You Are My Soft Spot - Bab 188 Kalian Harus Saling Mencintai dan Saling Merawat (3)

“Ia masih bisa bertahan berapa lama?” Melihat darah sebanyak ini, Tuan Besar Shen sangat khawatir Angelina Lian tidak bisa menunggu sampai ambulans tiba.

Dokter keluarga tidak berani memastikan sebab itu sangat bergantung pada ketahanan para korban sendiri. Beberapa menit kemudian, sirine ambulans terdengar mendekat. Orang-orang buka jalan dan dokter serta perawat berlari kecil mendatangi Angelina Lian. Mereka dengan hati-hati menidurkan si adik Taylor Shen di tandu, lalu mengangkatnya pergi.

Taylor Shen bangkit berdiri dan ingin ikut, namun tiba-tiba ditahan Tuan Besar Shen, “Taylor Shen, kamu tinggal di sini. Wayne Shen, kamu ikut sana ke rumah sakit.”

“Papa, sekarang yang paling penting adalah Tiara. Urusan lainnya untuk sementara kita kesampingkan dulu. Setelah Tiara melewati fase krisis nanti, kita bisa bicarakan hal-hal lain,” balas Taylor Shen tidak senang.

Tuan Besar Shen tetap pada pendiriannya. Ia mengancam, “Kalau kamu tidak tinggal di sini, aku akan segera panggil polisi untuk jebloskan istrimu ke penjara.”

Taylor Shen menggeretakkan gigi tanpa berani bergerak lagi. Wayne Shen menuruti suruhan ayahnya dan masuk ambulans. Ketika ambulans sudah bergerak, Tuan Besar Shen berbalik badan pada para hadirin dan meminta maaf sekaligus mempersilahkan mereka pergi. Yang disuruh pergi masih bertahan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, namun satpam segera datang untuk mengajak mereka keluar dengan sopan.

Pintu vila ditutup. Yang tersisa kini hanya anggota-anggota keluarga Shen, Jordan Bo, dan Stella Han.

Tuan Besar Shen mendongak menatap Tiffany Song. Ia bertanya dingin: “Apa? Perlu aku mohon-mohon dulu baru kamu mau turun?”

Tiffany Song sebelumnya tidak pernah mendapat tatapan sedingin ini dari si pria tua. Ia turun dengan rasa takut sekaligus rasa yakin bahwa dia tidak bersalah. Stella Han menggenggam tangannya dan ikut turun.

Ketika mereka sampai di tangga paling bawah, Paman Wei menyuruh pembantu rumah mengambilkan kursi untuk bosnya. Tuan Besar Shen duduk. Ia melihat lagi genangan darah yang ada di lantai, lalu menatap si tertuduh: “Taylor Shen ada di sini. Cepat cerita, apa yang sebenarnya terjadi? Tiara yang baik-baik saja kok bisa tiba-tiba jatuh dari atas?”

Tiffany Song melihat Taylor Shen yang berjarak beberapa Langkah darinya. Pria itu juga sedang menatapnya dan menunggu penjelasan. Hati Tiffany Song langsung kecewa. Taylor Shen tidak seperti Stella Han yang berdiri di sebelahnya, berarti suaminya itu juga curiga dengan dia.

“Aku tidak mendorong dia. Dia jatuh sendiri,” tutur Tiffany Song pelan.

Tuan Besar Lian tersenyum dingin, “Raka, panggil asisten rumah yang tadi teriak-teriak ke luar. Aku mau konfrontir keterangannya dengan keterangan Nona Song!”

Nona Song, bukan Nyonya Muda Keempat…… Tuan Besar Shen dalam hati sepertinya sudah menetapkan Tiffany Song sebagai tersangka. Tiffany Song menatap Taylor Shen untuk mencari tahu apakah dia juga seperti ayahnya atau tidak. Ia mau tahu, apakah Taylor Shen tidak percaya padanya?

Paman Wei membantu pembantu rumah yang dicari. Si pembantu itu masih trauma dan jadi makin ketakutan begitu tatapannya bertemu dengan tatapan Tiffany Song. Dengan suara bergetar, ia menjelaskan: “Tuan Besar, Tuan Besar Shen, aku, aku melihat dengan mata kepala sendiri. Nyonya Muda, Nyonya Muda Keempat, mendorong Nona, mendorong Nona Tiara dari atas.”

Jocelyn Yan berdiri di sebelah si pembantu rumah. Ia menambahkan, “Tuh kan, aku sudah bilang, Tiffany Song itu sebuah bom waktu. Tengah siang bolong begini dia berani dorong Tiara dari lantai atas, apalagi yang ia tidak berani lakukan coba? Pa, menurutku ini sepenuhnya kesengajaan. Lapor polisi, jangan habis-habiskan tenagamu untuk mendengarkan pembelaan dirinya."

Tuan Besar Shen menatap sekilas Jocelyn Yan. Yang ditatap tidak berani bicara lagi. Pria tua itu kemudian mengalihkan pandangan ke anak keempatnya yang daritadi diam, "Taylor Shen, sekarang sudah ada keterangan saksi. Apa pendapatmu?”

Taylor Shen menatap Tiffany Song. Dalam benaknya muncul lagi gambaran Angelina Lian terbujur di tengah genangan darah. Ia tidak percaya Tiffany Song melakukan itu semua. Firasatnya mengatakan bahwa ada konspirasi jahat di belakang ini semua. Dengan nada bicara serba salah, ia menjawab, “Di sini ada kamera CCTV. Apakah Tiffany Song mendorong Angelina Lian, kita bisa pastikan dari rekamannya.”

Tiffany Song kehilangan keseimbangan dan mundur-mundur beberapa langkah. Kalau tidak ada Stella Han yang menahan tubuhnya dengan sigap, ia pasti sudah jatuh dalam posisi duduk di genangan darah. Si sahabatnya itu menegur Taylor Shen dengan marah: “Taylor Shen, apa maksudmu? Kamu tidak percaya Tiffany Song tidak bersalah?”

“Stella Han, diam dulu,” geleng Tiffany Song. Ia menatap suaminya dengan tidak percaya. Taylor Shen tidak bilang percaya padanya, melainkan minta cek kamera CCTV dulu. Sebenarnya berapa tingkat kepercayaan pria itu padanya?

“Raka, cepat ambil dan tampilkan rekaman kamera CCTV,” perintah Tuan Besar Shen.

Sambil menunggu Raka, mereka semua hening tanpa berucap satu pun kata. Tiffany Song juga diam saja dan tidak memberi penjelasan lanjutan. Tidak ada yang percaya dengan dia, kalau ia mencoba menjelaskan ia akan dianggap berkelit. Tunggu saja, biarlah rekaman kamera CCTV yang membuktikan ia tidak bersalah.

Paman Wei dengan cepat meng-copy rekaman kamera CCTV. Ia kembali ke hadapan para anggota keluarga sambil membawa satu laptop dan satu USB. Rekaman mulai diputar di hadapan semuanya. Pada awalnya, Tiffany Song berbincang-bincang dengan Angelina Lian di bordes tangga lantai dua. Kemudian, Tiffany Song kehilangan kendali dan mendorong Angelina Lian ke bawah.

Rekaman kamera CCTV tidak bersuara, jadi tidak ada yang tahu apa yang mereka berdua bicarakan. Tuan Besar Shen langsung marah besar setelah video selesai diputar. Ia bangkit berdiri dengan garang dan menunjuk-nunjuk Tiffany Song: “Tiffany Song, aku sungguh menyesal sudah berusaha menerimamu di keluarga ini. Kamu ternyata orang yang busuk dan kejam. Cepat katakan mengapa kamu mendorong Tiara? Mengapa?”

Makin lama menonton rekaman, Tiffany Song makin terkejut. Ia tidak menyangka adegan mereka jadi seperti itu bila dilihat dari kamera CCTV. Dengan wajah pucat, wanita itu masih berusaha membela diri, “Aku tidak mendorong dia.”

“Kalau kamu tidak dorong dia, yang di rekaman kamera CCTV itu siapa? Tiara membuatmu marah atau bagaimana? Kamu mengapa dorong dia? Kalau bukan karena dia, aku tidak akan menyetujui pernikahan brengsek kalian ini! Aku bersumpah akan membuatmu meringkuk di penjara. Raka, lapor polisi. Aku ingin seret orang ini ke pengadilan dengan tuduhan percobaan pembunuhan!" bentak Tuan Besar Shen dengan semakin emosional.

Stella Han tidak percaya dengan rekaman CCTV. Ia berdiri di depan Tiffany Song dan berargumen pada Tuan Besar Shen: "Aku percaya Tiffany Song. Ia tidak mungkin melakukan hal macam itu, juga tidak punya alasan untuk melakukannya.”

Tiffany Song menatap Stella Han. Wanita itu tersenyum kecut dan menoleh ke Taylor Shen yang daritadi diam. Stella Han bertanya: “Taylor Shen, kamu juga tidak percaya istrimu mendorong Angelina Lian kan?”

Taylor Shen diam saja. Ia sebenarnya yakin Tiffany Song sudah difitnah. Dari pembantu rumah tangga yang berlari keluar vila sambil teriak-teriak sampai rekaman CCTV yang menampilkan dorongan Tiffany Song pada adiknya, semua bukti ini sepertinya dibuat-buat.

Ia tidak percaya Tiffany Song mendorong Angelina Lian. Istrinya pasti cuma difitnah, cuma difitnah! Meski begitu, sekarang sungguh tidak bijak baginya untuk mengungkapkan pendapat ini sebab bukti saksi dan bukti material semua lengkap. Kalau ia ingin membuktikan Tiffany Song bersih, ia harus menangkap si pemfitnah, bukan bersikeras tanpa menyodorkan bukti tandingan.

Taylor Shen masih juga tidak bicara. Tiffany Song menunduk, jadi ini pria lembut yang bilang “aku cinta kamu” dan mengajaknya menikah? Sikapnya sekarang sungguh beda seratus delapan puluh derajat dari sikap biasanya.

Paman Wei masih diam saja di tempat. Tuan Besar Shen kesal dan memukul tongkat jalannya ke kepala pria itu. Ia menegur: “Aku tadi suruh kamu lapor polisi, budek kamu ya?”

Paman Wei tidak menghindar dan pasrah dipukul. Pria itu lalu mengeluarkan ponsel dan memencet nomor 110.

Tiffany Song semakin lama semakin takut. Stella Han tidak sabaran lagi. Ia memohon pada suami sahabatnya, “Taylor Shen, bicaralah. Papamu ingin memenjarakan istrimu, ayo bela dia.”

Jordan Bo menatap Taylor Shen. Ia tidak percaya temannya ini akan diam begitu saja melihat Tiffany Song dipenjara. Taylor Shen pasti punya rencana lain yang belum bisa dibuka. Jordan Bo menghampiri istrinya dan menariknya menjauh: “Stella Han, ini urusan keluarga Shen. Kamu jangan ikut campur.”

“Aku tidak peduli ini urusan keluarga siapa. Tiffany Song adalah sahabatku, aku tidak percaya ia bisa bunuh orang.” Stella Han semakin lama semakin kesal. Hari ini jelas-jelas hari bahagia, mengapa akhirannya malah tragis begini?

Tiffany Song sangat kasihan. Di antara orang sebanyak ini, yang percaya dirinya hanya satu orang. Taylor Shen bahkan juga tidak percaya. Bisa dibayangkan kan betapa sakit hatinya?

“Stella Han!” bentak Jordan Bo. Ia paham betul dengan Taylor Shen. Sahabatnya itu tidak bicara apa-apa bukan karena kebingungan, tetapi karena sudah menemukan sesuatu dan tidak bisa menganggu otak utama semua ini. Kalau Stella Han menganggunya begini, posisi Taylor Shen akan semakin sulit, bahkan bisa membuat Tiffany Song kehilangan kepercayaan diri pada suaminya sendiri.

Dibentak suaminya ketika tengah iba dengan sahabatnya, air mata Stella Han mengalir keluar. Ia membalas: “Apa kamu teriak-teriak? Kamu sama saja dengan mereka-mereka. Kamu tidak percaya Tiffany Song tidak bersalah. Mereka semua tuhj menjebak Tiffany Song, sadar tidak kamu? Aku benci kalian, aku benci setengah mati pada kalian!”

Jordan Bo ingin menjelaskan tetapi nanti rencana Taylor Shen rusak. Ia hanya bisa membawa istrinya itu keluar vila.

Vila langsung kembali sunyi. Paman Wei sudah melapor polisi. Semua orang menatap Tiffany Song. Ada yang merasa kasihan, ada juga yang merasa senang ia tertimpa musibah. Malam pernikahannya mau tidak mau harus dilalui di sel penjara.

Tiffany Song menatap Taylor Shen dalam diam. Ia menenegaskan sekali lagi, “Taylor Shen, aku ingin mengklarifikasi untuk yang terakhir kalinya. Aku tidak mendorong Angelina Lian sama sekali. Semua orang salah paham padaku aku tidak masalah, kecuali kalau kamu ikut salah paham juga. Paham kan kamu?”

Angelina Lian nekat sekali mempertaruhkan jiwanya sendiri untuk menarik simpati Taylor Shen. Wanita itu menang. Taylor Shen daritadi diam saja dan tidak menanggapinya, ia kalah.

Tiffany Song sungguh tidak percaya pria yang hari ini baru saja menikahinya dan mengucapkan “aku cinta kamu” padanya tiba-tiba berubah begini. Ia hanya ingin mendengar pria itu bilang “aku percaya padamu”, masa sesusah ini?

Sirine mobil polisi perlahan muncul dari luar vila. Beberapa personel polisi masuk ke dalam. Kepala personel menghadap ke depan Tuan Besar Shen dan bertanya apa yang terjadi.

Paman Wei menceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Para polisi menonton ulang rekaman CCTV dan langsung yakin Tiffany Song memang salah. Yang dituduh tersenyum kecut, mungkin dia satu-satunya nyonya muda keluarga kelas atas yang dijebloskan ke penjara pada hari pernikahannya.

Ketika borgol dingin menyentuh pergelangannya, saat itu juga Tiffany Song mengalihkan pandangan dari Taylor Shen. Ia kini menunduk menatap cincin yang terpasang di jari manisnya. Kilauan cincin itu membuat hatinya terasa semakin sakit.

Begitu menatap borgol Tiffany Song, Taylor Shen tiba-tiba gelisah. Ia tidak tahu apakah membiarkan istrinya dibawa pergi polisi Tindakan yang benar atau salah. Kalau memang ini cara untuk memancing keluar pelaku, mencari fakta sebenarnya, dan membersihkan nama Tiffany Song, bukankah ini terlalu berat?

Taylor Shen menghampiri Tiffany Song. Sambil berbalik badan, si wanita melepaskan cincin pernikahan mereka dan mengembalikannya ke tangan si pria. Tiffany Song berujar tegas: “Taylor Shen, sampai ketemu lagi suatu saat.”

Taylor Shen menunduk menatap cincin itu. Ia langsung paham ia sudah sangat salah, luar biasa salah. Yang Tiffany Song inginkan bukan pembersihan namanya, juga bukan penangkapan pelaku semua ini, melainkan hanya satu kalimat “aku percaya padamu”. Walau ia hanya minta satu kalimat, Taylor Shen tidak bisa memberikannya.

Pria itu memegangi cincin erat-erat dan berlari kencang menyusul istrinya. Tiffany Song sudah dibawa masuk ke mobil polisi. Mobil perlahan berjalan menjauh. Ketika Taylor Shen berusaha mengejar, para personel polisi mengencangkan kecepatan mobil.

Taylor Shen terus berlari sampai ke depan rumah kediaman keluarga Shen. Ia akhirnya menyerah karena sadar tidak mampu mengejar lagi. Dengan nafas tergesa-gesa dan mata berkaca-kaca, ia berdiri diam menatap mobil polisi yang sudah jauh. Tiffany Song, jangan takut. Tunggu aku, tunggu aku jemput kamu pulang!

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu