You Are My Soft Spot - Bab 144 Antara Aku dan Tiffany Song, Kamu Pilih Siapa? (3)

Raut Taylor Shen mengeras. Ia menatap Stella Han, lalu dengan sudut matanya melirik Jordan Bo. Temannya itu langsung paham apa yang harus dilakukan. Jordan Bo menghampiri Stella Han, memegang pinggangnya, lalu membawanya naik ke lantai atas.

Stella Han berusaha melawan, "Jordan Bo, lepaskan aku. Aku mau menemani Tiffany Song. Aku takut Taylor Shen memukulnya."

Wajah Taylor Shen memuram. Memang ia terlihat seperti pria yang kasar ya?

Jordan Bo mengedip pada Taylor Shen, "Pukulan itu tanda suka, makian itu tanda sayang. Kalau seorang pria tidak memukul dan tidak memaki kekasihnya, itu tandanya tidak cinta."

“Omong kosong, aku tidak percaya dengan bacotanmu ini. Lepaskan tanganmu ah,” protes Stella Han kesal. Ia sangat takut melihat wajah Taylor Shen yang seperti bersiap membunuh orang. Tiffany Song sangat lemah, mana bisa ia menahan semua kekerasan yang akan dilakukan Taylor Shen padanya sebentar lagi?

Jordan Bo mengernyitkan alis, “Stella Han, jadi wanita jangan bicara kata-kata kasar begitu. Sangat kampungan.”

Mereka berdua keluar dari vila untuk memberi ruang bagi Taylor Shen dan Tiffany Song yang sedang berhadap-hadapan dalam diam.

Seolah tidak mendengar permintaan putus Tiffany Song barusan, Taylor Shen mengangkat kopernya sambil berujar dingin: “Pulang dulu, nanti kita bicara di rumah.”

“Aku tidak mau pulang denganmu.” Tiffany Song mencari-cari alasan, “Taylor Shen, aku muak dengan keperkasaan dan kekuatanmu. Aku tidak ingin tinggal denganmu lagi. Jangan ganggu aku lagi.

Urat-urat tangan Taylor Shen, yang masih tertambat di koper, langsung menegang. Ia menatap Tiffany Song dengan marah, tetapi nada bicaranya masih terhitung tenang, “Emosimu jadi kacau begini sejak menemui Tante-mu itu ya?”

“Kamu tidak paham kata-kataku ya? Aku sudah muak denganmu. Aku tidak ingin tinggal denganmu lagi. Keperkasaanmu, intimidasimu, sikap kekanak-kanakanmu, aku sudah lelah dengan semuanya. Pergilah kamu sekarang juga.”

Kalau kata-kata ini keluar dari mulut wanita lain, Taylor Shen kemungkinan besar pasti sudah berbalik badan dan pergi. Tetapi, berhubung kata-kata ini diucapkan Tiffany Song, ia bukan hanya tetap diam di tempat, tetapi juga menatap Tiffany Song dengan semakin dalam. Ia bisa berubah jadi seperti ini, pasti ada alasan di belakangnya. Ia bertanya, “Kamu punya masalah apa sih? Tiffany Song, ceritakan masalahmu padaku, jangan kamu tanggung sendirian.”

Kata-kata Taylor Shen ini nyaris merobek-robek “topeng” yang telah dikenakan Tiffany Song dengan susah-payah. Taylor Shen terlalu paham soal dirinya. Pria itu tahu ia tidak mungkin memutuskan hubungan mereka secara tiba-tiba dan tanpa sebab. Tiffany Song memejamkan mata berusaha meredakan kesedihan dan duka dalam hatinya, lalu bertanya tegas, “Apa lagi yang harus aku katakan? Hanya itu saja alasan aku ingin putus denganmu, yaitu aku muak. Pergi sana, aku tidak mau melihatmu lagi.”

Tiffany Song kemudian mengulurkan tangannya untuk membawa koper ke lantai atas. Taylor Shen menatapnya lekat-lekat, “Aku tanya kamu untuk yang terakhir kalinya, sebenarnya apa yang terjadi?”

“Taylor Shen, kamu ini paham bahasa manusia tidak sih? Aku tidak mau denganmu memang harus ada alasannya?” Tiffany Song mengeluh. Ia semakin lama semakin emosi.

“Kamu masih baik-baik saja denganku semalam, tapi hari ini tiba-tiba minta putus. Masa tidak ada alasan di balik ini semua? Tiffany Song, jangan pancing emosiku. Konsekuensi kalau aku marah kamu tidak akan bisa hadapi.” Taylor Shen mengernyitkan alis geram. Ia dari tadi terus menahan kemarahannya karena takut akan menyakiti Tiffany Song seperti waktu itu lati, tetapi lama-lama ia jadi gusar juga. Sebenarnya apa kesalahan yang ia perbuat sampai Tiffany Song kekeuh mau putus begini?

“Pergilah kamu, aku mau tidak mau melihatmu lagi.” Tiffany Song berbalik badan dengan lelah. Ia tidak mau melihat Taylor Shen lagi, juga tidak mau suasana hatinya teraduk-aduk lagi. Sudahlah ia sendiri saja yang masuk neraka, masak iya ia ajak Taylor Shen juga?

Taylor Shen menahan tangannya dan berujar pelan: “Ini rumah orang lain. Kita pulang dulu, nanti di rumah kita bicara baik-baik.”

Tiffany Song menarik tangannya sekuat tenaga, “Aku tidak ingin pulang denganmu.”

“Tiffany Song!” Taylor Shen menggeretakan gigi, tatapannya seram sekali bak siap menerkam wanita di hadapannya saat ini juga. “Mau macam-macam juga harus lihat kamu sekarang di mana. Kamu ini ingin menyusahkan temanmu sendiri ya?”

Setelah bersusah-payah berusaha melepaskan diri dari Jordan Bo, Stella Han akhirnya berhasil. Ia berlari masuk ke vila. Suasana di antara Taylor Shen dan Tiffany Song sungguh menegangkan. Ia berujar: “Taylor Shen, Tiffany Song sungguh tidak ingin pulang denganmu. Biarlah ia tinggal di sini beberapa hari, nanti sesudahnya, aku jamin aku akan antarkan dia pulang ke vilamu dengan suasana hati yang riang gembira.”

Taylor Shen hanya menggeratakan gigi tanpa bersuara.

Stella Han melanjutkan kata-katanya, “Wanita setiap bulan memang ada beberapa hari di mana emosinya tidak stabil. Tiffany Song tinggal di sini pasti akan dirawat olehku dan Jordan Bo. Ia tidak akan kelaparan, juga tidak akan kedinginan. Kamu tenang saja.”

Taylor Shen tetap tidak mengalihkan pandangannya dari Tiffany Song. Wanita ini pasti menyembunyikan sesuatu darinya dan tidak berani bercerita. Terkadang ia memang benci sifat Tiffany Song yang satu ini, sebab ia jadi gagal bertindak sebagai “pahlawan” yang membantunya menyelesaikan masalah.

Taylor Shen menaruh koper Tiffany Song dan berkompromi, “Ya sudahlah. Kalau kamu mau tinggal di sini, aku tidak melarangmu lagi. Aku beri kamu waktu satu malam, pikirkan baik-baik mau kamu ceritakan sendiri masalahmu itu padaku atau aku suruh orang untuk menelusurinya. Besok pagi aku kemari jemput kamu.”

Tiffany Song menunduk, jadi Taylor Shen tidak bisa mencoba mengira-ngira apa yang sedang ia pikirkan dari raut wajahnya. Pria itu turun ke lantai bawah dan begitu berpapasan dengan Jordan Bo berujar: “Kakak Tertua, tolong ya urus dia dulu.”

Jordan Bo mengangguk dan mempersilahkan Taylor Shen pulang.

Suara mesin mobil dinyalakan segera terdengar. Jordan Bo menoleh sekilas ke Tiffany Song, yang berdiri di lantai atas, lalu berujar pada Stella Han: “Nona Song sepertinya sangat kelelahan. Antar dia ke kamar untuk istirahat, setelah itu kamu turun lagi kemari. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.”

Stella Han gemetar melihat tatapan Jordan Bo yang intimidatif. Ia agak menyesal membawa Tiffany Song kemari. Kalau tahu dari awal akan jadi seperti ini, ia pasti mengajaknya kabur berdua. Terpikir ide ini, ia tiba-tiba merinding sendiri karena teringat hukuman yang Jordan Bo berikan padanya ketika tertangkap basah dengan Tiffany Song waktu kabur berdua sebelumnya.

Pria cabul ini lebih baik jangan dipancing-pancing.

Stella Han buru-buru naik ke lantai atas dan menuntun Tiffany Song ke kamar tamu. Setibanya di kamar, Tiffany Song langsung menangis sejadi-jadinya.

Ia menangis sambil membayangkan Taylor Shen sekarang tengah menyetir dengan hati kacau. Ia sempat terpikir ingin balikan dengan Taylor Shen tadi. Tidak peduli apakah akan masuk neraka sama-sama atau bagaimana, ia sanggup menerima semua itu asal bisa berdua dengan Taylor Shen.

Tetapi ia tidak punya keberanian yang cukup untuk bercerita dengannya…… Begitu tahu mereka adalah kakak-adik, hatinya selalu merasa gundah. Ia tidak ingin menyakiti hati Taylor Shen dengan bercerita soal itu. Setibanya di vila nanti, begitu melihat kalung yang ia taruh di tengah-tengah guling, Taylor Shen pasti akan paham kebulatan tekadnya untuk putus dan pergi.

Melihat Tiffany Song menangis sejadi-jadinya, hati Stella Han juga jadi kacau. Ia memeluk sahabatnya itu, “Tiffany Song, jangan menangis lagi. Kalau kamu menangis, aku juga akan menangis.”

Ditenangkan begini malah membuat tangisan Tiffany Song jadi semakin keras. Stella Han menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut. Ia sangat khawatir bagaimana Tiffany Song bisa melewati masalah yang satu ini. Ia adalah sahabat Tiffany Song, tetapi ia sendiri juga tidak tahu bagaimana harus membantunya, sebab masalah ini sangat rumit.

Hubungan darah adalah sesuatu yang tidak bisa dihapuskan seumur hidup. Kalau mereka mau tetap berpasangan, orang-orang pasti akan menghujat mereka dan Tiffany Song pada akhirnya akan menderita juga. Coba saja mereka tahu ini dari awal, pasti sebelum cinta itu bermekaran mereka akan mencoba melupakannya duluan kan?

Semuanya sudah terlambat sekarang. Mereka sudah terlanjur saling mencintai satu sama lain dalam-dalam.

“Tiffany Song, Taylor Shen tidak akan melepaskanmu dengan mudah. Aku bisa melihat perasaannya padamu sangat dalam,” ujar Stella Han. Barusan ia lihat dengan mata kepalanya sendiri, kemarahan Taylor Shen sudah mau meledak, tetapi pria itu akhirnya memilih menahan diri dan tidak melampiaskannya.

“Aku tahu.” Tiffany Song mentusap-usap matanya. Ia hari ini sudah menangis terlalu banyak sampai kelopak matanya sakit.

“Jadi bagaimana?” tanya Stella Han khawatir.

Tiffany Song menggeleng, “Aku juga tidak tahu. Pikiranku sekarang sangat kacau. Ia tidak akan melepaskanmu. Kemana pun aku pergi, ia akan berhasil menemukanku. Kalau aku tidak bisa memberi alasan yang tepat padanya untuk minta putus, ia tidak akan menerima permintaanku. Stella Han, bantu aku. Aku sungguh tidak tahu harus bagaimana.”

Melihat Tiffany Song terduduk frustrasi, Stella Han berpikir keras bagaimana ia bisa membantunya.

“Tiffany Song, apa kamu tidak pernah terpikir untuk menceritakan kenyataan yang sebenarnya pada dia? Kalau ia sudah tahu itu, ia pasti bisa memahami kegundahanmu dan setuju memutuskanmu.” Stella Han daritadi memikirkan kemungkinan ini. Banyak sekali pasangan suami-istri bercerai karena kurangnya komunikasi. Mereka memendam kekesalan masing-masing dalam hati, kemudian konflik jadi semakin lama semakin besar dan tidak bisa diselesaikan.

Situasi Tiffany Song dan Taylor Shen ini spesial. Bisa jadi dengan Tiffany Song buka pembicaraan, jalan keluar masalah ini akan ditemukan.

“Stella Han, aku harus bagaimana bilang ke dia bahwa aku adik kandungnya? Aku tidak sanggup mengatakan ini.” Tiffany Song terisak, lalu melanjutkan kalimatnya: “Ia pun dua puluh tahunan ini selalu merasa bersalah dan hancur karena menghilangkan aku. Kalau ia tahu aku sebenarnya adik kandungnya, dan...... Ia pasti akan hancur.”

“Tiffany Song......” Stella Han paham jalan pikiran Tiffany Song. Sahabatnya itu sangat sayang dengan Taylor Shen, jadi memilih memendam kegundahannya sendirian agar pria itu tidak hancur.

“Daripada dia hancur, lebih baik ia membenciku, memaki-makiku, dan menuduh aku tidak cinta lagi padanya. Satu dua tahun setelah hari ini, ia pada akhirnya pasti akan lupa denganku dan punya hidup baru.”

“Terus kamu sendiri bagaimana? Kamu pernah memikirkan situasimu juga tidak?”

“Aku......” Tiffany Song terhenyak.

“Kalau kamu pergi darinya, kamu masih bisa hidup?” tanya Stella Han.

“Aku......” Tiffany Song menunduk. Air mata kembali mengalir dari kedua matanya. Ia selalu berusaha terlihat tabah dan tidak bergantung sama sekali pada Taylor Shen, sengan begitu ia tidak akan terlihat mencintainya. Tetapi, begitu sampai pada momen di mana ia mau tidak mau harus meninggalkannya, ia baru sadar betapa dalamn cintanya pada Taylor Shen.

Ia sungguh menyesal tidak mencintai Taylor Shen sepenuh hati ketika masih bisa mencintainya dengan bebas. Kalau saja ia bisa mengulang waktu, ia pasti akan menunjukkan cintanya pada Taylor Shen tanpa ditutup-tutupi sedikit pun.

“Aku bisa!”

Stella Han kehabisan kata-kata untuk Tiffany Song. Sahabatnya ini sering sekali mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Mana mungkin Tiffany Song bisa hidup tanpa Taylor Shen? Kalau pun bisa, hidup itu pasti akan dijalaninya hari per hari dengan mati-matian. Ia sungguh berharap dari awal Tiffany Song tidak bertemu Taylor Shen dan berpacaran dengan pria biasa saja. Dengan begitu, hidupnya tidak akan jadi se-menyedihkan ini.

Stella Han baru keluar dari kamar tamu setelah Tiffany Song terlelap. Baru menutup pintu dan berbalik badan, ia langsung dikejutkan oleh sosok Jordan Bo yang bersandar di tembok persis di dekatnya. Ia mengelus-elus dada saking kagetnya, “Jordan Bo, kamu jalan masa tidak ada suaranya? Aku kaget setengah mati tahu.”

Jordan Bo menatapnya sekilas dengan datar lalu berjalan ke ruang buku. Stella Han tahu ini waktunya sesi interogasi. Sekujur tubuhnya merinding. Ia tidak pernah bisa berkelit dari Jordan Bo. Sekalinya tidak hati-hati, ia pasti akan jatuh dalam jebakan yang disiapkan olehnya.

Stella Han ikut masuk ke ruang buku. Ia melihat Jordan Bo tengah berdiri sambil menatap jendela luar. Ia bergegas menghampirinya. Melihat pemandangan di bawah sana, hatinya berdesir.

Puncak musim gugur sudah tiba. Semua tempat dipenuhi guguran daun-daun berwarna cokelat. Ini momen yang paling tepat untuk memanen hasil-hasil bumi, juga momen yang paling cocok bagi orang-orang untuk bergalau-galauan.

Jordan Bo menyimpan kedua tangannya di kantong celana. Ia lalu menatap Stella Han dengan canggung dan bertanya: “Stella Han, antara aku dan Tiffany Song, kamu pilih siapa?”

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu