You Are My Soft Spot - Bab 191 Sudah Berhasil Temukan Dia? (2)

Melihat Stella Han diam saja, Jordan Bo berinisiatif ingin mengangkat. Stella Han tiba-tiba bergerak lebih cepat darinya. Wanita itu mengambil telepon, yang menelepon adalah salah satu temannya yang bekerja di kantor polisi. Meski takut akan adanya kabar lanjutan yang membuat situasi makin kacau, Stella Han tetap berusaha menenangkan diri. Ia menarik nafas panjang-panjang, lalu menekan tombol “angkat” dan menyapa, “Luke Li, ada urusan apa malam-malam begini?”

Pria yang dipanggil Luke Li menjawab patah-patah, “Anu…… Pengacara Han, hari ini kamu menangkap seseorang, lalu tidak lama kemudian terjadi ledakan di kantor polisi. Dari penyelidikan awal, orang itu sepertinya anggota geng gelap yang suka bunuh orang……”

“Langsung ke poin utama!” potong Stella Han tidak sabaran.

“Orang yang kamu titipkan ke aku untuk aku rawat juga terkena dampak ledakan. Ia tidak selamat, ia meninggal.”

Sudah diduga, itu kabar lanjutan yang membuat situasi makin kacau. Kini sudah ada dua orang yang mengabari hal serupa, berarti tingkat kebenarannya makin kuat. Sekujur tubuh Stella Han. Di telinganya terus terngiang-ngiang lima kata: “ia tidak selamat, ia meninggal”.

Mengapa ini semua bisa terjadi? Beberapa jam yang lalu, Tiffany Song masih berdiri di hadapannya. Mereka bahkan berpelukan. Hanya dalam waktu sebentar, mereka kini sudah terpisah alam, bahkan mayat Tiffany Song masih belum ditemukan.

Mengapa semuanya setragis ini?

Joradn Bo tidak tega melihat Stella Han yang sangat terpukul. Ia mematikan telepon wanita itu, lalu memeluknya erat-erat. Istrinya, yang jelas masih kesal dengannya, menolak dipeluk. Wanita itu melawan sekeras tenaga, turun dari ranjang, lalu masuk kamar ganti.

Kurang dari satu menit kemudian, Stella Han keluar dengan mengenakan mantel bulu. Ia langsung berjalan ke luar kamar tanpa menatap Jordan Bo lagi. Si pria langsung memakai jas dan mantel, lalu mengejarnya.

Setibanya mereka di kantor polisi, sekeliling area kantor sudah dipenuh kerumunan. Ada orang yang datang hanya melihat-lihat, ada pula wartawan yang sibuk meliput. Jalanan sekitar kantor polisi ditutup, jadi mereka harus memarkir mobil agak jauh dari sana baru kemudian jalan kaki.

Semakin dekat dengan area ledakan, bau mayat yang habis dikremasi perlahan menghinggapi hidung Stella Han. Wanita itu seketika mual, namun tetap menahan diri untuk tidak muntah.

Di keempat sisi, ada belasan mobil polisi dengan sirine yang tetap menyala-nyala. Area penjara berdekatan dengan sisi belakang gedung kerja polisi, dua area itu luluh-lantah. Sementara itu, bagian depan gedung kerja polisi kondisinya masih agak lebih baik. Nampaknya memang benar ledakan berasal dari anggota geng gelap yang baru masuk sel.

Stelal Han melewati kerumunan. Ketika sudah sampai di baris paling depan, ia bisa melihat kehancuran area ledakan dengan jelas. Kedua kakinya lemas dan ia mau jatuh ke aspal. Beruntung, Jordan Bo buru-buru menahan pinggangnya dan membiarkan ia berdiri dengan posisi bersandar padanya.

Melihat kedatangan mereka, Luke Li bergegas menghampiri. Ketika tiba di depan mereka, pria itu menunduk dengan penuh rasa bersalah, “Pengacara Han, maaf, aku tidak berhasil melaksanakan amanatmu untuk menjaganya.”

Stella Han menarik nafas panjang dengan mata berkaca-kaca. Di sebelah kiri dan kanan mereka, ada polisi yang berpatroli sambil membawa anjing. Stella Han paham betul harapan hidup Tiffany Song sangat kecil dalam ledakan sebesar ini, namun ia tetap bertanya: “Sudah berhasil temukan dia?”

Luke Li menatap kerumunan warga dan media yang tidak henti-henti meliput. Ia lalu mengangguk pada kedua polisi yang ada di sisi kiri dan kanan. Paham apa yang ia maksud, kedua polisi menyimpan senjatanya dan membiarkan mereka masuk. Setelah berjalan sebentar, Luke Li berujar sedih: “Pusat ledakan ada di sebelah selnya. Sel itu milik seorang teroris yang kami tangkap tadi siang. Dia orang penting di Geng Qing dan menyimpan banyak informasi soal geng itu. Kami tidak menyangka ia akan balas dendam senekat itu. Nyonya Shen sungguh kasihan sekali bisa kena sial begini.”

Stella Han kehilangan keseimbangan lagi. Pusat ledakan ada di sebelah sel Tiffany Song, ap aitu artinya? Ia tidak berani membayangkan lebih lanjut.

“Sudah berhasil temukan dia?” tanya Stella Han lagi.

Luke Li gigit-gigit bibir. Bagaimana ia harus menjelaskan bahwa mayat Tiffany Song tidak ditemukan? Ia mencoba menjawab secara tidak langsung, “Pengacara Han, pusat ledakan itu di sebelah sel dia, mana mungkin……”

Jordan Bo langsung menyapukan pandangannya ke Luke Li. Pria itu seketika tidak berani melanjutkan kata-katanya. Ia benar-benar merasa serba salah di situasi begini.

Stella Han memejamkan mata rapat-rapat. Hatinya benar-benar hancur. Beberapa jam lalu, ketika ia pergi dari sini, Tiffany Song masih baik-baik saja. Kok bisa mereka tiba-tiba jadi pisah alam?

Stella Han membuka mata kembali dan bertanya dengan sangat lemas: “Boleh aku ke sana untuk lihat-lihat?”

“Sekarang belum boleh. Kami masih mencari-cari petunjuk motif ledakan ini. Kalau kamu masuk, kamu bisa merusak petunjuk,” jawab Luke Li. Mereka barusan sudah terpaksa mengizinkan satu orang masuk, sekarang tidak berani menambah satu lagi.

“Tuh dia mengapa bisa ke sana?” Stella Han menunjuk Taylor Shen yang berlutut jauh dari tempat mereka berdiri. Matannya penuh kemarahan. Kalau saja pria itu tidak membiarkan Tiffany Song dibawa polisi, mana mungkin sahabatnya itu akan kena musibah?

“Atasan sudah mengizinkan, kami tidak bisa melarang,” balas Luke Li canggung.

Stella Han menegakkan posisi berdiri dan berjalan ke depan. Luke Li buru-buru menyetop dan memohon: “Nyonya Muda-ku, ini tempat kejadian perkara, siapa pun tidak boleh asal masuk. Kalau sampai ketahuan atasan, kamu bisa membuatku turun jabatan.”

“Dia saja boleh masuk, atas dasar apa aku tidak boleh?” Stella Han tidak menghentikan langkahnya. Area yang ia kunjungi benar-benar rata dengan tanah. Semua bagiannya hitam dan sesekali tercium bau mayat dikremasi. Kasarnya, tempat ini sangat mirip dengan “tempat pelatihan orang-orang jahat sebelum masuk neraka”.

Tiba-tib dari kejauhan ada orang berteriak: “Luke Li, di sini ada sebuah kalung.”

Taylor Shen datang lebih awal daripada Jordan Bo dan Stella Han. Sesampainya di sini, ia langsung berlari masuk tanpa ada petugas yang berani mencegat. Sama seperti Stella Han, kakinya lemas melihat kondisi kantor polisi yang begini tragis. Sebelumnya tempat ini masih merupakan sebuah bangunan megah, sekarang jadi sesuatu yang bisa diinjak-injak. Wanita kesayangannya, di mana wanita kesayangannya?

Pusat ledakan persis ada di tempat Taylor Shen berdiri. Saat ia datang tadi, ledakan baru saja dipadamkan oleh pemadam kebakaran dan polisi. Taylor Shen langsung berlutut dengan mata merah. Ia tidak percaya Tiffany Song menghilang begitu saja sampai mayatnya tidak ketemu. Tiffany Song belum berpamitan padanya, juga belum memberinya kesempatan untuk minta maaf.

Berselang beberapa saat, Taylor Shen memutuskan menggali-gali puing yang ia injak. Ia ingin menggali sampai bisa menemukan Tiffany Song. Ia tidak percaya wanita itu telah mati. Sepuluh jari tangan Taylor Shen dengan cepat berdarah karena terkena pecahan-pecahan tajam. Ia tidak peduli, yang ia urusi sekarang hanya istrinya.

“Tiffany Song, keluarlah, jangan bersembunyi dari aku. Keluar, kita bicara baik-baik. Aku salah, aku salah, kamu mau pukul aku dan maki aku tidak apa-apa. Kamu boleh apakan saja diriku ini,” mohon Taylor Shen dengan lemas dan bergetar.

Ketika mendengar ada orang yang berteriak “di sini ada sebuah kalung”, ia langsung bangkit berdiri dan menghampiri sumber suara. Taylor Shen kemudian segera merebut kalung itu. Meski sebagian kalung berubah warna karena terbakar api, Taylor Shen bisa memastikan itu kalung tulang yang ia berikan sendiri ke istrinya.

Tiffany Song pernah melepas kalung itu sekali, lalu Taylor Shen kesal dan tidak mengizinkannya melepas lagi. Hari ini, ketika mereka menikah, Tiffany Song masih terus memakainya.

Tangan Taylor Shen bergetar memegangi kalung tulang. Air matanya mengalir keluar lagi. Ia terduduk di puing-puing dengan putus asa. Tiffany Song pernah janji tidak akan melepas kalung ini lagi, kecuali…. kecuali jika meninggal.

“Argh!” teriak Taylor Shen sambil menempelkan kalung itu ke dada. Hati Taylor Shen sebelumnya belum pernah hancur begini rupa. Ia benci dirinya sendiri, ia benci sikap diamnya saat Tiffany Song mau dibawa ke kantor polisi.

Kalau ia melarang Tuan Besar Shen lapor polisi, kalau ia melarang polisi membawa pergi Tiffany Song, kalau…… Mana ada kalau-kalauan lagi? Nasi sudah jadi bubur, Tiffany Song sudah mati. Mati ditengah sikap diamnya, mati di tengah…… Pokoknya ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

“Tiffany Song, Tiffany Song……” Taylor Shen memanggil-manggil. Ia lalu muntah darah dan pingsan.

Hati Stella Han tercabik-cabik mendengar teriakan Taylor Shen. Ia pernah lihat kalung ini. Ia masih ingat wajah Tiffany Song ketika bercerita kronologis pemberian kalung ini. Saat itu, Tiffany Song bercerita dengan antusias, “Kalung ini dari Taylor Shen. Ia memberikan tulang rusuk ketiganya padaku, ia minta aku merawatnya baik-baik.”

Stella Han kalau itu menanggapi dengan candaan, “Tulang rusuk apa itu? Kok kelihatannya seperti tulang anjing……”

Tiffany Song saat itu pura-pura kesal dan mengepalkan tangan seolah ingin meninjunya. Sekarang semuanya sudah tidak sama lagi, kalung itu sudah rusak. Kalung yang terbuat dari tulang saja bisa rusak dilalap si jago merah tadi, apalagi tubuh manusia yang lembut?

Stella Han pingsan memikirkan ini semua.

Momen pingsannya Stella Han terjadi persis ketika Jordan Bo ingin membopong Taylor shen. Ia sangat kaget, namun jelas tidak bisa menjatuhkan sahabatnya itu begitu saja. Beruntung, ketika ia sedang kerepotan begini, Ned Guo datang dan memberi bantuan.

Melihat dua orang pingsan, ada orang menelepon ambulans. Jordan Bo membopong Taylor Shen ke arah jalan utama. Ned Guo mengikuti dari belakang sambil membopong Stella Han. Mereka berempat, dua di antaranya dalam kondisi pingsan, lantas menunggu ambulans di sana.

Ambulans dengan segera datang. Dokter dan perawat menggotong Taylor Shen dan Stella Han ke mobil. Jordan Bo ikut masuk mobil, sementara Ned Guo tetap berjaga di area ledakan untuk menunggu perkembangan terbaru. Sirine ambulans meraung-raung menjauhi tempat kalung ditemukan.

……

Setelah melalui prosesi panjang, kondisi Angelina Lian mulai stabil. Tuan Besar Shen sudah tua. Ia luar biasa kaget dengan kondisi sekarat anaknya ini, jadi wajahnya terlihat jauh lebih tua dalam sekejap. Rambut putih di rambutnya pun bertambah banyak.

Wajah Paman Wei berubah serius secara drastis setelah mengangkat telepon. Ia menghampiri Tuan Besar Shen dan membisikkan beberapa kalimat di telinganya. Si pria tua bangkit berdiri dengan mata membelalak, “Ini sungguhan?”

“Sungguhan, informasinya resmi dari pihak kepolisian,” jawab Paman Wei. Tiffany Song masuk penjara karena laporan polisi Tuan Besar Shen. Sekarang, wanita itu kena sial dan meninggal dalam pengeboman yang dilakukan anggota geng gelap. Mayatnya bahkan sekarang belum ditemukan.

Sekalinya Taylor Shen bangun dari pingsan, anaknya itu pasti akan menumpahkan semua kemarahan pada dirinya. Hubungan ayah dan anak mereka yang renggang kali ini akan hancur lebur, bahkan mungkin tdiak bisa disambungkan lagi. Acara pernikahan yang sakral, aula pertemuan yang megah…... Ternyata semuanya malah membawa kematian pada seseorang.

Tuan Besar Shen terduduk lemas di kursi. Ia jelas tahu apa konsekuensi yang akan dihadapinya dengan kematian Tiffany Song ini.

“Tuan Besar……”

Tuan Besar Shen mengibas-ngibaskan tangan tanda meminta Paman Wei diam. Wayne Shen menghampiri mereka berdua. Melihat wajah keduanya yang panik, si anak bertanya: “Ada apa?”

Paman Wei ragu-ragu sejenak, namun akhirnya menjawab: “Penjara tempat Nyonya Muda Keempat ditahan kena serangan bom. Nyonya Muda Keempat meninggal di tempat kejadian.”

“Apa!” Wayne Shen kaget sekali dan langsung berbalik badan untuk pergi. Baru jalan beberapa langkah, Tuan Besar Shen menanggil, “Kemana kamu?”

Wayne Shen menoleh dan menatap ayahnya dengan sangat dingin, “Ada urusan apa kamu bertanya akum au ke mana? Kalau bukan karena kamu, mana mungkin hidupku dan hidup Kakak Keempat akan hancur begini? Sebenarnya kami berhutang apa sih padamu sampai kamu terus merusak kebahagiaan kami?”

“Tuan Muda Kelima!” panggil Paman Wei mengingatkan etika.

Tuan Besar Shen tersenyum dingin dan membalas, “Itu harusnya pertanyaanku pada kalian. Sebenarnya aku berhutang apa sih pada kalian sampai kalian berdua durhaka begini?”

Wayne Shen berjalan lagi tanpa menanggapi satu kata pun. Ia tidak ingin berdiam di tempat yang membuat orang tertekan begini. Tetapi, ke mana ia harus pergi? Kakak Ipar Keempat meninggal, hati Kakak Keempat juga tengah kacau…… Sepertinya di dunia ini tidak ada tempat untuk bernaung lagi.

……

Taylor Shen mimpi. Dalam mimpinya, pria itu melihat Tiffany Song duduk di ranjang pernikahan sambil tersenyum padanya. Taylor Shen bergerak menghampiri dengan langkah cepat. Ketika ia ingin menyentuhnya, dari tengah ranjang mereka tiba-tiba menyembur aliran darah yang sangat deras. Aliran itu perlahan menenggelamkan Tiffany Song sampai ke kepala.

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu