You Are My Soft Spot - Bab 387 Apakah Kamu Ingin Melahirkan Anakku (3)

Setelah mengatakannya, Jordan Bo dengan pelan mendorong Stella Han, mengeluarkan sapu tangan yang bersih dan menempelkannya ke luka pada dahi Stella Han. Ketika mendengar Stella Han merintih kesakitan, Jordan Bo segera melembutkan gerakannya. “Apakah sangat menyakitkan?”

“Iya. Sakin sakitnya kepalaku seakan mau mati,” kata Stella Han jujur sambil mengangguk kepala.

Jordan Bo menggendong Stella Han dan dengan langkah besar berjalan ke mobilnya. Dia menempatkan Stella Han di kursi samping pengemudi, lalu membantu memakaikan sabuk pengamannya dan menutup pintu. Jordan Bo melihat SUV putih yang terletak tidak jauh itu. Dia menyipitkan matanya dan menghubungi seseorang. “Stella Han telah diserang di tepi sungai. Mobil si penyerang, yang telah ditabrak mobilku, berada di bendungan. Kamu kirimkan orang kemari. Aku ingin dia hidup-hiduo. Aku mau tahu alasan dia melakukannya!”

Jordan mematikan teleponnya dengan wajah muram. Lalu dia berbalik badan, masuk ke dalam mobilnya. Kap mesin mobil Cayenne-nya sudah penyok. Untungnya dia masih dapat menyalakan mobilnya. Jordan Bo mengendarai mobil kembali ke jalan. Kemudian dia bertemu dengan sebuah mobil di sudut jalan. Kedua orang tersebut menurunkan jendela pada saat bersamaan. Orang itu mengangguk pada Jordan Bo, lalu melaju menuju bendungan.

Stella Han sangat ketakutan dan mengalami gegar otak. Jordan Bo menempatkannya di sebelah kursi pengemudi dan dia pun tertidur. Jordan Bo mengirim Stella Han ke rumah sakit swasta. Setelah melakukan pemeriksaan yang akurat, diketahui bahwa Stella Han tidak memiliki cedera lain selain luka di dahinya. Tetapi dia mengalami gegar otak ringan dan diharuskan untuk dirawat di rumah sakit.

Setelah menyelesaikan prosedur rawat inap, Jordan Bo kembali ke bangsal. Dia pun melihat Stella Han terbaring pucat di ranjang. Dia duduk di kursi di samping ranjang, mengulurkan tangan dan menggenggam erat tangan Stella Han.

Sampai sekarang ini, detak jantung Jordan Bo masih belum kembali normal. Dia sedikit lagi hampir akan kehilangannya. Rautnya seketika berubah menjadi ganas. Tidak peduli siapakah mereka, jika mereka menyentuh Stella Han, itu sama saja mereka melawan Jordan Bo. Dia tidak akan membiarkan orang-orang itu hidup di dunia ini!

Stella Han mengerutkan keningnya. Bibir pucatnya terbuka dan seketika tertutup, seakan sedang mengatakan sesuatu. Tubuh Jordan Bo mencodong ke depan, mendekati sisi telinganya. Dia pun mendengar Stella Han tidak berhenti berkata, “Jordan Bo. Maaf, kami... Akhirat... Selamat tinggal..., jika diberikan kehidupan selanjutnya... Aku tidak akan menghabiskan begitu banyak waktu... Aku akan segera menembakmu.”

Jordan Bo tidak tahu harus berbuat apa ketika mendengar perkataan Stella Han. Stella Han menghubunginya pada saat yang kritis untuk mengucapkan selamat tinggal, kan. Untung saja dia tidak menjawab teleponnya. Kalau tidak, dia akan dibuat gila olehnya. Dalam situasi seperti itu, yang terlintas dalam pikiran Stella Han hanyalah kematian. Apakah dia tidak mencoba memikirkan cara untuk kabur dari situasi membahayakan itu?

Tapi dalam situasi seperti itu, yang dapat dipikirkan Stella Han hanyalah Jordan Bo seorang.

Begitu memikirkannya, wajah sang pria seketika melembut. Dia mengangkat tangan Stella Han dan membawanya ke bibirnya, mencium lembut tangan Stella Han. “Dasar bodoh. Bagaimana aku bisa rela membiarkanmu mati, kan? Jika kamu, setengah belahan jiwaku, tidak ada, apa gunanya aku hidup, bukan?"

Stella Han masih meracau dalam tidurnya. Tampaknya dia benaran sangat ketakutan.

Jordan Bo menemani Stella Han di samping ranjangnya, sedetik pun tidak meninggalkannya. Begitu melihat Stella Han telah menjadi tenang, tatapan Jordan Bo pun menjadi menakutkan. Stella Han biasanya tidak memiliki banyak orang yang dendam padanya. Meskipun ada beberapa musuh-musuh Jordan Bo yang berbahaya dan licik, tetapi mereka pun tidak akan menyentuh Stella Han.

Jadi siapa sebenarnya yang menginginkan nyawa Stella Han? Kecepatan laju SUV putih itu seakan-akan menginginkan mereka mati bersama. Siapa yang memiliki kebencian begitu besar terhadap Stella Han?

Jordan Bo mengerutkan keningnya. Dia mengangkat ponselnya, menghubungi sebuah nomor dan memerintah, “Sekretaris Xu, segera menyelidiki gugatan yang diterima istri baru-baru ini, dan juga biografi singkat dari semua pihak dan terdakwa. Semuanya harus ada baik itu penting atau tidak. Jangan sampai terlewat sedikit pun."

Sebagai seorang pengacara, Stella Han pandai melawan gugatan perceraian. Ini pun merupakan gugatan yang paling aman jika dibanding dengan gugatan yang lainnya, dan juga tidak akan sampai menyinggung tokoh-tokoh besar. Tetapi ada yang ingin Stella Han mati, jadi Jordan Bo harus menyelidikinya dan menghilangkan semua bahaya yang mengancam Stella Han. Kalau tidak, Jordan Bo tidak akan bisa tenang.

Pukul enam sore, Vincent Xu bergegas ke rumah sakit dengan membawa informasi yang telah diselidikinya. Ketika Vincent Xu tiba, Jordan Bo kebetulan sedang menelepon. Yang menelepon adalah Bibi Liu, yang mengatakan bahwa dia tidak dapat menghubungi Stella Han, sekaligus bertanya apakah mereka nanti akan makan di rumah.

Jordan Bo khawatir bahwa kedua orang tua di rumahnya akan cemas. Jadi dia mengatakan bahwa dia dan Stella Han tiba-tiba harus melakukan perjalanan bisnis, tidak akan kembali untuk sementara waktu dan memintanya untuk merawat kedua orangtuanya dengan baik. Jordan Bo pun mematikan ponselnya, berbalik badan, menghadap Vincent Xu. Vincent Xu segera menyerahkan dokumen kepadanya. Melihat Stella Han yang tertidur di ranjang, Vincent Xu dengan hati-hati bertanya, "CEO Bo, bagaimana Nyonya Bo bisa sampai terluka?"

Jordan Bo mengambil dokumennya dan duduk di samping ranjang, membacanya. Dia pun mengabaikan pertanyaan Vincent Xu. Melihat wajah pria itu sangat dingin, Vincent Xu pun tidak laagi berani menanyakannya. Dia pun hanya berdiri menunggu di samping.

Bo Munian membaca dengan cepat dokumen tersebut. Informasi yang dibawa Vincent Xu adalah gugatan yang diterima oleh Stella Han pada setahun ini. Dari data yang diselidiki, tidak ada yang mencurigakan dan mereka semuanya adalah orang yang baik, selain yang satu ini, yaitu gugat kemenangan Stella Han baru-baru ini. Sang terdakwa adalah orang gila yang kejam dan sering melakukan kekerasan terhadap istrinya di rumah.

Istrinya tidak tahan dengan penganiayaannya, makanya dia mengajukan gugatan cerai. Dikatakan bahwa sebelum naik banding, pria ini pergi memohon istrinya dan memintanya untuk memberinya kesempatan lagi. Tetapi sang istri sudah menetapkan keputusannya. Dia tahu bahwa sifat pria itu tidak akan berubah, dia pun menyerah.

Jordan Bo menunjuk ke foto pria itu dan berkata, "Selidiki orang ini."

Vincent Xu pergi ke sana untuk melihatnya. Kemudian dia mengangguk kepalanya, mengambil foto pria itu dan segera pergi keluar.

Jordan Bo memandang Stella Han yang berbaring di ranjang. Dia sudah tertidur selama beberapa jam dan sampai sekarang belum terbangun. Jordan Bo ingin membangunkannya. Ponselnya pun berdering. Orang di ujung sana berkata, “Kakak tertua, orang itu sudah terbangun. Kamu boleh kemari untuk menginterogasi orang itu."

Jordan Bo memegang erat ponselnya, lalu mematikan ponselnya. Dia mencodong ke depan, mencium kening Stella Han. Setelah itu, dia baru keluar dari bangsal. Dia pun berkata kepada dua pengawal yang menjaga pintu, “Selain dokter dan perawat, jangan biarkan siapapun masuk ke dalam."

“Ya, CEO Bo!”

Jordan Bo melaju ke Rumah Sakit Central. Dia melangkah cepat ke dalam rumah sakit. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang dingin, dimana membuat orang menghindarinya. Ekspresi Jordan bagaikan setan dalam neraka, begitu dingin dan kejam.

Jordan Bo berjalan ke Departemen Rawat Inap, segera menuju ke lantai bangsal umum. Dari jauh, Jordan Bo melihat Alex Yue yang sedang menjaga pintu bangsal. Dia segera ke sana. Alex Yue berdiri tegak, bergegas maju dan berkata, “Dia ada di dalam. Anestesi-nya baru reda."

Jordan Bo menyengir dan masuk ke dalam. Alex Yue menyusulnya dari belakangnya. Aura bunuh Jordan Bo terlalu kuat, sampai-sampai membuat Alex Yue khawatir Jordan Bo akan kehilangan akal sehatnya. Dia pun memerintahkan pengawal untuk menjaga di depan pintu. Lalu dia menutup pintu bangsal, dan bersandar di pintu.

Jordan Bo berjalan ke sebelah ranjang pasien. Lalu dia menatap ke bawah, mengamati pria itu. Pria itu terbaring di ranjang dengan kepala dililit kasa. Satu kakinya patah dan digantung di udara. Lengannya juga patah, lehernya dikenakan gips leher dan wajahnya pun bengkak. Tampaknya cedera yang didapatkannya berat. Meski begitu, secara samar dapat dikenali bahwa dia adalah sang terdakwa yang kejam itu.

Dia melihat Jordan Bo seperti malaikat kematian yang sedang menghampirinya. Pria itu tentu mengenalinya. Dia saking takutnya, wajahnya menjadi pucat. Ketika pria itu menabrak mobil Stella Han dan ingin menerjunkannya ke dalam sungai, dia pun tidak takut. Dia bahkan memiliki pemikiran untuk mati bersama Stella Han. Jika dia membunuh Stella Han, dirinya juga akan mati.

Tetapi dia gagal membunuh Stella Han dan dirinya juga selamat. Dia pun harus menanggung amarah pria ini. “Kamu, siapa kamu?"

Jordan Bo menyeringai dan tersenyum dingin. "Sebelum kamu menyentuh istriku, apakah kamu tidak mencari tahu dia istrinya siapa? Kenapa? Kamu berani menabrak mobil istriku, tapi tidak berani menanggung amarahku?"

"Aku… aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan." Pria itu memalingkan muka, tidak berani menghadapi pria dengan aura kuat ini. Dia pun mencoba untuk menjangkau dan memencet bel. “Aku… aku akan memanggil dokter. Kepalaku sakit. Aku… aku ada gegar otak."

Jordan Bo malas meladeni orang itu. Dia mengulurkan tangan, menurunkan gypsum kaki yang digantung ke bawah. Gypsum kaki yang baru digantung itu, jatuh menabrak ujung tiang besi ranjangnya, menghasilkan bunyi patah. Rasa sakit yang hebat melanda sang pria, dimana membuat pria itu merintih kesakitan. Sekujur tubuhnya pun langsung mengeluarkan keringat dingin.

Jordan Bo menatapnya dingin, lalu dia dengan dingin berkata, “Katakanlah, siapa yang menyuruhmu untuk melukainya?"

Pria itu saking sakitnya menggertakkan giginya, memandang Jordan Bo yang menyerupai iblis itu. Dia pun berkata, "Tidak ada yang menyuruhku. Itu ideku sendiri. Dia membuat istriku menceraikanku. Jadi aku sangat menginginkan dia mati."

Jordan Bo meletakkan kedua tangan ke dalam saku celananya, dimana membuatnya terlihat anggun, tetapi kekerasan masih tidak dapat disembunyikan. Dia pun berkata, "Benarkah? Aku melihat bahwa kamu menerima lebih dari satu miliar rupiah di rekeningmu. Bukankah ini yang dinamakan menjual nyawa?"

Dalam perjalanan Jordan Bo kemari, dia ada menjawab panggilan Vincent Xu. Karena pria itu melalukan kekerasan terhadap istrinya, makanya para hakim memutuskannya untuk keluar dari rumah. Dia yang tidak memiliki uang, suka berjudi dan tidak suka berkerja. Namun di rekeningnya tiba-tiba ada uang sejumlah satu miliar rupiah. Dapat dilihat bahwa pastinya ada orang yang menyuruhnya.

Pria itu menatap Jordan Bo dengan ketakutan. Dia tidak menyangka bahwa Jordan Bo telah menyiapkan semuanya sebelum datang kemari. Dia pun menggertakkan giginya dan berkata, “Itu uang yang kumenangkan. Aku awalnya ingin menggunakan uang itu untuk mempekerjakan pembunuh bayaran untuk membunuh pelacur itu..."

Jordan Bo menarik botol infus, memukul kaki pria terluka itu. Pria itu segera menjerit dengan memegang kakinya. Mata hitam Jordan Bo membara-bara. "Siapa yang pelacur! Jaga omonganmu!"

Alex Yue yang berdiri di dekat pintu, dimana jaraknya lebih jauh, bahkan dapat merasakan kesakitan sang pria ketika melihat kaki pria itu dipukul hingga berdarah oleh botol infus. Asalkan kalian tahu, Jordan Bo adalah orang yang sangat sadis. Pria yang bersikap gegabah itu bahkan masih berani memprovokasi dia. Rasain!

Rasa sakit yang dirasakan pria itu seakan membuatnya bergantung di ambang kematian. Dia pun mencoba untuk menghirup AC, tetapi dia masih dapat merasakan sakit yang menusuk itu. Dia saking sakitnya, berkeringat dingin, sampai-sampai pakaiannya menjadi basah. Dia pun berteriak. “Tolong. Ada pembunuh. Tolong. Ada pembunuh yang ingin membunuhku. Tolong.”

Jordan Bo memandang dingin pria yang seperti badut ini. Dasar pengecut. Sebenarnya datang dari mana keberanian untuk menyentuh orangku? “Jika kamu punya tenaga untuk berteriak, lebih baik kamu jujur saja. Katakanlah, siapa yang menyuruhmu. Aku mungkin masih akan mengampunimu.”

Pria itu memikirkan satu miliar rupiah di rekeningnya. Dia pun mengertakkan gigi dan berkata, "Tidak ada yang menyuruhku. Aku sendiri yang melakukannya."

"Masih bersikeras?" kata Jordan Bo sambil mengangkat alisnya. “Aku lupa memberitahumu bahwa aku dilahirkan di keluarga pasukan khusus. Jika aku ingin membawa seseorang ke pengadilan, aku memiliki seribu cara untuk melakukannya. Agar kamu dapat membuka mulutmu, aku akan menggunakan penyiksaan supaya kamu dapat mengatakan, atau mungkin membuat sedikit penderitaan pada tubuhmu. Jadi, sebaiknya kamu memikirkannya baik-baik.“

Jordan Bo seketika terdiam, lalu berkata, "Oh iya. Kamu sebaiknya jangan mengharapkan keberuntunganmu. Bahkan jika saat ini aku membunuhmu di sini, aku juga bisa menemukan alasan untuk melepaskan diri. Jadi, sebaiknya kamu memikirkannya lebih matang apakah kamu akan mengatakannya atau tidak. Aku bukanlah orang yang bersabar.”

“Aku sudah bilang bahwa tidak ada yang menyuruhku. Aku tidak takut kalau kamu ingin membunuhku atau memotongku!" Pria itu sangat kesakitan dan menatap Jordan Bo dengan tatapan ganas. Dia berteriak keras,"Aku membenci wanita itu. Dia yang menghancurkan keluargaku. Aku ingin dia membayarnya. Aku tidak melakukan hal yang salah. Dia patut mati!"

Jordan Bo mengerutkan alisnya. Dia sudah kehilangan kesabaran, mengeluarkan tangan dari saku celananya, dan langsung mencubit kaki pria yang baru saja dijahit itu. Pria itu menjerit kesakitan, dimana setiap teriakannya sangat menusuk telinga. “Ah... ah... sakit... lepaskan... lepaskan aku..."

Jordan Bo tampak tidak mempedulikannya. Pandangan matanya semakin dingin dan kejam. Dia dengan santai, “Aku akan menghitung mundur dari angka ke-tiga. Ini semua tergantung dirimu jika kamu ingin menyelamatkan kakimu. Tiga!"

Pria itu menutup matanya sambil bernapas terengah-engah. Wajahnya pun tampak semakin pucat. Dia tahu bahwa pria ini pasti akan melakukan sesuai dengan apa yang dikatakannya. Dia dapat mengetahui bahwa rekeningnya memiliki satu miliar rupiah, maka dia pasti dapat melacak jejaknya, dan menemukan orang yang memberikan uang tersebut.

“Satu!”

Sebelum pria itu dapat bereaksi, kakinya tiba-tiba terasa semakin berat. Dia bahkan mendengar suara tulang patah. Saking sakitnya, tubuhnya menjadi kejang. Dia pun berteriak, "Aku akan ngomong. Aku akan ngomong. Orangnya si model kurus itu. Dia yang menyuruhku untuk membunuh wanita itu."

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu