You Are My Soft Spot - Bab 190 Aku Percaya Seratus Persen Padamu (1)

Kata-kata Taylor Shen jelas tidak masuk ke telinga Tiffany Song. Wanita itu harus melewatkan malam pernikahannya di sel penjara sendirian.

Tiffany Song bersandar di tembok penjara yang dingin. Ia mengamati lampu kecil yang ada di atas sel. Meski ada lampu, ruangan itu tetap saja gelap dan menyeramkan. Tiffany Song tidak ingat jelas bagaimana Angelina Lian bisa terpeleset jatuh. Di telinganya, satu per satu hinaan orang-orang di vila tadi kembali terngiang.

Tiffany Song memejamkan mata lekat-lekat. Angelina Lian sungguh berlebihan. Hanya demi memisahkan mereka berdua, wanita itu berani mengorbankan nyawanya sendiri. Kalau menang memang lanjutannya apa, tidak ada kan? Mereka berdua kakak beradik, Taylor Shen tidak mungkin bisa menjadi kekasihnya.

Benak Tiffany Song terus mengulang-ulang adegan Angelina Lian. Ia lama-lama berpikir jahat. Habis ini jadi koma kamu, tidak usah bangun lagi dasar pencari masalah!

Ulangan-ulangan adegan ini membuat Tiffany Song akhirnya tidak tahan tertawa. Semakin tertawa, suara tawa Tiffany Song jadi makin keras. Mendengar suara tawa yang sangat berisik dari sel Tiffany Song, polisi penjaga segera bergegas menghampirinya. Si polisi kemudian menegur: “Menertawai apa kamu? Diam!”

Tiffany Song mengabaikan teguran dan terus tertawa. Akhir-akhir, ia malah menangis karena teringat satu hal lain. Ia menangis bukan karena Angelina Lian menjebaknya sampai begini. Ia menangis karena tebakannya bahwa Taylor Shen tidak akan membelanya benar.

Coba bayangkan betapa lucunya ini? Satu fitnah saja langsung membuat ikatan cinta mereka hancur.

Melihat Tiffany Song tertawa dan menangis dalam waktu berdekatan, polisi penjara jadi iba. Ia mencoba mengajaknya bicara: “Coba jelaskan mengapa kamu senekat itu sampai bunuh orang di pesta pernikahanmu sendiri? Sebenci-bencinya kamu dengan wanita itu, ia tidak pantas kamu sakiti hanya untuk kebahagiaanmu sendiri.”

“Kebahagiaanku?” Tiffany Song mendongak menatap polisi penjaga. Ia tidak hanya bertanya pada lawan bicaranya, melainkan juga pada dirinya sendiri. Wanita itu melanjutkan: “Di mana sebenarnya kebahagiaanku?”

Polisi penjaga hanya menggeleng tidak tahu, berbalik badan, dan pergi.

Tiffany Song menunduk. Ia tidak paham seberapa tragis nasibnya saat ini sampai polisi penjaga merasa iba padanya. Mungkinkah ini momen paling tragis dalam hidupnya selama ini?

Tiffany Song bisa merasa sakit didiamkan Taylor Shen karena ia masih menyimpan perasaan pada pria itu. Sekarang, hatinya sudah beku. Ia tidak akan tersakiti lagi.

Dari luar sel terdengar langkah kaki beberapa orang yang tidak beraturan. Suara itu kemudian diikuti dengan suara borgol yang saling bersenggolan. Di tempat segelap ini, suara-suara aneh macam itu sangat membuat was-was. Tiba-tiba terdengar bentakan polisi, lalu muncul satu orang penghuni penjara baru yang tengah dibawa dua orang polisi ke selnya.

Tiffany Song menatap wajah orang baru itu. Si orang baru kebetulan ikut menatapnya juga. Dia bersiul lalu meledek santai: “Yo, bisa-bisanya seorang seorang pengantin perempuan masuk penjara! Bukankah itu mirip Black Widow yang ada di film-film?”

“Jangan banyak omong, cepat masuk! Sel penjara sebelah Tiffany Song dibuka dan orang tadi dijebloskan ke dalam. Kedua polisi menutup pintu, menguncinya, lalu berbalik badan dan pergi.

Tiffany Song menarik pandangannya kembali dengan tubuh merinding. Black Widow? Ia mirip Black Widow yang ada di film-film?

……

Jordan Bo mengerahkan segala kekuatan yang bisa dikerahkan. Meski begitu, kelengkapan bukti saksi dan bukti material ditambah intervensi Tuan Besar Shen membuat para atasan kepolisian berada dalam situasi sulit. Mereka tidak bisa menyetujui permohonan bebas dengan jaminan Tiffany Song.

Begitu dapat kabar ini, Jordan Bo langsung marah dan menyapu semua barang yang ada di meja kerjanya ke lantai. Ia menarik dasinya dengan gemas. Kalau ia tidak bisa membebaskan Tiffany Song dengan jaminan, Stella Han akan benci dia seumur hidup.

Benci? Kata ini sungguh tidak bisa ia terima.

Jordan Bo mengangkat gagang telepon kantor dan menelepon sebuah nomor: “Aku tidak peduli kamu pakai cara apa, yang jelas besok pagi aku ingin lihat Tiffany Song sudah kamu bebaskan dengan jaminan…… Betul, pakai namaku sebagai jaminan. Kalau dia kabur, aku siap dipenjara untuk menggantikan dia!”

Pria itu lalu mematikan telepon dan membanting gagangnya ke lantai.

Stella Han kaget dengan suara bantingan barang dari ruang buku. Setelah Taylor Shen membiarkan mobil polisi pergi tadi, ia kehilangan kesadaran dan langsung dibawa Jordan Bo balik vila. Dengan kaki telanjang, ia berjalan ke depan ruang buku. Mendengar suaminya menutup telepon dengan kalimat “Kalau dia kabur, aku siap dipenjara untuk menggantikan dia!”, hati Stella Han kacau.

Wanita itu mengetuk pintu dan masuk. Ia langsung disambut barang-barang meja kerja Jordan Bo yang berantakan di lantai. Si pemilik ruang kerja sendiri tengah duduk di meja kerja dengan wajah tertunduk. Stella Han bertanya, “Mereka tidak mau bebaskan dengan jaminan ya?”

Jordan Bo mendongak. Hatinya terenyuh melihat tubuh Stella Han yang ramping berdiri di dekat pintu. Ia bangkit berdiri, menghampirinya, dan membopongnya ke sofa. Pria itu kemudian duduk di ujung sofa sambil menaruh kaki wanitanya di atas pahanya. Tangan besar yang hangat milik pria itu kemudian mengelus-elus lutut Stella Han yang dingin.

Lutut Stella Han putih dan sangat cantik. Masih sambil mengelus-elus, Jordan Bo menjawab pelan: “Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membebaskannya. Kamu jangan panik.”

“Aku takut. Jordan Bo, aku takut kita kalah cepat.” Mata Stella Han berair dan pandangannya jadi buram. Semua orang tahu penjara itu tempat macam apa. Kalau pun seseorang bisa keluar dari sana tanpa kekurangan sesuatu apa pun, ingatan negatif selama dikurung di sana pasti akan terus melekat di benak orang itu.

“Stella Han, selain aku, Taylor Shen juga sedang cari cara. Jangan takut, tidak akan terjadi apa-apa,” jawab Jordan Bo sambil menatap lutut putih Stella Han. Tuan Besar Shen bersikeras ingin membuat Tiffany Song membusuk di penjara. Sekali pun mereka menggabungkan kekuatan keluarga Bo dan keluarga Go, untuk sementara mereka paling-paling hanya bisa membebaskan Tiffany Song dengan jaminan. Bebas dari jeratan hukum saat ini sangat mustahil……

Ada banyak sekali hadirin yang menyaksikan kejadian, ada pula bukti saksi dan bukti material. Bagi Tiffany Song, ini sebuah kartu mati. Mereka harus menemukan bukti baru, kalau tidak Tiffany Song akan terus terancam berurusan dengan hukum!

“Jangan sebut namanya di depanku!” protes Stella Han. Ia pikir Taylor Shen akan bisa memberikan Tiffany Song kebahagiaan. Ternyata, pada akhirnya, yang diberikan pria itu pada sahabatnya hanya kekecewaan.

“Stella Han, jangan marah begitu dengan Taylor Shen. Yang satu adalah istrinya, yang satu adalah adiknya yang ia hilangkan bertahun-tahun. Situasi dia sangat sulit saat ini,” bujuk Jordan Bo.

“Dia temanmu, jadi jelaslah kamu bela dia terus.” Stella Han menarik kakinya sendiri supaya Jordan Bo tidak bisa mengelusnya lagi. Ia lalu marah: “Aku tidak butuh kamu untuk tolong Tiffany Song. Aku akan cari cara sendiri. Kamu dan Taylor Shen sama saja. Mulut kalian selalu bilang cinta, cinta, cinta pada kami, tetapi ketika ambil keputusan yang penting soal kami malah lamban. Buat apa sih dia nikahi Tiffany Song, mending nikahi adiknya itu saja deh.”

“Stella Han, jangan marah-marah sendiri kamu!” Jordan Bo makin pusing.

“Kalau aku maunya begitu bagaimana? Kamu kalau mau melindungi temanmu itu ya lindungilah. Tiffany Song biar aku yang urus, aku tidak butuh bantuan dari Tuan Muda Bo!” Stella Han bangkit berdiri dan ingin berjalan keluar.

Baru berjalan satu langkah, pergelangan tangannya langsung ditahan Jordan Bo. Pria itu menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu berucap: “Aku tidak bilang aku tidak akan menolong Tiffany Song. Bicara baik-baik, bisa tidak?”

Stella Han menunduk. Ketika tangannya ditahan Jordan Bo tadi, pria itu merasakan ada yang basah-basah. Si pria menunduk dan menyadari itu air mata. Jordan Bo mengamati wajahnya lekat-lekat dengan iba. Stella Han tidak ingin suaminya melihat ia menangis, jadi ia buang muka. Jordan Bo membuang nafas pasrah, “Tiffany Song ini terdesak sekali. Bukti saksi ada, bukti material ada. Saat pengadilan dilangsungkan nanti, Tiffany Song pasti akan langsung dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Hari ini yang ikut pesta banyak, yang lihat Tiffany Song dorong Angelina Lian entah ada berapa, terus media-media juga sudah memberitakan……. Insiden ini sudah sangat menyita perhatian publik. Insiden ini akan melekat terus di Tiffany Song, kecuali kalau kita bisa menemukan bukti baru. Kalau kita tidak bisa melakukan itu, sekali pun Tiffany Song bisa dibebaskan dengan jaminan, ia akan tetap terancam kena jerat hukum. Paham kamu?”

Mana mungkin Stella Han tidak paham? Karena paham inilah dia jadi sangat khawatir. Ia percaya Tiffany Song tidak mendorong Angelina Lain, tetapi itu tidak berarti hakim juga akan berpikiran serupa. Bukti-bukti yang ada sekarang sangat menyudutkan Tiffany Song. Kalau sampai Angelina Lian mati, Tiffany Song sembilan puluh sembilan persen pasti akan dipenjara dalam waktu lama.

“Aku harus bagaimana? Aku harus melakukan apa biar bisa tolong dia?” tanya Stella Han dengan air mata bercucuran.

Jordan Bo membalikkan badan Tiffany Song ke hadapannya. Dengan lembut, pria itu membasuh air mata di wajah si wanita dengan tangannya. Jordan Bo kemudian memberi saran: “Stella Han, jangan panik. Temui Tiffany Song dengan identitas sebagai pengacara. Minta dia ceritakan semua yang terjadi hari ini padamu tanpa melewatkan satu detil pun. Aku akan cari cara untuk mencari bukti baru, bukti bahwa dia tidak bersalah.”

Stella Han segera mengiyakan, “Baik, aku akan langsung menemuinya.”

Si wanita itu kemudian berjalan keluar dari ruang buku. Tangan Jordan Bo tertahan hampa di udara. Melihat bayangan tubuh istrinya yang menjauh, Jordan Bo mendesah pasrah. Kedudukan dirinya di hati Stella Han sepertinya kalah jauh dari kedudukan Tiffany Song.

……

Tuan Besar Shen duduk di kursi depan ruang gawat darurat. Ia menatap khawatir lampu merah yang terlihat dari dalam ruangan. Tiara tengah ada di tengah-tengah hidup dan mati. Kalau sampai terjadi sesuatu yang fatal padanya, ia ingin Tiffany Song dikubur hidup-hidup!

Sementara itu, Wayne Shen bersandar di salah satu sisi tembok. Setelah menerbitkan tiga buah surat permintaan tindakan medis khusus, pihak rumah sakit akhirnya berhasil menolong Angelina Lian dari kematian. Luka di kepala belakang wanita itu sangat parah. Tulang rusuknya juga patah dua dan salah satunya menusuk paru-paru, jadi bagian yang tertusuk itu mau tidak mau dipotong.

Angelina Lian sampai detik ini sudah mendapat transfusi dua ribu cc darah. Situasinya sangat genting.

Tuan Besar Shen menelepon Taylor Shen beberapa kali dan menyuruhnya cepat datang ke rumah sakit. Di telepon terakhir, ia marah besar, “Taylor Shen, yang sekarang ada di ruang operasi adalah adik kandungmu sendiri. Kalau ia mati, kamu memang sanggup minta maaf pada mamamu dan aku?”

Mungkin berkat peringatan yang sangat keras ini, Taylor Shen setengah jam kemudian tiba di rumah sakit. Ia masih mengenakan kemeja putih polos. Dasinya sekarang entah ada di mana, rambutnya juga berantakan kesana-kemari. Wajah Taylor Shen terlihat muram dan sedih.

Tuan Besar Shen menatapnya sekilas dan mendengus kesal, “Hanya demi satu wanita, kamu rela menghabisi anggota keluargamu sendiri?”

Meski di dalam rumah sakit ada pemanas ruangan, suhu di sana tetap agak dingin. Bagaimana pun juga, ini puncak musim dingin. Taylor Shen akan bisa flu kalau hanya mengenakan pakaian setipis ini. Wayne Shen melepas mantel dan menaruhnya di bahu sang kakak: “Kakak Keempat, pakailah ini.”

Taylor Shen mana mungkin sadar dengan dinginnya rumah sakit? Hatinya daritadi sudah sangat dingin sebelum kemari, penyebabnya apa lagi kalau bukan kepergian Tiffany Song. Kalau wanita itu ada di hadapannya, ia ingin sekali mengajaknya bicara baik-baik.

Taylor Shen berdiri di tempat dengan tubuh kaku. Ia lalu menoleh ke Wayne Shen dan berucap datar: “Wayne Shen, kamu jaga di sini. Aku pulang ke rumah sebentar.”

Mendengar anak keempatnya mau pergi lagi, Tuan Besar Shen bangkit berdiri dengan marah, “Mau ke mana kamu? Sebelum Tiara keluar dari ruang operasi, jangan harap kamu bisa pulang.”

Taylor Shen menatap Tuan Besar Shen sekilas lalu berbalik badan dan pergi. Tuan Besar Shen sungguh frustrasi melihat tingkahnya. Ia memukul-mukul tongkat jalannya ke lantai sambil berteriak, “Taylor Shen, kamu ini ingin membuat mati karena marah-marah terus ya?”

Langkah si anak berhenti sebentar, namun kembali berlanjut. Dengan cepat ia lenyap di balik belokan lorong rumah sakit. Tuan Besar Shen duduk lemas di kursi, “Anak tidak tahu diuntung! Anak sialan!”

Wayne Shen menarik pandangannya. Saat ini yang paling sulit jelas kakaknya itu. Adik paling kecilnya ada di tengah-tengah hidup dan mati, sementara istri yang baru dinikahinya masuk penjara. Ia harus bagaimana untuk menyeimbangkan perhatian ke keduanya? Ia harus bagaimana biar bisa menemani Tiara sekaligus membuat istrinya tidak merasa ditinggalkan?

Taylor Shen mengemudikan mobil ke rumah kediaman keluarga Shen. Saat ini ia tidak bisa bertemu dengan Tiffany Song, jadi ia tidak bisa mendengar ceritanya soal apa yang sebenarnya terjadi. Ia harus kembali ke tempat kejadian perkara untuk mencari bukti, butki bahwa Tiffany Song tidak salah.

Setengah jam kemudian, Taylor Shen tiba di tujuan. Ruang tamu, yang merupakan tempat pembunuhan, sudah dipasangi garis polisi. Taylor Shen berdiri di depan pintu mengingat-ingat keramaian seusai acara pernikahan tadi. Sekarang, yang ada di vila hanya ketegangan dan keseraman.

Istri yang baru ia nikahi jadi narapidana karena membunuh adik kandungnya sendiri…

Mengapa ia tidak juga terpikir hubungan di antara kedua wanita ini? Apa sebenarnya motif Tiffany Song? Ia tidak punya alasan apa-apa untuk mendorong Angelina Lian. Kalau yang didorong itu sendiri bagaimana? Tiffany Song bilang Angelina Lian terpleset sendiri, apa motif dia memfitnah Tiffany Song?

Misalkan yang dikatakan Tiffany Song itu benar, lantas mengapa rekaman kamera CCTV menunjukkan istrinya mendorong Angelina Lian? Apa rekaman diedit lagi seperti waktu itu?

Taylor Shen memutuskan mengecek pusat kendali kamera CCTV vila. Mereka semua daritadi fokus pada konten rekaman CCTV, namun mengabaikan kemungkinan ada orang yang memalsukan rekaman. Kalau memang ada yang memalsukan, ia seharusnya bisa menemukan bukti baru di pusat kendali CCTV.

Taylor Shen masuk ke sebuah ruangan kecil di lantai dua. Di dalam sana, ada dua orang petugas keamanan tengah berjaga. Melihat kedatangan bos muda, mereka bangkit berdiri dan menyapa, “Tuan Muda Keempat.”

Taylor Shen mengangguk. Ia berjalan ke layar yang menampilkan rekaman CCTV secara real-time, lalu bertanya: “Kamera mana yang bertugas mengawasi ruang tamu dan bordes tangga lantai dua?”

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu