You Are My Soft Spot - Bab 345 Maaf, Aku Telah Menikah! (3)

Stella Han menoleh ke Jordan Bo. Beberapa hari ini pria itu dingin dan selalu menanggapi kata-katanya seadanya saja. Sekarang, Jordan Bo sudah ganti gaya jadi marah-marah ya? Kalau bicaranya setidaksabar ini, buat apa coba dia masih mengajaknya ikut? Bukankah itu malah akan makin merusak suasana hatinya?

Suasana hati Stella Han pada dasarnya sudah tidak begitu bagus, sekarang malah jadi makin buruk karena perangai Jordan Bo. Ia melempar gaun itu ke wajah si pria dan menolek mentah-mentah: “Kamu egois, aku malas meladenimu.”

Si wanita mengamati si pria menahan gaun itu, lalu menyadari tatapan yang sangat garang darinya. Diberi tatapan macam itu, Stella Han langsung waspada dan memutuskan berlari naik ke lantai atas. Baru dia sampai di anak tangga tengah, Jordan Bo sudah berhasil mengejarnya. Pria itu mengangkat tubuh Stella Han dan membopongnya: “Aku mau hukum kamu karena kamu sudah menolak permintaanku. Stella Han, sekarang sudah jago debat ya kamu!”

Stella Han refleks mendorong-dorong dada bidang Jordan Bo sembari menendang-nendangkan kaki. Ia berteriak kencang, “Jordan Bo, turunkan aku!”

Mana mungkin Jordan Bo melepaskan begitu saja ketika akhirnya ketemu target buat melampiaskan amarah? Biar dia diam, pria itu memukul bokong Stella Han tiga kali. Plak! Plak! Plak!

Si wanita langsung kesakitan dengan bokongnya yang terasa panas. Tanpa berhenti mendorong dan menendang, ia protes: “Jordan Bo, kamu melakukan kekerasan rumah tangga. Aku bisa laporkan kamu!”

Jordan Bo dibuat kesal bukan main oleh Stella Han. Satu kata maaf pun tidak terucap dari mulutnya, sungguh menyesal ia sudah memanjakannya! Pria itu membopong wanitanya ke bordes tangga lantai dua. Melihat si pria mengambil ancang-ancang memukul bokongnya lagi, Stella Han mengancam, “Jordan Bo, sekali kamu memukulku lagi, aku benar-benar bakal lapor!”

Bibi Liu keluar dari dapur karena terganggu dengan suara teriakan Stella Han tadi. Ia terkejut melihat bos prianya tengah menggendong bos wanitanya dengan keadaan terus melawan. Ia sungguh belum pernah melihat bos prianya sekasar ini! Mungkinkah bakal terjadi sesuatu? Perlukah dia lapor polisi?

Sesampainya di kamar, Jordan Bo melempar Stella Han ke kasur begitu saja. Si pria lalu buru-buru menindihnya seperti seekor mangsa yang bersiap memakan buruannya. Stella Han sangat pusing ketika dilemparkan dengan kasar, lalu sebelum dirinya berhasil kembali ke kondisi normal, Jordan Bo sudah menindih dirinya. Kekuatan mereka sungguh tidak sebanding, ia tidak bakal bisa melawan Jordan Bo. Lagi-lagi ia hanya bisa menendang-nendangkan kaki, “Jordan Bo, otakmu lagi bermasalah ya? Aku hanya bilang kamu punya wanita khusus buat menemanimu ke perjamuan bisnis, itu kan fakta.”

“Diam-diam pergi menemuni kekasih lama dan semalaman tidak pulang, kamu masih punya muka buat mengatai otakku bermasalah? Stella Han, sudah merasa jago ya kamu!” kata Jordan Bo sembari menatap lekat-lekat mata Stella Han yang ada di bawah tubuhnya. Setiap kata yang ia utarakan diucapkan dengan sangat kasar dan emosional.

Stella Han membalas dengan emosi, “Di kontrak pernikahan tidak ditulis larangan aku menemui teman. Jordan Bo, kamu tidak punya hak untuk menghakimiku begini.”

“Hehe!” Jordan Bo tersenyum kecut. Pria itu lalu mengelus-elus pipi Stella Han. Elusan tangannya sangat lembut, tetapi wajahnya tetap terus memendam kemarahannya. Ia bertanya, “Tidak punya hak? Kamu mau kukasih lihat kontrak pernikahan kita lagi?”

Stella Han merinding diperlakukan Jordan Bo dengan lembut dan marah sekaligus. Ia bisa membaca dengan jelas tatapan sip ria padanya. Itu tatapan untuk bersiap memotong-motong daging tubuhnya jadi beberapa bagian! Ia berusaha melepaskan diri lebih keras lagi, “Aku yakin tidak ada larangan itu kok. Tubuhku aku memang berikan padamu, tetapi tidak dengan jiwa dan perasaanku. Jordan Bo, cepat lepaskan aku. Dengar tidak?”

“Tidak!” Jordan Bo mencengkeram dan menarik leher baju Stella Han dengan kedua tangan. Satu bunyi sobekan terdengar, lalu dada si wanita langsung terasa dingin karena bersentuhan langsung dengan udara ruangan. Stella Han refleks menarik salah satu tangan Jordan Bo dan menggigitnya sekencang yang ia bisa.

Yang digigit merasa sangat kesakitan dan makin marah, tetapi tiba-tiba suatu rasa senang melintasi perasaannya. Ia mengencangkan tangannya itu dengan cara dikepal. Ini biar darah yang mengalir semakin banyak. Stella Han yang tidak patuh ini ternyata kesampaian membuat darahnya mengalir keluar!

Jordan Bo awalnya hanya ingin memberi hukuman biasa pada Stella Han, namun sekarang jadi benar-benar nafsu “berhubungan” dengannya. Ia ingin “menaklukkan” wanitanya seenaknya!

Stella Han merasakan amis darah di mulutnya. Karena tangan Jordan Bo sangat keras, pipinya jadi pegal selama mengiggit. Ketika ia melepaskan gigitannya, Jordan Bo tiba-tiba menahan sepasang lengannya dengan satu tangan.

Satu tangan Jordan Bo yang lainnya ternyata mengambil tambang buat mengikat sepasang kakinya! Stella Han berjuang keras melepaskan diri dan akhirnya berhasil. Kasihan, belum sempat dia turun ranjang, tubuhnya sudah kembali ditahan oleh Jordan Bo!

Jordan Bo menjalankan niat untuk mengikat sepasang kaki Stella Han. Ia mengikatkannya ke dua sisi ranjang hingga tubuh si wanita jadi berbentuk tanda panah ke atas. Sadis!

Stella Han kembali berusaha duduk. Baru berhasil duduk, ia kembali didorong Jordan Bo ke ranjang dan ditimpa. Dengan mata berapi-api, si pria berseru, “Stella Han, aku sudah bilang jangan buat aku marah!”

Stelal Han sekarang benar-benar ketakutan. Jordan Bo yang sekarang bukan Jordan Bo yang biasanya. Ia bisa melihat ambisi dan kekerasan yang sangat kental dalam wajahnya. Stella Han menggeleng ketakutan, “Jordan Bo, jangan macam-macam kamu. Kalau tidak, aku tidak bakal memaafkanmu!”

Jordan Bo menegakkan badan dan melepas satu per satu kancing kemeja dengan perlahan. Setiap gerakannya sengaja dilakukan dengan lambat biar waktu terasa sangat lama buat Stella Han. Pria itu lalu bertanya, “Stella Han, apa kamu mau dibacakan hukuman yang bakal kamu terima kalau berkhianat dariku? Itu ada di kontrak perkawinan.”

Sekujur tubuh Stella Han gemetar. Ia gigit-gigit bibir, “Jordan Bo, aku ini manusia dan bukan binatang. Mohon hargai aku sedikit.”

“Kamu semalaman tidak pulang dan tidak angkat teleponku, apa itu namanya kamu menghargai aku?” Jordan Bo berpikir hukuman yang ia berikan ketika dulu Stella Han semalaman tidak pulang kurang ampuh, makanya semalam terulang lagi. Kali ini, ia ingin Stella Han benar-benar ingat betapa beratnya konsekuensi semalaman tidak pulang!

Jidat Stella Han dipenuhi keringat dingin. Seberapa kuat pun ia berusaha melawan, tekanan Jordan Bo pada dirinya terlalu kencang sampai ia tidak bisa bergerak sama sekali. Ia memanggilnya sekali lagi, “Jordan Bo, lepaskan aku! Dengar tidak!”

Jordan Bo menatap Stella Han dingin, turun dari ranjang, dan bergegas ke ruang pakaian. Tidak lama kemudian, ia keluar dari sana dengan sebuah pecut di tangan kanan. Raut wajah Stella Han langsung berubah signifikan.

Stella Han pernah menonton film-film soal kekerasan dalam hubungan seksual, namun tidak pernah menyangka suatu hari bakal mengalaminya sendiri. Ia takut setakut-takutnya! Melihat si pria melangkah mendekatinya, pupil matanya terus menegang, “Jordan Bo, kita sebagai dua orang dewasa bisa bicara baik-baik. Kekerasan tidak bakal menyelesaikan masalah, jadi lepaskan aku.”

Jordan Bo mana mungkin peduli dengan permintaannya? Melihat wajah Stella Han yang memucat, ia meraba tubuh si wanita dari atas ke bawah dengan cambuk. Setelah meraba seluruh bagiannya, ia memecut punggung Stella Han dengan sedikit kencang.

Bibi Liu, yang ada di bawah, jadi makin panik mendengar teriakan dari kamar atas. Namun, kalau dia naik, Jordan Bo pasti bakal mengusirnya. Ia tidak bisa menyelamatkan nyonya.

Di sisi lain, kalau ia menelepon rumah kediaman keluarga Bo, jarak orang dari rumah itu juga terlalu jauh untuk datang kemari. Ia harus bagaimana?

“Ah! Jordan Bo, ingat baik-baik, sudah jadi arwah pun aku akan cari kamu buat balas dendam.” Mendengar satu teriakan kesakitan lagi, yang kali ini diikuti dengan suara tawa Jordan Bo, Bibi Liu memutuskan untuk segera bertindak. Ia berlari ke ruang tamu dan menelepon 110 dengan tangan lemas. Dalam hati ia terus mendesak, cepat angkat, cepat angkat!

Telepon segera diangkat. Bibi Liu melapor dengan suara gemetar: “Polisi, di sini terjadi kekerasan rumah tangga. Cepat datang untuk menyelamatkan nyonya keluarga kami!”

Orang di seberang meminta si bibi untuk menguraikan situasi dengan rinci. Takut pihak polisi tidak mau datang, ia sengaja melebih-lebihkan ceritanya biar terdengar sangat serius. Setelah pihak polisi berucap bakal datang dalam sepuluh menit, ia baru mematikan telepon dengan lega.

Di lantai atas terdengar teriakan demi teriakan. Setelah teriakan terakhir yang terdengar sangat lemas, tidak ada suara lagi dari kamar.

Bibi Liu gigit-gigit bibir sembari menatap jendela. Ia dalam hati bertanya-tanya mengapa polisi tidak datang juga. Pada saat bersamaan, ia juga ingin berlari ke lantai atas. Ia ingin mengecek apa yang terjadi di sana. Mengapa tidak ada suara lagi? Apa jangan-jangan nyonya sudah mati dipukuli oleh tuan?

Ia makin lama makin panik. Ketika mendengar sirene mobil polisi dari luar, matanya berbinar dan ia pun langsung berlari untuk membukakan pintu. Di pekarangan vila terhenti satu unit mobil polisi, kemudian dua orang pria berseragam polisi keluar dari sana. Salah satu dari mereka bertanya, “Tadi kamu yang menelepon kami?”

Bibi Liu mengelap keringat dingin dan mengangguk kencang. Sambil membasuh air mata, ia berkata: “Polisi, benar tadi aku yang menelepon. Ayo cepat masuk, di atas tidak ada suara lagi. Nyonya keluarga kami sungguh orang yang baik hati, aku khawatir nyawanya sudah direnggut oleh tuan……”

Kedua polisi saling bertatapan. Kalau mereka bukan polisi junior, mereka pasti tidak bakal bersedia ditugaskan kemari. Semua orang tahu kedudukan Jordan Bo di Kota Tong. Tidak ada yang berani menganggunya, sungguh tidak ada.

“Kamu jalan di depan. Tunjukkan kamarnya pada kami.”

Bibi Liu segera membawa mereka berdua naik. Di depan kamar, mereka samar-sama bisa mendengar rintihan dan makian lemas Stella Han. Keduanya bertatapan lagi karena merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Meski begitu, berhubung situasi ini gawat, mereka hanya bisa saling mengangguk tanpa berpikir panjang. Salah satu dari mereka lalu mengayunkan kaki untuk mendobrak pintu kamar.

Brak! Pintu kamar jatuh terbanting ke lantai. Melihat pemandangan yang ada di dalam, ketiga orang yang berdiri di depan pada meringis!

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu