You Are My Soft Spot - Bab 161 Aku Kemari Bukan Untuk Mengacak-Acak Kantormu

Wajah Tiffany Song memucat. Ia tidak bodoh, ia jelas paham apa maksud tersirat dari kata-kata Lindsey Song. Tiffan Song tidak membantah fakta bahwa ia bisa ada di posisi ini karena faktor hubungan. Ia masih harus bekerja keras meningkatkan kemampuannya.

Siapa pun boleh merendahkannya atas hal ini, kecuali Lindsey Song.

Tiffany Song berjalan ke depan meja kerja. Dengan satu tangan berpegang pada kursi, ia menatap Lindsey Song dingin dan bertanya: “Kamu kok kesannya kelewat percaya diri ya?”

Lindsey Song menndongak menatapnya tanpa takut. Ia tersenyum meledek, “Haiya, begini saja langsung marah kamu? Tiffany Song, bagaimana pun juga kita kakak adik yang tumbuh besar bersama. Coba ceritakan aku bagaimana Taylor Shen memenuhi nafsu birahimu, kan anunya bermasalah tuh. Jangan-jangan pakai tangan lagi!”

“Kelewatan kamu!” Emosi Tiffany Song terpancing. Ia dengan sigap memegang lengan Lindsey Song dan menariknya bangkit dari kursi kerja, “Keluar kamu, aku tidak ingin melihatmu di sini lagi.”

Lindsey Song sama sekali tidak marah ditarik tiba-tiba begini. Ia malah tertawa-tawa sambil bersandar di meja kerja. Ia lalu berujar: “Tiffany Song, Taylor Shen itu mantan suamiku. Kalau kamu memperlakukanku seperti ini, aku akan cerita panjang lebar ke media bahwa kamu menggoda suamiku dulu dan menyebabkan perceraian kami. Kira-kira kalau itu terjadi Tiffalor Design Corp bakal hancur kali ya?”

Tiffany Song tidak takut dengan ancaman ini: “Sana cerita, aku tidak takut. Aku malah kasihan karena nanti di akhir kamu tidak akan dapat keuntungan apa-apa. Omong-omong, aku dari dulu penasaran orang yang perhitungan seperti kamu begini kok bisa setuju cerai dari Taylor Shen tanpa dapat harta satu pun? Waktu kamu mengandung anak William Tang, pria itu tidak bersedia bertanggung jawab. Kalau aku suruh wartawan selidiki dua hal ini, laporannya pasti akan sangat menarik. Boleh kali kita coba?”

“Kamu mengancamku?” Lindsey Song akhirnya ikut terpancing. Ia sungguh ingin menghabisi wanita di hadapannya yang satu ini.

“Lindsey Song, jangan anggap seseorang yang sabar itu mudah dikata-katai. Tiffany Song yang sekarang bukan lagi Tiffany Song yang selalu menahan amarah seperti dulu. Sekali lagi kami berani mencari masalah denganku, aku beritahu kamu, aku akan buat namamu hancur lebur di Kota Tong,” ujar Tiffany Song. Ia lalu berbalik badan agar tidak berhadap-hadapan dengan Lindsey Song lagi.

Kemarahan Lindsey Song makin menjadi-jadi. Sejak kapan Tiffany Song berani seleher dengannya begini?

“Berani kamu?”

“Coba saja cari masalah sekali lagi, nanti kamu lihat sendiri aku berani atau tidak. Keluar, perusahaanku tidak butuh orang yang makan gaji buta. Kalau kamu tidak bisa kerja, tidak akan ada orang yang bersedia membukakan “jalur belakang” buatmu.” Tiffany Song membuka-buka berkas untuk menunjukkan keenggannya meladeni Lindsey Song lebih lama lagi.

Lindsey Song keluar dari ruang kerja dengan berkacak pinggang. Ketika berjalan melewati ruang sekretaris, ia melihat ada seorang pria paruh baya berusia sekitar lima puluh tahun berjalan mendekat. Meski sudah tua, pria itu tetap tegap seperti orang muda. Rambut yang disisir rapi membuatnya terlihat rapi dan berkelas.

Lindsey Song bisa mengenali itu Felix He, ayah James He. Mama memang menyuruhnya kerja di Tiffalor Design Corp karena sempat dengar Tiffany Song dan James He saling kenal. Dengan bekerja di sini, ia bisa mencari kesempatan untuk mendekati James He. Kalau ia kesampaian jadi anggota keluarga He, hidupnya pasti akan terang gemilang.

Memikirkan ini secara tidak sadar membuat Lindsey Song tersenyum lebar. Ia buru-buru menghampiri balik pria itu, “Tuan He, kamu kemari untuk bertemu CEO Song?”

Felix He agak kebingungan melihat seorang wanita berdandan cantik dan berparfum wangi tiba-tiba datang mendekat, namun ia tetap dapat mengendalikan raut wajahnya. Pria paruh baya itu menjawab, “Betul, sedang di sini tidak dia?”

“Ada kok, CEO He. Mari ikut aku,” ajak Lindsey Song ramah. Ia harus memberi kesan diri yang baik pada Felix He supaya kedepannya bisa lebih mudah mendekati James He.

Christian keluar baru saja keluar dari ruang sekretaris. Melihat pemandangan Lindsey Song menyambut Felix He dengan sangat ramah, ia berjalan mendekat dengan penuh rasa penasaran, “CEO He, apa kamu ada janji dengan Nona Song?”

“Tidak sempat buat janji tadi. Ini mau ketemu dia untuk membicarakan suatu urusan bisnis.” Felix He mengenakan kemeja gelap. Ia terlihat sangat tenang dan berwibawa.

Christian mempersilahkan Felix He menunggu sebentar, lalu bergegas ke kantor Tiffany Song untuk mengabarkan kedatangan pria ini. Lindsey Song dan Felix He mengobrol selama Christian pergi. Ia kemarin baru saja membaca berkas tentang He’s Corp, jadi ia tidak kesulitan mencari topik pembicaraan.

Felix He sesekali menanggapinya dengan satu dua kalimat. Tidak lama kemudian, Christian keluar dan mempersilahkan dia masuk ruang kerja Tiffany Song. Felix He pun langsung merapikan jasnya sebentar lalu bergegas ke sana.

Lindsey Song ingin ikut mendampingi Felix He, tetapi langkahnya dihalangi Christian. Pria itu berseru dingin, “Nona Tertua Song, Departemen Personalia kantornya di lantai bawah. Tolong segera pergi dari lantai ini.”

Melihat pintu ruang kerja Tiffany Song sudah keburu ditutup, Lindsey Song langsung geram pada Christian. Ia bertanya sinis: “Sekretaris Christian, aku sangat penasaran dengan suatu hal. Taylor Shen mengalihkan kamu untuk jadi pembantu Tiffany Song ini namanya promosi atau penyingkiran sih?”

“Nona Tertua Song, provokasimu sungguh menjijikan,” jawab Christian berusaha tidak terpancing.

“Memang menjijikan kok. Aku hanya kasihan denganmu, kamu sudah susah payah kerja pada Taylor Shen untuk meningkatkan karir, ujung-ujungnya kamu malah dipindahtugaskan untuk membantu Tiffany Song mengerjakan hal remeh-temeh. Kalau dilihat dari pengalaman kerjamu, kualitasmu bisa dibilang lebih tinggi dari Tiffany Song, lantas mengapa kamu rela dijadikan budak oleh dia?” balas Lindsey Song sambil sengaja memasang ekspresi iba.

Christian menjawab: “Di dunia ini ada dua jenis orang. Orang yang jenis pertama, kamu berani mengakui kelemahanmu di hadapannya. Orang yang jenis kedua, sekalipun orang itu mengakui kelemahannya di hadapanmu, kamu tetap saja tidak senang dengannya. Inilah perbedaan antar orang. Nona Tertua Song selamanya tidak akan paham mengapa Nona tidak mampu dapat penghormatan dari orang-orang, sementara Nona Song bisa. Silahkan pergi.”

Air muka Lindsey Song langsung berubah. Ia menggeretakkan gigi: “Kamu membelanya segencar ini jangan-jangan kamu kekasih gelapnya ya? Kemungkinan ini sangat terbuka sih. Taylor Shen kan impoten, pasti kamu sering menggantikannya untuk menyetubuhi Tiffany Song.”

“Lindsey Song!” Christian membentak sejenak namun kembali tersenyum dingin: “Hanya orang yang pikirannya kotor yang bisa berpikir begini. Aku akhirnya paham mengapa CEO Shen bisa-bisanya meninggalkanmu dan memilih Tiffany Song. Aku beri satu saran padamu, daripada kamu terus menuduh orang lain yang tidak-tidak, lebih baik kamu tingkatkan kualitas dirimu sendiri. Dengan begitu, kamu akan punya kesempatan untuk memperbaiki nasib dan keluar dari jeratan pria-pria tidak benar.”

Lindsey Song merasa sangat tersindir. Sebelumnya tidak pernah ada orang yang berani menegurnya sekeras ini. Ia menantang Christian: “Kamu merasa punya hak untuk menyalah-nyalahkan aku?”

Christian bergegas pergi tanpa menanggapi lagi. Lindsey Song masih belum puas ribut dengannya, namun ia khawatir omelan-omelannya sendiri akan terdengar oleh Felix He dari ruang kerja Tiffany Song dan menimbulkan kesan yang tidak baik tentang dirinya. Ia pun hanya bisa bergegas pergi dengan menahan amarah.

Ia bergumam dalam hati, tunggu nanti ia jadi Nyonya Muda keluarga He, siapa pun pasti tidak akan berani merendahkannya lagi.

……

Ini kedua kalinya Tiffany Song bertemu Felix He. Pada pertemuan pertama mereka hanya berjumpa secara tidak sengaja karena pria paruh baya itu tidak sengaja menubruknya. Ia saat itu langsung buru-buru pergi. Bisa disimpulkan, pertemuan kedua ini adalah pertemuan “formal” mereka pertama kali. Berdasarkan pengamatannya, gaya Felix He sangat mirip dengan James He. Mereka terlihat tenang dan kalem, tetapi sebenarnya sangat intimidatif dan dominan.

Terutama ketika mereka mengerutkan alis dan memasang tatapan serius.

“Tuan He, selamat datang.” Tiffany Song bangkit berdiri menyambut Felix He dan menyalaminya. Tiffany Song memperlihatkan ekspresi senang, tetapi dalam hatinya ia sebenarnya bertanya-tanya apa maksud kedatangan Felix He kemari.

Tiffany Song mempersilahkan pria itu duduk, “Tuan He, silahkan duduk di sini.”

Melihat perawakan Tiffany Song, Felix He entah mengapa merasa agak familiar dengannya. Ia duduk di sofa sesuai arahan Tiffany Song. Tidak lama kemudian, asisten masuk sambil mengantar dua gelas kopi.

Tiffany Song duduk di hadapan Felix He dan memulai pembicaraan: “Tuan He hari ini datang atas keperluan apa? Ada yang bisa kubantu?”

Felix He duduk dengan posisi menyilangkan kaki. Ia menatap Tiffany Song dari atas ke bawah. Meski gaya pakaiannya terlihat profesional, wanita ini sungguh tidak mirip para petinggi-petinggi perusahaan pada masa saat dia muda dulu. Zaman memang sudah berubah.

“CEO Song, jangan tegang, aku kemari bukan untuk mengacak-acak kantormu kok.” Felix He tersenyum. Melihat gerak-gerik Tiffany Song yang tegang, ia memutuskan mencairkan suasana sejenak.

Kalau asisten Felix He hadir di sini, ia pasti akan tercengang dengan candaannya barusan. Di mata orang-orang yang kenal Felix He, ia sungguh orang yang tidak bisa bercanda sama sekali.

Tiffany Song dengan gugup merapi-rapikan pakaiannya yang sebenarnya tidak berantakan, lalu berusaha keras menenangkan diri. Ia bertanya: “Aku kelihatan sangat tegang ya? Maaf Tuan He, aku masih dalam proses adaptasi sebagai seorang manajer umum.”

Felix He tersenyum tipis: “Kamu masih sangat muda dan pengalaman hidupmu belum terlalu kaya, jadi sangat normal kok kalau kamu gugup begini. Tidak masalah, yang kamu butuhkan hanya waktu. Lama-lama kamu akan terbiasa.”

Tiffany Song sendiri tidak paham mengapa barusan ia secara sukarela menceritakan kelemahannya di hadapan Felix He yang terhitung sebagai orang asing. Dalam dunia bisnis, ini sesuatu yang sangat berisiko dan sebenarnya tidak boleh dilakukan.

Taylor Shen pernah bilang, segugup-gugup dan setakut-takutnya dia, ia harus memperlihatkan gestur yang menunjukkan ia penuh percaya diri. Dengan begitu ia baru bisa melobi dan menaklukkan lawan bicaranya.

Tetapi, persis seperti apa yang Felix He katakan, Tiffany Song masih terlalu muda dan belum berpengalaman, jadi hanya sekadar berpura-pura percaya diri saja ia kesulitan.

Felix He berusaha mencairkan suasana lagi: “Saat aku masih seumur kamu, pertama kalinya duduk di kursi hakim dan melihat orang-orang yang berkasus di bawah, keluarga mereka, dan jurnalis, aku ketakutan sekali sampai kedua kakiku gemetar. Aku dalam hati terus berpikir kalau aku salah membuat vonis apa yang akan terjadi. Aku kemudian minum air di mejaku terus tanpa henti untuk meredakan ketegangan. Dalam dua jam, aku sudah minus bergelas-gelas dan ingin ke kamar mandi, tetapi sidang belum juga kelar.”

“Terus bagaimana?” tanya Tiffany Song penasaran.

“Aku mau tidak mau harus menahan pipis sampai sidang kelar. Begitu sidang diumumkan selesai, aku langsung berlari kencang ke kamar mandi. Itu momen paling memalukan seumur hidupku.” Felix He tertawa lepas dengan wajah berbinar-binar.

Tiffany Song ikut tertawa: “Sebagai seseorang yang selalu memandangmu sebagai sosok berkuasa yang sangat berkelas, aku sama sekali tidak menayngka kamu juga punya kenangan yang memalukan begitu.”

“Manusia memang perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan apa pun. Uniknya, kalau kamu sudah seumuran denganku, kamu malah akan kangen dengan pengalaman-pengalaman bodoh dan polos yang kamu lewati saat masih muda. Jadi, kamu tidak perlu buru-buru memaksakan dirimu untuk jadi dewasa. Melangkahlah perlahan dan jalani pekerjaan serta kewenangan yang kamu punya dengan gembira dan ikhlas. Inilah yang disebut menikmati hidup.” Felix He kemudian teringat, ia bahkan belum pernah membicarakan nasehat-nasehat begini pada Angela He.

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu