur menyapa.

Di tengah perasannya yang pilu, Erin teringat kata-kata Jessy Lan yang berbunyi “kita berbagi seorang laki-laki”. Wanita yang layak mendampingi James He di tempat sepenting ini, jelaslah hanya Jessy Lan semata.

Si wanita tersenyum pilu dan melangkah keluar ruang pesta sembari mengangkat ekor gaunnya. Ia tiba-tiba merasa udara di dalam sangat pengap. Erin butuh udara segar……

Di taman bunga, merasakan udara dingin yang masuk ke paru-parunya, hati Erin ikut mendingin. Ia jelas-jelas sudah tahu James He sudah menikah dengan seorang wanita berkelas, tetapi mengaap hatinya ini tetap brengsek dan terus ingin mendekatinya?

Berhubung Jessy Lan tidak pernah muncul dua tahunan ini, Erin sudah hampir lupa dengan sosoknya. Hari ini, ketika dia kembali muncul di hadapannya, ia benar-benar tidak menyangka.

Erin mengenang hubungan gelapnya dengan James He dulu. Ia merasa dirinya waktu itu sungguh murahan, bagaimana bisa dia bermesraan dengan seorang pria beristri?

Si wanita memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam. Dari belakang, ia mendengar suara sepatu hak tinggi mematuk-matuk tanah. Erin menoleh, lalu menjumpai Jessy Lan tengah berdiri di belakang sembari menatap dirinya dengan tenang.

“Nona Erin, lama tidak berjumpa. Baik-baik kan kamu?” tanya Jessy Lan dengan senyum lebar.

Erin merasakan adanya ejekan dalam senyuman ini. Ketika ia bersiap melangkah pergi, wanita di hadapannya mengajak bicara lagi, “Oh iya, kita kan berbagi pria yang sama, kamu tidak tertarik cerita-cerita soal dia ke aku? Misalnya, apa saja kebiasaan baik dan kebiasaan buruknya?”

“Nona Lan, tolong kendalikan diri,” balas Erin gusar.

Senyuman di bibir Jessy Lan belum juga pudar, “Waktu kita berjumpa dulu, Nona Erin mengenakan kemeja suamiku. Bagi aku, yang harusnya kendalikan diri adalah Nona Erin. Nona punya hubungan gelap dengan pria beristri.”

Erin gigit-gigit bibir. Tidak mau dirinya lanjut dihina, si wanita pamit, “Aku mau pergi, Nona Lan.”

Ketika Erin berjalan melewati dirinya, Jessy Lan berkata ketus: “Penampilan Nona Erin sangat cantik, rasa-rasanya tidak bakal ada yang menyangka otak dan hati nona kosong. Sudah dua tahun…… Aku pikir James He bakal menikahimu, nyatanya kamu masih menjomblo saja.”

Yang diejek menoleh dan menanggapi dingin, “Bicaralah dengan sopan, kalau tidak jangan salahkan aku bila memberimu pelajaran.”

“Jangan emosian begini ah, aku kemari hanya untuk lihat kalian sebahagia apa kok. Sayang, jawabannya adalah kalian tidak jadi berpasangan. Aku masuk dulu deh, takutnya James He mencariku karena keluar terlalu lama. Sampai jumpa, Nona Erin!” Jessy Lan berbalik badan dan pergi.

Maksud hati ingin pergi duluan, kini Erin malah ditinggal pergi Jessy Lan. Si wanita berdiri di tengah jalanan bersalju dengan pikiran kosong. Tidak tahu sudah berdiri berapa lama dirinya di sana, Erin baru merasa kedinginan dan melangkahkan kaki kembali ke ruang pesta.

Baru masuk ruangan, ia melihat sepasang pria dan wanita di lorong jalan. Dari tempat berdirinya ini, ia bisa melihat pasangan itu lagi berpelukan sambil ciuman. Seperti terkena struk mendadak, Erin terhenyak dan terdiam di tempat.

Dibanding hinaan Jessy Lan barusan, adegan mesra ini jauh lebih menyakitkan hati Erin. Air mata mengalir keluar dari kedua matanya, lalu ia pun berbalik badan dan berlari pergi. Sesaat setelah si wanita berbalik badan, James He sudah melepaskan Jessy Lan. Ia membasuh bekas lipstik yang tertinggal di bibirnya dengan risih, lalu meminta, “Jessy Lan, jangan muncul lagi di hadapanku.”

“Sungguh pria yang plin-plan.” Jessy Lan menatap James He dengan agak emosi, “Satu detik lalu kamu masih mencium dan memelukku dengan nafsu, lalu sekarang kamu menyuruhku untuk tidak muncul lagi di depanmu. James He, mengapa kamu setidak dewasa ini?”

Sikapnya diusik, wajah si pria jadi mendingin. Ia menjawab sinis: “Bukan urusanmu!”

“Oke, memang bukan urusanku sih. Aku hari ini datang untuk memberikanmu surat undangan. Aku mau menikah.” Si wanita mengeluarkan sebuah undangan berwarna merah dari tas dan menyodorkannya ke si pria. James He terhenyak tanpa menerima sodoran itu.

Jessy Lan bicara lagi: “Kaget ya? Barusan waktu melihatku, apa kamu mengira aku yang tidak tahu malu ini datang untuk menggodamu balikan? Sebenarnya waktu berciuman denganmu aku sempat memikirkan itu sedikit, tetapi ketika melihat wanita favoritmu itu aku langsung tersadar. Aku sudah menghabiskan terlalu banyak waktu buatmu. Tidak bisa mendapatkan cintamu, aku jadi frustrasi dan banyak melakukan hal gila. Kalau dpikir-pikir, aku merasa diriku yang dulu sangat bodoh.”

James He akhirnya menerima sodoran itu. Begitu melihat nama mempelai prianya, ia bertanya dengan heran, “Kamu menikah dengan dia?”

“Iya, dia. Dari dulu sampai sekarang, ia selalu setia padaku. Tanpa peduli aku pernah jadi wanita simpanan orang lain, tanpa peduli aku pernah melakukan hal-hal gila, ia mencintaiku dan melindungiku dengan sepenuh hati. Ia membuatku sadar, ternyata cinta seperti ini. Tetapi, walau bagaimana pun, aku tetap harus berterima kasih padamu karena pernah baik padaku.”

“Jessy Lan, maaf!” Dari sekian banyak kata yang muncul di benak si pria, yang bisa terucapkan hanya satu kata ini.

“Kata maafmu terdengar dipaksakan, tetapi oke aku terima. James He, kamu ini terkadang kekanak-kanakan. Sebenarnya, dengan caramu mengejar wanita yang begini rupa, semua wanita malah jadi kabur darimu,” balas Jessy Lan. Rasa cinta dan rasa benci dirinya pada James He sudah lenyap tertiup angin. Saat ini, ketika dirinya berhadap-hadapan dengan si pria lagi, yang tersisa di hatinya hanya perasaan yang datar.

Barusan, Jessy Lan sudah memperlihatkan ke Erin sesuatu yang bakal membuat hati si wanita bakal sakit sesakit-sakitnya. Ya, dia habis berpelukan dan berciuman dengan James He! Jangan salahkan aku Erin, aku seorang wanita yang baru merasa puas kalau sudah balas dendam!

“James He, aku pergi dulu. Sampai jumpa di acara pernikahanku,” tutup Jessy Lan sambil berbalik badan. Ini pertama kalinya ia tidak merasa tersakiti dan sedih saat meninggalkan James He. Ia akan memulai sebuah kehidupan baru, lalu melupakan si pria sampai tidak ingat lagi bentuk wajahnya.

James He mengamati bayangan tubuh Jessy Lan yang menjauh, lalu menunduk melihat kartu undangan yang ada di tangannya. Ia memasukkan kartu undangan itu ke kantong baju, lalu menoleh ke arah tempat Erin menghilang barusan.

Si pria mengenryitkan alis, sekelebat perasaan tidak senang timbul dalam dirinya. Ia barusan benar-benar melihat Jessy Lan sebagai Erin. Pada detik pertama ketika menciumnya, ia baru sadar ia salah orang.

James He sebenarnya ingin segera melepaskan ciuman itu, tetapi sudut matanya menangkap sosok Erin yang berjalan mendekat. Niat itu pun ia batalkan, sebab ia ingin membuat Erin cemburu dengan ciuman dirinya dan Jessy Lan.

Waktu mereka ribut lalu, mengetahui bahwa Erin sungguh-sungguh berniat melaporkannya ke kejaksaan, James He benar-benar marah. Ia bahkan sampai ragu apakah semua pengorbanan yang telah ia berikan pada si wanita ada harganya atau tidak.

Tiap kadang berjumpa, Erin selalu menghindari seolaha dirinya merupakan ular beracun……

James He sungguh ingin membedah hati Erin untuk melihat dalamnya berwarna merah atau hitam. Merah artinya si wanita masih punya hati nurani, sementara hitam artinya nati nuraninya sudah mati. Si pria memijit-mijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Melihat Thomas Ji mendatangi dirinya, James He menyuruh: “Bukakan satu kamar, aku mau istirahat.”

“Baik.”

Baru kabur tidak jauh, Erin melihat salah satu pengawal pribadi Vero He berlari menghampirinya. Si wanita segera membasuh air mata dan berdiri tegak seolah tidak ada yang terjadi. Begitu sudah dekat, si pengawal pribadi melapor dengan wajah cemas: “Ketua Tim Erin, sesuatu telah terjadi. Nona He barusan didekati seseorang tidak dikenal, ini CEO Shen di vila marah besar.”

Erin terkejut dan langsung menjawab: “Ayo kita ke vila.”

Tanpa direspon lagi, mereka berdua langsung lari ke tempat yang dituju. Begitu masuk vila, Erin langsung pergi ke kamar tidur. Di sana, ia melihat Taylor Shen duduk di sisi ranjang dengan Vero He berbaring tenang di sebelahnya. Wajah bos wanitanya pucat pasi.

Erin bertanya: “Apa yang terjadi?”

Taylor Shen menoleh dengan wajah muram. Tanpa bicara, si pria bangkit berdiri dan berjalan ke luar kamar. Erin segera mengikuti arah langkahnya. Mereka berdua berhenti di depan sebuah komputer di salah satu ruangan vila yang lain, lalu seorang bawahan Taylor Shen mencolokkan flash disk berisi rekaman kamera CCTV vila tepi pantai ke komputer.

Erin berdiri di sebelah Taylor Shen sambil mengamati rekaman yang diputar. Di dalam rekaman, ada seorang pria yang terus berdiri membelakangi kamera CCTV. Entah apa yang si pria katakan pada Vero He, wajah Vero He langsung terkejut dan ketakutan. Setelah melihat reaksinya itu, si pria mendekap Vero He dalam dekapan.

Selama menonton, Erin merasa aura Taylor Shen sangat menyeramkan. Benar saja, ketika ia mendongak untuk melihat ekspresinya, wajah si pria sangat lah muram. Dia terlihat seperti ingin mematah-matahkan tulang pria dalam rekaman saat ini juga.

Gila, aura Taylor Shen saat marah memang tidak ada duanya! Erin jadi ketakutan sendiri!

Menjelang video berakhir, si pria dalam rekaman menoleh ke lensa kamera CCTV seolah sengaja memperlihatkan wajah. Tidak hanya menoleh, si pria juga tersenyum dingin. Plak! Komputer tiba-tiba diangkat dan dibanting ke lantai.

Layar komputer langsung pecah berkeping-keping, kemudian Taylor Shen yang sudah sangat emosional bergegas kembali ke kamar tidur. Orang-orang yang ditinggal di ruang tempat menonton seketika saling bertatapan. Tidak ada yang berani memungut komputer dari lantai……

Keesokan hari, Vero He terbangun dengan tubuh yang terasa lemah. Sepanjang malam, Erin dan ketua tim pengawal pribadi berjaga terus di depan pintu masuk vila. Dari kejauhan, Erin melihat sosok James He berjalan mendekat. Si pria masih mengenakan pakaian pesta kemarin, hanya saja jasnya agak kusut.

Erin membuang muka, jelas karena enggan melihatnya.

Semalam, James He tersiksa dengan api yang membara pada tubuhnya. Meski sudah mandi air dingin berulang-ulang, api itu tidak bisa dipadamkan juga. Si pria bahkan sempat berpikir untuk menculik Erin dan melampiaskan semua nafsu sampai sehabis-habisnya.

Menyadari keberadaan sosok Erin, James He menghampirinya pelan-pelan. Ia berhenti pada jarak setengah langkah dari si wanita. James He, yang jauh lebih tinggi daripada Erin, menunduk menatap wanita di hadapannya.

Erin menyadari bekas lipstik yang ada di kerah baju James He. Hatinya terasa tertusuk begitu melihat ini. Baru turun dari ranjang yang ditiduri bareng Jessy Lan, kini James He berdiri di hadapannya untuk mengganggunya. Benar-benar deh pria ini, tidakkah dia menyadari sedikit bahwa tindakannya ini menjijikkan?

Si pria melihat kejijikan dalam ekspresi Erin. Ia bertanya dengan alis terangkat, “Vero He mengalami sesuatu, mengapa kamu tidak menelepon dan melapor padaku?”

James He semalam diberi obat perangsang, makanya bisa merasa sangat nafsu. Ia ingat, ia terakhir minum bir saat di balkon. Bir itu pada mulanya sebenarnya milik Vero He, jadi yang memberi obat sebenarnya menargetkan adik perempuannya itu.

“Tuan Muda lagi sibuk begituan, mana berani aku ganggu?” sindir Erin dengan nada yang mengandung kecemburuan.

James He merasa lucu dengan sikap Erin yang satir namun juga iri ini, “Maksudmu begituan apa? Begituan apa yang bisa membuat Nona Erin melanggar perintahku dan tidak melapor situasi Vero He secara tepat waktu padaku?”

Erin mendongak menatap James He. Dua tahun lalu, waktu dirinya baru berkenalan dengan Vero He, ia mengira hubungan James He dan Vero He agak sensual. Ia bahkan dibuat cemburu oleh perasaannya itu. Setelahnya, Erin baru sadar bahwa hubungan mereka normal-normal saja.

Meski sudah menemukan fakta yang baru, Erin tetap merasa cemburu. James He tidak seperhatian dan sedekat ini pada Angela He, mengapa dia bisa begitu pada Vero He?

Terus, ia juga menyadari Felix He memperlakukan Vero He lebih baik dibanding putri kandungnya sendiri. Bahkan, Bibi Yun yang merupakan mama Erin juga berperilaku serupa. Erin tidak habis pikir, mengapa semua orang super baik pada Vero He?

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu