You Are My Soft Spot - Bab 386 Kamu sedang panik, kan? (2)

Nyonya Bo berjalan kemari, menyerahkan dua bawang putih kepada Stella Han. “Pergi dan kupas bawangnya. Jangan mengelilingi diri di dapur, bikin sempit saja,” kata Nyonya Bo.

Stella Han mengambil bawang putihnya. Dia pun hanya bisa pergi begitu mendapatkan Nyonya Bo mengusirnya. Stella Han berjalan ke sisi sofa dengan membawa dua bawang putih. Pembicaraan Tuan Besar Bo dengan Jordan Bo baru saja berakhir. Dia mengambil bangku kecil, duduk di samping meja teapoy, pelan-pelan mengupas bawang putihnya.

Melihat ini, Jordan Bo pun mengambil satu bawang putih, diam-diam membantu Stella Han mengupasnya. Tuan Besar Bo akhirnya dapat merasa tenang begitu melihat kedua pasang suami-istri diam-diam mencapai sebuah kesepakatan. Dia tidak perlu khawatir bahwa mereka berdua sedang berpura-pura di hadapannya.

“Gadis kecil, barusan aku berbicara dengan, ketika kalian akan balik kembali, adakan acara pernikahannya, dan sekalian membawa kedua orangtuamu untuk hidup di Kota Tong. Tidak mudah bagi mereka untuk membesarkanmu, jadi kamu harus berterima kasih kepada mereka,” kata Tuan Besar Bo.

“Iya kakek.” Stella Han mengangguk kepalanya.

Setelah selesai mengupas bawangnya, Nyonya Bo pun keluar dan mengambilnya. Dia tidak mengizinkan Stella Han masuk ke dapur. Nyonya Bo bahkan sampai membawa setumpuk camilan keluar. Dia, seakan sedang membujuk Evelyn, berkata, "Masih ada beberapa waktu sebelum makan malam dimulai. Kamu makanlah beberapa camilan dulu, jangan sampai kelaparan."

Stella Han sekali lagi menjadi terkejut. Nyonya Bo pun kembali kembali ke dapur dengan mengambil bawangnya. Stella Han memandangi kuping gajah yang dibuat oleh Nyonya Bo. Sebelumnya, hanya Evelyn saja yang dapat menikmati camilan ini, dan sekarang dia juga bisa menikmatinya.

Stella Han pun memakan beberapa kuping gajah. Jordan Bo khawatir Stella Han akan mengalami radang tenggorokan karena makan terlalu banyak, makanya dia menghentikan Stella Han. Tuan Besar Bo menatap Jordan Bo dan berkata, "Setelah kembali ke rumah, kamu bahkan tidak senang melihat anak orang lain mengisi perut mereka. Dengan suami sepertimu ini, tidak heran aku melihat gadis kecil menjadi lebih kurus dari sebelumnya. Apakah kamu tidak memberi orang makan hingga kenyang? "

Jordan Bo melirik ke Stella Han sambil berkata dengan penuh arti. "Kakek, cobalah kamu tanya dia. Apakah aku ada memberinya makan hingga kenyang atau tidak?"

Stella Han menyentuh matanya yang tidak biasa panas. Pipinya pun menjadi agak panas begitu mengetahui maksud dari perkataan pria itu. Stella Han dengan cepat berkata, "Kakek, aku ada makan sampai kenyang. Hanya saja akhir-akhir ini aku mendapatkan tekanan besar dari pekerjaan. Ini tidak ada hubungannya dengan Jordan Bo.

Tuan Besar Bo mendengus dingin. Melihat kedua orang ini begitu mesra, dia pun menjadi lega.

“Kakek, kapan Evelyn akan pulang dari sekolahnya?”

“Dia malam ini ada kelas minat, pukul setengah tujuh baru selesai sekolah. Sopir yang akan menjemputnya juga sudah diatur,” kata Tuan Besar Bo. Akhir-akhir ini, Evelyn sedang tidak bahagia. Tuan Besar Bo yang melihatnya pun menjadi cemas. Begitu melihat kepala kecil Evelyne, yang seukuran tangannya, mengurus bagaikan tengkorak, Tuan Besar Bo pun ingin menculik sepasang suami-istri yang sering bertengkar ini pulang dan menghajar mereka.

Jordan Bo bangkit berdiri dan berkata, “Mari kita pergi menjemputnya.”

Setelah selesai mengatakannya, Jordan Bo menarik tangan Stella Han, dan pergi keluar. Sekolah Dasar Militer terletak tidak jauh dari Markas Militer, memerlukan waktu 20 menit dengan mengendarai mobil. Dalam perjalanannya, Jordan Bo mengenggam tangan Stella Han sambil mengungkit pembahasan sebelumnya. Wajahnya terlihat seakan sedang mengusik dan matanya melotot ke sisi Stella Han, bagaikan sinar-X. “Apakah kamu benaran kenyang?”

Sang pria terus mengajukan pertanyaan ini, dan wajahnya terlihat memiliki niat yang jahat. Wajah cantik Stella Han memanas. Stella Han dengan datar berkata, “Lihat ke depan, jangan sampai mobil jatuh ke dalam got."

Jordan Bo memalingkan pandangannya dan berkata, “Tampaknya kamu belum kenyang. Nanti ketika pulang, aku akan menyuapinmu hingga kenyang.”

“……”

Mobil diparkir di luar Sekolah Dasar Militer. Setelah lewat waktunya pulang sekolah, mobil yang datang menjemput anak-anak menjadi sedikit. Semuanya pada datang tepat waktu menjemput anak mereka yang berada di Kelas Minat. Jordan Bo membuka pintunya, turun dan bersandar di mobil. Stella Han juga ikut turun dan melihat Sekolah Dasar Militer tersebut. Pengamanan di Sekolah Dasar Militer dijaga dengan ketat. Semua murid yang belajar kemari merupakan putra ataupun cucu orang besar. Terdapat empat penjaga yang berdiri di depan pintu masuk. Tubuh mereka dilengkapi dengan senjata sambil berdiri tegak.

Sebelumnya, Stella Han juga ingin datang ke Sekolah Dasar Militer untuk menjemput Evelyn. Namun, ketika datang kemari, Stella Han baru menyadari bahwa dirinya telah dipisahkan sebuah tembok, dimana membuatnya terasa amat jauh. Stella Han bahkan tidak dapat membawa Evelyn pergi.

Pada saat ini, Stella Han menyadari jika Jordan Bo tidak mengizinkan Stella Han membawa pergi anak, maka dia pun tidak tahu harus melakukan apa.

“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Dari sebelah telinganya tersalur suara Jordan Bo. Stella Han yang tersadar kembali pun menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak apa-apa. Waktu sudah hampir mendekati setengah tujuh, dan Evelyn sebentar lagi akan keluar.”

"Iya. Aku sudah memberi tahu ibu ketika semester ini berakhir, aku akan membalikkan Evelyne ke SD Negeri 1. Dalam beberapa bulan ini, untuk sementara biarkan mereka yang membawanya. Jika kamu merindukannya, kamu boleh sering datang kemari untuk melihatnya. Kamu juga bisa membawanya pergi ke Halley City pada akhir pekan.” Jordan Bo berkata ketika dia membicarakan hak ini kepada sang kakek, dia melihat kesepian yang menjulang dari wajah sang orang tua. Kakek semakin lama semakin tua dan takut tinggal sendirian. Dengan adanya Evelyn di sini, sang orang tua dapat merasa bahagia.

Meskipun Stella Han sangat ingin tinggal bersama Evelyn, tetapi begitu mengingat umur kakek yang tua, dia pun mengangguk kepalanya dan berkata, “Baiklah.”

Jordan Bo pun mengesampingkan tubuhnya. Tanpa mempedulikan dirinya berada di depan umum, Jordan Bo mengelurkan tangannya, menyentuh perut Stella Han sambil berkata pelan, "Aku sudah bekerja sangat keras untuk menaburkannya selama beberapa tahun ini. Kapan bisa ada berita dari si dia?"

Pipi Stella Han memerah. Dia segera menyingkirkan tangan Jordan Bo, melihat sekelilingnya. Setelah mendapatkan tidak ada yang melihatnya, Stella Han baru merasa tenang. Lalu dia mengernyit sambil berkata, “Jordan Bo, tolong jangan melakukan hal yang tidak sopan di depan umum.”

Jordan Bo kembali menggenggam tangannya. Melihat wajah Stella Han memerah, dia pun tersenyum kecil. “Kamu kenapa lagi? Kenapa harus gugup?”

Dalam sela pembicaraan itu, pintu besi yang berada di sana telah terbuka. Satu per satu anak-anak melompat dan berlari keluar. Sebelum Stella Han dapat memahami perkataan Jordan Bo, sepasang matanya pun tertuju pada anak-anak yang bersemangat itu. Semuanya pada mengenakan seragam sekolah dan senyuman kebahagiaan tertera pada wajah mereka. Stella Han telah lama mencari, tapi dia tidak menemukan sosok Evelyn.

Anak-anak perlahan-lahan berpencar, menaiki mobil mereka dan pergi. Stella Han baru menyadari Evelyn yang menggendong tas besar sedang berjalan keluar dengan suasana murung. Ketika melihat Evelyn, Stella Han merasa seakan bahunya yang terasa tertekan menggendong tas besar tersebut. Hati Stella Han terasa sangat sakit. Dia pun segera melangkah kesana. “Evelyn.”

Evelyn mengangkat kepalanya. Begitu melihat ibunya, wajah Evelyn seketika menjadi ceria. Evelyn sambil berteriak sambil berlari kemari, menjatuhkan dirinya pada pelukan Stella Han. “Ibu, aku merindukanmu. Mengapa kamu baru datang menjengukku?”

Mendengar keluhan sang anak, Hati Stella Han terasa seakan sedang ditusuk pedang. Selama beberapa akhir ini, Stella Han hanya mempedulikan dirinya dan mengabaikan anaknya. Stella Han dengan sakit hati memeluk Evelyn dan berkata, “Maaf. Evelyn, ibu ingin datang melihatmu, tapi tak bisa karena sangat sibuk.”

Stella Han tidak ingin Evelyn mendengarkan masalah orang dewasa yang rumit itu. Dia pun hanya dapat mengatakan kalau dirinya sangat sibuk.

“Apakah ibu lebih menginginkan pekerjaan ibu dibanding Evelyn?” Evelyn mengangkat kepalanya. Pipinya terdapat jejak air mata, dimana membuat Evelyn terlihat sangat kasihan. Dia pun takut ibunya tidak akan menginginkannya.

“Omong kosong apa itu. Kamu adalah anak darah daging ibu, bagaimana mungkin ibu tidak menginginkanmu, bukan? Jangan menangis lagi, paham?”

Evelyn lagi-lagi memasukkan diri ke dalam pelukan Stella Han, tangisnya pun semakin membesar. “Aku sangat, sangat merindukanmu. Setiap malam aku bermimpi kamu akan pergi dengan pria lain, tidak lagi menginginkanku dan ayah. Ibu, aku dan ayah akan patuh padamu. Tolong jangan membuang kami.”

Hatinya Stella Han terasa semakin sakit. Dia dengan pelan menepuk punggung Evelyn. Di bawah pandangan tulus sang anak, sepatah kata pun tidak dapat dikatakannya. Bagaimana mungkin dia dapat membujuknya lagi, kan?

Jordan Bo berjalan kemari, membungkuk tubuhnya, menggendong Evelyn, dan membantu menghapuskan air mata putrinya. “Evelyn, ayah dapat menjaminkanmu bahwa ibu akan selamanya tinggal bersama kami. Jangan menangis, ya?”

Evelyn pun melihat ayah dan ibunya datang kemari menjemputnya. Mereka seakan berbeda dari yang sebelumnya. Dengan matanya yang memerah, dia menatap ke sini dan ke sana. Lalu dengan hati-hati bertanya, “Ayah, apakah kamu dan ibu sudah baikan?”

“Iya. Kami sudah baikan. Kita tidak akan bertengkar lagi untuk kedepannya.”

“Jadi apakah aku boleh kembali dan tinggal bersama kalian?” Di dalam hati sang anak, ayah dan ibu yang terpenting untuk selamanya.

Jordan Bo meletakkan putrinya di kursi belakang. Dia membungkuk tubuhnya, menatap mata sang anak dan berkata, “Tunggu sampai kamu mengakhiri pembelajaran semester ini, ya. Ayah dan ibu sangat sibuk, tidak dapat menjaga kakek, nenek dan kakek buyut. Kamu bantu ayah dan ibu menjaga mereka untuk sementara waktu, ya?”

Jordan Bo tidak sewenang-wenang mengambil tindakan, melainkan menanyakan pendapat sang anak. Evelyn pun memikirkan kakek buyut, kakek dan nenek. Anak yang bijaksana memang sangat saleh. Meskipun Evelyn sangat ingin tinggal bersama ayah dan ibunya, tetapi dia masih mengangguk kepalanya. “Baiklah. Tapi ayah harus menepati janjimu, semester depan langsung membalikkanku ke SD Negeri 1.”

“Iya.”

“Kalau begitu mari kita membuat janji kelingking.” Evelyn mengulurkan kelingkingnya, meminta Jordan Bo berjanji padanya. Jordan Bo mengelus kepala putrinya, lalu dia mengulurkan kelingkingnya, mengikatkan pada jari Evelyn.

Stella Han yang berdiri di samping langsung menyeka air matanya. Dia tahu bahwa Jordan Bo sangat sabar menghadapi anak-anak. Jordan Bo tidak akan semudah itu menegur anak, bahkan jika Evelyn melakukan kesalahan, Jordan Bo juga tidak akan memarahinya, melainkan memeluknya dan pelan-pelan berunding dengannya. Kadang-kadang Evelyn bersikap bagaikan putri yang angkuh di hadapan Stella Han. Namun di hadapan Jordan Bo, dia akan menjadi penurut di hadapan Jordan Bo.

Dalam beberapa tahun ini, Stella Han sibuk dalam pekerjaannya. Dia kebanyakan tidak dapat memperhatikan dan mendidik anaknya. Di masa pemberontakan Evelyn, Jordan Bo hampir setiap hari menemani Evelyn ke Vanke City, mencarikan informasi yang relevan, lalu memperbaiki kebiasaan buruk sang anak.

Jordan Bo beneran merupakan pria yang baik, dan sangat sabar menghadapi anak-anak. Stella Han berpikir, dalam kehidupan Evelyn, Jordan Bo adalah faktor terpenting yang memengaruhi Evelyn.

Stella Han pun menaiki mobil dan duduk di kursi belakang, menemani Evelyn. Sekeluarga dengan bahagia pulang kembali ke Markas Militer.

Pada malam hari, Alicia Bo juga telah pulang kembali. Dia tampak tidak terlalu sehat dan langsung naik ke atas setelah selesai makan malam. Stella Han pun teringat bahwa dia kemarin melihat Alicia Bo di atas Tower Howey. Alicia Bo yang saat itu masih tersenyum dengan bahagia. Mungkinkah…

Setelah selesai makan, Stella Han naik ke atas dengan membawa buah-buah yang telah dipotong, berjalan hingga tiba di luar kamar Alicia Bo. Stella Han mengetuk pintu kamarnya. Dia pun mendengar suara lemah Alicia Bo yang tersalur dari dalam. "Masuklah!"

Stella Han membuka pintunya, melihat Alicia Bo sedang terbaring di ranjang. Stella Han berjalan masuk sambil menutup pintunya. Dia pun berjalan hingga ke sisi ranjang. Melihat Alicia Bo terbaring mati di ranjang, Stella Han bertanya, “Apakah pekerjaan barunya melelahkan? Kenapa kamu terlihat begitu lelah?”

Alicia Bo membalik badannya, duduk di atas ranjang. Dia pun menatap Stella Han yang berada di hadapannya, tapi pandangannya tampak agak menakutkan. Stella Han mengernyitkan alisnya, mengulurkan tangannya, menyentuh dahi Alicia Bo sambil berkata, “Kenapa kamu melihatku seperti itu? Seakan-akan aku adalah musuhmu. Itu sangat menakutkan, tahu?”

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu