You Are My Soft Spot - Bab 145 Membiarkannya Pergi, Menunggu Kepulangannya (2)

Keesokan harinya, saat hari masih belum terang, Taylor Shen mengemudikan mobil dan datang k Keesokan harinya, saat hari masih belum terang, Taylor Shen mengemudikan mobil dan datang ke rumahnya Jordan Bo, Jordan Bo dari dulu memang sudah terbiasa bangun pagi, saat Taylor Shen tiba, sang pria sedang berlari di halaman rumah. Semangat sang pria sangat penuh, dan auranya sangat membara, menghasilkan perbandingan yang begitu berbeda dengan seorang pria yang sedang penuh kemurungan.

Olahraga pagi Jordan Bo tidaklah berhenti karena kedatangannya Taylor Shen, dia melakukan olahraga dengan bertempo, Taylor Shen duduk di bangku batu, melihatnya terus berlari ke sana dan kemari, membuatnya sangat kesal, "Bos, apakah Stella tidak menyuapimu sampai puas, kenapa staminamu pagi-pagi begini begitu banyak?"

Jordan Bo meliriknya sejenak, berkata dengan ekspresi yang tidak berubah: "Justru karena telah memakannya hingga sangat kenyang, makanya aku harus mencernanya."

"......" Taylor Shen menengadahkan kepala melihat villa di bawah langit, "Dia... masih baik-baik saja tidak semalam?"

"Kamu pergi lihat saja sendiri, dia masih baik-baik saja atau tidak, bukanlah hal yang harus kupedulikan." Keringat Jordan Bo bercucuran deras bagaikan hujan, sekujur tubuhnya dipenuhi dengan energi dan tenaga yang indah. Apakah Tiffany Song baik atau tidak, dia bisa mengetahuinya dari gerak-gerik tubuhnya Stella Han.

Semalam Stella Han terus berbolak-balik tidak bisa tidur, kalau Tiffany Song baik-baik saja, kenapa sang wanita tidak bisa tidur?

Jordan Bo tidak bertanya terlalu banyak tentang Tiffany Song, setiap orang memiliki masalah pribadi masing-masing, hubungannya dengan Tiffany Song, masih tidak sampai pada tahap untuknya menelusuri masalah pribadi Tiffany Song. Hanya saja saat melihat Stella Han terus tidak bisa tidur karenanya, hatinya tetap merasa cemburu.

Wanita yang tak punya hati ini, dirinya tidak pernah menemui sang wanita pernah tidak bisa tidur karenanya. Meskipun dirinya pergi dinas di luar kota selama sebulan tanpa berpamitan dengannya, dan juga tidak mengabarinya saat kembali, saat kembali bertemu dengannya, wajah sang wanita tetap saja cerah, sungguh membuat orang kesal.

Taylor Shen mengepalkan tangannya, berdiri, dan langsung masuk ke dalam villa, terdengar suara Jordan Bo dari kejauhan: "Lantai dua kamar tamu ketiga di sebelah kanan."

Saat Taylor Shen telah menginjak tangga terakhir, sang pria melihat Stella Han sedang bersandar di dinding, matanya penuh dengan rasa kantuk, tapi dirinya telah mendengar suara percakapan mereka dari bawah dengan jelas, dan sengaja menunggunya di sini.

Stella Han menutup mulutnya dan menguap, melihat Taylor Shen, sepanjang malam ini, yang merasakan penyiksaan bukan hanya Tiffany Song seorang, Taylor Shen juga sedang menanggungnya, sang wanita menghela nafas, "Taylor, berikanlah dia sedikit ruang, jangan mengganggunya dulu untuk saat ini."

"Alasan?" Taylor Shen berkata dengan datar.

"Karena jika kamu pergi menemuinya, kamu hanya akan menambah kepiluan di hatinya, dan juga akan semakin menghindarimu, ataupun akan melakukan hal-hal yang lebih besar. Taylor, dia sudah penuh dengan kekacauan, jika kamu ingin melihat keadaannya yang telah gila karenamu, maka pergilah mencarinya." Ekspresi wajah Stella Han begitu serius, tidak ada sedikit pun rasa bercanda ataupun ingin menghalanginya.

"Kamu mengetahui alasannya?" Taylor Shen memandangnya, menanyakannya.

"Benar, tapi aku sudah berjanji pada Tiffany, untuk tidak mengatakannya kepada siapapun." Stella Han berkata secara terus terang, dia mengetahui alasannya, tapi tidak bisa memberitahukannya, jadi mohon agar dia jangan berharap untuk mendapatkan informasi darinya, tidak berguna!

"Kamu lebih bersedia melihatnya kesakitan, daripada memberitahukanku apa alasannya agar bisa membuatku pergi mengatasinya, apakah ini yang kamu sebut sebagai persahabatan?" Ekspresi wajah Taylor Shen secara perlahan menjadi dingin, dia tidak rela menyalahkan Tiffany Song, dan hanya bisa menyalahkan wanita ini.

"Kamu tidak perlu memprovokasiku untuk mendapatkannya, tidak berguna." Stella Han berkata: "Kalau bukan dia sendiri yang mengatakannya padamu tentang masalah ini, aku sebagai temannya akan membantunya menjaga rahasia ini."

Taylor Shen tidak lagi beromong kosong dengannya, membalikkan badan dan berjalan ke kamar tamu. Stella Han melihat sosok punggungnya, berkata: "Taylor, orang yang bisa membuatnya merasa sakit di dunia ini, hanya kamu seorang, dan orang yang mampu membuatnya tak memiliki pilihan untuk memilih, juga hanya kamu seorang."

Langkah kaki Taylor Shen berhenti, mengulurkan tangan dan membukakan pintu kamar tamu, berjalan masuk ke dalam secara perlahan.

Keadaan di dalam kamar sangat gelap, percahayaan yang redup, selimut di ranjang begitu rapi, sama sekali tidak terdapat sosok tubuh Tiffany Song, Taylor Shen bergegas berjalan ke samping ranjang, menekan tombol lampu di samping ranjang, ranjang kosong melompong.

Dia mengerutkan kening, segera pergi keluar dari kamar tamu, berteriak terhadap Stella Han yang berada di lorong: "Dia pergi ke mana?"

"Apanya yang dia pergi ke mana, bukankah dia berada di dalam kamar?" Stella Han kaget, pria di depan matanya ini seakan-akan telah menjadi gila, wajahnya penuh dengan amarah yang membuat orang merinding.

Sang wanita bergegas pergi ke sana, melihat kamar itu begitu kosong, seketika dirinya langsung melongo di tempat, "Tiffany telah menghilang, kenapa dia bisa menghilang?"

Semalam, dirinya tidak bisa tidur sepanjang malam, kalaupun Tiffany Song pergi, tidak mungkin bisa menyembunyikannya dari dirinya, kenapa dia bisa menghilang? Stella Han hampir menjadi gila, keadaan Tiffany Song saat ini begitu buruk, kalau memang dia keluar di tengah malam, Stella Han benar-benar khawatir akan terjadi sesuatu padanya.

Setelah berpikir sampai sini, sang wanita langsung kembali keluar, dengan tidak mempedulikan penampilan dirinya, sang wanita langsung menarik bajunya Taylor Shen, memakinya: "Semua ini karenamu, semua ini karenamu, kalau sampai terjadi sesuatu padanya, aku akan bermusuhan denganmu."

Setelah mengatakannya, sang wanita langsung mendorong sang pria dengan kuat, dan bergegas lari ke bawah, baru saja berlari beberapa langkah, dirinya langsung bertabrakan dengan pelukannya Jordan Bo, Jordan Bo memeluknya dengan erat, "Stella, jangan panik, tenanglah, pikirkanlah dengan baik, kemana dia akan pergi."

"Aku tidak tahu, aku tidak tahu." Stella Han memegang kepalanya dan terus menggelengkan kepala, dia benar-benar tidak tahu Tiffany Song akan pergi ke mana, "Aku telah mengenalnya selama 5 tahun, kalau bukan karena dia sudah tidak sanggup untuk menghadapinya, dia tidak akan pernah mengatakannya padaku. Dia sekarang pergi tanpa berpamitan sama sekali, pasti khawatir pria itu akan datang mencarinya lagi."

Sang wanita melototi Taylor Shen, berkata dengan penuh kemarahan: "Semua karena dia, dialah yang telah mendesak Tiffany hingga menjadi seperti ini."

"Stella, kamu tenanglah dulu." Jordan bo memerintahkannya dengan suara berat, setelah menikah dengannya selama ini, sang pria tidak pernah melihat penampilan sang wanita yang begitu kehilangan kendali seperti ini. Stella Han biasanya selalu bersikap santai, dan terkadang dia akan merasa resah, semuanya karena Tiffany Song, sang pria mau tidak mau harus mengakuinya, bahwa hatinya saat ini sedang merasa sangat iri terhadap wanita yang membuatnya dan Stella Han saling bertentangan.

Taylor Shen lebih panik daripada Stella Han, tapi sang pria telah menyadari sesuatu yang ganjil keluar dari mulutnya sang wanita, bertanya dengan ekspresi dingin: "Kenapa karena aku?"

Stella Han merasa kesal, mengangkat kepala melihat Taylor Shen, lalu kembali melihat Jordan Bo, seketika, sang wanita malah tidak bisa berkata-kata. Dirinya mengetahui alasannya, tapi Taylor Shen tidak tahu, dan Tiffany Song juga tidak mengizinkannya untuk mengatakannya.

Melihat dia tetap tidak mengatakannya, Taylor Shen langsung mendesaknya, "Stella, kamu tahu kenapa dia ingin putus denganku, benar bukan?"

Jordan Bo mengerutkan kening, berkata terhadap Taylor Shen sambil melototinya: "Panggil dia kakak ipar."

"......"

"Aku tidak tahu, aku tidak tahu apapun." Stella Han dengan kuat mendorong Jordan Bo, membalikkan badan dan masuk ke dalam kamar, dan membanting pintu hingga menghasilkan suara yang menggelegar. Dirinya tidak boleh mengatakannya, Tiffany Song pernah berkata, Taylor Shen akan tumbang saat mengetahuinya, jika Taylor Shen merasa kesakitan, Tiffany Song akan menjadi lebih menyakitkan.

Stella Han tidak ingin melihat Tiffany Song menjadi lebih merasa sakit, jadi dirinya tidak boleh mengatakannya hingga mati.

Di lorong, Taylor Shen membalikkan badan dan hendak mengetuk pintu, memaksa Stella Han untuk keluar agar bisa menanyakannya kembali, sedetik kemudian, langsung ada sebuah sosok tubuh yang lebih cepat daripada dia untuk menghalangi jalannya, "Taylor, kamu pulanglah dulu."

Taylor Shen melihat Jordan Bo sesaat, itu bukanlah sebuah ucapan lelucon, dia ingin mencari wanitanya pria ini, dan pria ini malah ingin melindungi wanitanya, Taylor Shen melihat otot di tubuhnya yang gagah, setelah terdiam beberapa saat, dia membalikkan badan dan turun ke bawah.

Jordan Bo mengantar kepergian Taylor Shen dengan pandangan matanya, setelah itu baru membalikkan badan berjalan masuk ke kamar, mendorong pintu, langsung berjalan ke hadapannya Stella Han, melihatnya duduk di ujung ranjang sambil menangis, ini adalah pertama kalinya sang pria melihatnya menangis, bukan karena dirinya, melainkan karena seorang perempuan, suasana hati sang pria menjadi lebih kacau.

"Taylor telah pergi, sekarang kamu sudah boleh memberitahukanku, apa yang telah terjadi sebenarnya?" Jordan Bo sengaja melembutkan nada bicaranya, tapi malah terkesan begitu tiba-tiba.

Stella Han tidak tahu harus bagaimana mengatakannya terhadap Jordan Bo, juga tidak mempercayainya, karena sang pria pasti akan segera memberitahukan Taylor Shen setelah mengetahuinya, "Aku tidak tahu, aku hanya tahu bahwa Tiffany sakit hati karena Taylor."

"Stella, kalau kamu tidak jujur, tidak ada orang yang bisa membantunya."

"Kalaupun aku mengatakannya, tetap tidak ada orang yang bisa membantunya." Alasan Stella Han tidak bersedia mengatakan kepada Taylor Shen tentang kenapa Tiffany Song ingin putus dengannya, karena dirinya tahu kalaupun telah mengatakannya, ini hanya akan menambah jumlah orang yang merasa sakit.

Jordan Bo mengerutkan kening, sang pria tahu bahwa dia tidak akan mendapatkan jawaban apapun meskipun berusaha menelusurinya dari mulutnya Stella Han.

Taylor Shen keluar dari villa, masuk ke dalam mobil, menyalakan ponsel. Tiffany Song pergi tanpa berpamitan sama sekali, sang pria telah memasangkan GPRS di dalam ponsel baru yang dia belikan kepadanya dulu, asalkan sang wanita mengaktifkan ponsel, sang pria bisa langsung menemukan lokasinya.

Taylor Shen membuka peta, di ponselnya telah bertambah sebuah titik merah, sang pria meletakkan ponsel ke rak depan, mengemudikan mobil dan pergi menuju arah titik merah itu.

Mobil telah keluar dari kota, lokasi yang ditunjuk oleh titik merah adalah taman pemakaman di kota pinggiran bagian barat, Taylor Shen mengerutkan keningnya dengan mendalam, untuk apa Tiffany Song datang ke pemakaman? Sang pria memadamkan apinya, mengambil ponsel dan melesat cepat menuju pemakaman.

......

Pemakaman di pinggiran kota bagian barat, setelah keluar dari rumahnya Stella Han, Tiffany Song menaiki taxi hingga sampai ke sini. Saat sang supir mendengarnya ingin pergi ke pemakaman di tengah malam, ekspresi sang supir terlihat bagaikan telah bertemu dengan hantu, dan nyaris mengusirnya keluar dari mobil.

Mobil berhenti di luar pemakaman, langit di luar sudah mulai terang, sang wanita membayar uangnya, dan langsung berjalan ke atas. Dia juga tidak tahu kenapa dia ingin datang ke sini, biasanya dia merasa ini adalah tempat yang begitu mengerikan, namun saat ini malah sama sekali tidak merasa seperti itu.

Hingga akhirnya dia telah berdiri di depan batu nisan Jasmine Yang, membiarkan angin di pagi hari menghembuskan bajunya dan menghasilkan suara desiran. Sebelumnya saat dirinya datang ke sini bersama dengan Taylor Shen, dirinya telah mengucapkan sebuah harapan, saat ini Tiffany Song kembali mengingatnya, dan malah terasa begitu memilukan hati.

Nasib telah mempermainkan manusia, pemilik dari batu nisan ini, malah merupakan seseorang yang paling dekat dengannya di dunia ini.

Saat Taylor Shen telah tiba di pemakaman, dia telah mampu melihat sosok tubuh yang kurus sedang duduk di depan batu nisan, hatinya mulai kembali tenang. Sang pria dengan perlahan berjalan ke sana, meniru penampilannya, duduk di sampingnya, memalingkan kepala melihatnya, "Tiffany, kenapa datang ke sini?"

Saat mendengar adanya suara langkah kaki dari belakang, Tiffany Song sudah tahu siapa yang datang, dia sama sekali tidak merasa kaget kenapa sang pria bisa menemukannya. Sang wanita tidak melihatnya, melainkan terus menatap nama di atas batu nisan, berkata: "Sebelumnya, aku telah berjanji terhadap tante akan suatu hal, namun saat ini takutnya tidak akan bisa kuwujudkan lagi, jadi aku datang kesini untuk menarik kembali janjiku."

Taylor Shen kaget, sesaat kemudian, baru sang pria menanyakan" Janji apa?"

"Aku berjanji padanya, aku akan menjagamu dan menemanimu, juga membuatmu bahagia, namun sekarang, aku tidak bisa lagi melakukannya, makanya ingin meminta maaf terhadapnya." Suaranya Tiffany Song sangat tenang, suasana hatinya tidak tumbang, juga tidak menangis.

Sang wanita pada awalnya memang berencana untuk pergi mencari sang pria seusai dari pemakaman, tidak peduli bagaimana pun juga, dia harus mengatakannya dengan jelas.

Tangan Taylor Shen yang terletak di samping mulai terkepal, ucapan dari mulutnya membuat hatinya menyusut hingga sangat kecil, "Tiffany, aku ingin tahu, kenapa tiba-tiba begini?"

Tiffany Song memalingkan kepala melihatnya, menatapnya dengan diam, "Bukan kenapa-napa, hanya saja tiba-tiba menyadari, aku tidaklah begitu mencintaimu seperti yang kubayangkan, jadi mohon maaf, aku tidak bisa terus menemanimu lagi."

"Tiffany!" Taylor Shen berteriak, sangat ingin menghukum wanita di hadapan mata ini.

Tiffany Song tidak merasa takut sama sekali, dia telah mengatakan pada dirinya dari awal, agar menyelesaikannya dengan cepat, jadi tidak peduli reaksi apa yang akan dimiliki sang pria, semuanya tidak akan bisa mempengaruhi keputusan yang telah diambil. Sang wanita tersenyum: "Lihatlah dirimu sendiri, selain meneriakiku, kamu sama sekali tidak terlihat lembut."

Taylor Shen merasa wanita yang ada di hadapan matanya ini telah berubah, tapi dia tidak bisa mengatakan dengan jelas bagian mananya yang berubah, sang pria terus menatapnya tanpa mengalihkan pandangannya, "Tiffany, Stella Han mengatakan rasa sakit yang kamu alami diakibatkan olehku, kamu ingin putus karena aku, jadi katakanlah padaku, kesalahan apa yang telah kulakukan? Jangan membuatku bagaikan seekor lalat tak berkepala yang terus menerobos secara sembarangan tanpa arah."

Tiffany Song berdiri, ada beberapa kata yang tidak ingin dia ucapkan di sini, lalu dengan perlahan turun ke bawah gunung, sang wanita berjalan dengan begitu lambat, karena dia tahu, Taylor Shen pasti akan mengikutinya, berkata: "Aku ingat aku pernah melihat sebuah berita yang menyatakan seorang wanita telah jatuh cinta terhadap pria yang menyetubuhinya, dan juga melahirkan seorang anak terhadap pria itu, aku ingin tahu, bagaimana sebenarnya rasa dari mencintai seorang pria yang telah memperkosa diri sendiri, jadi beberapa waktu ini, aku terus berpura-pura mencintaimu. Tapi mohon maaf, tidak peduli seberusaha apapun aku berpura-pura, aku tetap tidak bisa mencintaimu."

Sang wanita tahu, kalau tidak memiliki sebuah alasan yang masuk akal, sang pria tidak akan pernah rela melepaskannya. Dan alasan ini, adalah satu-satunya alasan yang terpikirkan olehnya.

e rumahnya Jordan Bo, Jordan Bo dari dulu memang sudah terbiasa bangun pagi, saat Taylor Shen tiba, sang pria sedang berlari di halaman rumah. Semangat sang pria sangat penuh, dan auranya sangat membara, menghasilkan perbandingan yang begitu berbeda dengan seorang pria yang sedang penuh kemurungan.

Olahraga pagi Jordan Bo tidaklah berhenti karena kedatangannya Taylor Shen, dia melakukan olahraga dengan bertempo, Taylor Shen duduk di bangku batu, melihatnya terus berlari ke sana dan kemari, membuatnya sangat kesal, "Bos, apakah Stella tidak menyuapimu sampai puas, kenapa staminamu pagi-pagi begini begitu banyak?"

Jordan Bo meliriknya sejenak, berkata dengan ekspresi yang tidak berubah: "Justru karena telah memakannya hingga sangat kenyang, makanya aku harus mencernanya."

"......" Taylor Shen menengadahkan kepala melihat villa di bawah langit, "Dia... masih baik-baik saja tidak semalam?"

"Kamu pergi lihat saja sendiri, dia masih baik-baik saja atau tidak, bukanlah hal yang harus kupedulikan." Keringat Jordan Bo bercucuran deras bagaikan hujan, sekujur tubuhnya dipenuhi dengan energi dan tenaga yang indah. Apakah Tiffany Song baik atau tidak, dia bisa mengetahuinya dari gerak-gerik tubuhnya Stella Han.

Semalam Stella Han terus berbolak-balik tidak bisa tidur, kalau Tiffany Song baik-baik saja, kenapa sang wanita tidak bisa tidur?

Jordan Bo tidak bertanya terlalu banyak tentang Tiffany Song, setiap orang memiliki masalah pribadi masing-masing, hubungannya dengan Tiffany Song, masih tidak sampai pada tahap untuknya menelusuri masalah pribadi Tiffany Song. Hanya saja saat melihat Stella Han terus tidak bisa tidur karenanya, hatinya tetap merasa cemburu.

Wanita yang tak punya hati ini, dirinya tidak pernah menemui sang wanita pernah tidak bisa tidur karenanya. Meskipun dirinya pergi dinas di luar kota selama sebulan tanpa berpamitan dengannya, dan juga tidak mengabarinya saat kembali, saat kembali bertemu dengannya, wajah sang wanita tetap saja cerah, sungguh membuat orang kesal.

Taylor Shen mengepalkan tangannya, berdiri, dan langsung masuk ke dalam villa, terdengar suara Jordan Bo dari kejauhan: "Lantai dua kamar tamu ketiga di sebelah kanan."

Saat Taylor Shen telah menginjak tangga terakhir, sang pria melihat Stella Han sedang bersandar di dinding, matanya penuh dengan rasa kantuk, tapi dirinya telah mendengar suara percakapan mereka dari bawah dengan jelas, dan sengaja menunggunya di sini.

Stella Han menutup mulutnya dan menguap, melihat Taylor Shen, sepanjang malam ini, yang merasakan penyiksaan bukan hanya Tiffany Song seorang, Taylor Shen juga sedang menanggungnya, sang wanita menghela nafas, "Taylor, berikanlah dia sedikit ruang, jangan mengganggunya dulu untuk saat ini."

"Alasan?" Taylor Shen berkata dengan datar.

"Karena jika kamu pergi menemuinya, kamu hanya akan menambah kepiluan di hatinya, dan juga akan semakin menghindarimu, ataupun akan melakukan hal-hal yang lebih besar. Taylor, dia sudah penuh dengan kekacauan, jika kamu ingin melihat keadaannya yang telah gila karenamu, maka pergilah mencarinya." Ekspresi wajah Stella Han begitu serius, tidak ada sedikit pun rasa bercanda ataupun ingin menghalanginya.

"Kamu mengetahui alasannya?" Taylor Shen memandangnya, menanyakannya.

"Benar, tapi aku sudah berjanji pada Tiffany, untuk tidak mengatakannya kepada siapapun." Stella Han berkata secara terus terang, dia mengetahui alasannya, tapi tidak bisa memberitahukannya, jadi mohon agar dia jangan berharap untuk mendapatkan informasi darinya, tidak berguna!

"Kamu lebih bersedia melihatnya kesakitan, daripada memberitahukanku apa alasannya agar bisa membuatku pergi mengatasinya, apakah ini yang kamu sebut sebagai persahabatan?" Ekspresi wajah Taylor Shen secara perlahan menjadi dingin, dia tidak rela menyalahkan Tiffany Song, dan hanya bisa menyalahkan wanita ini.

"Kamu tidak perlu memprovokasiku untuk mendapatkannya, tidak berguna." Stella Han berkata: "Kalau bukan dia sendiri yang mengatakannya padamu tentang masalah ini, aku sebagai temannya akan membantunya menjaga rahasia ini."

Taylor Shen tidak lagi beromong kosong dengannya, membalikkan badan dan berjalan ke kamar tamu. Stella Han melihat sosok punggungnya, berkata: "Taylor, orang yang bisa membuatnya merasa sakit di dunia ini, hanya kamu seorang, dan orang yang mampu membuatnya tak memiliki pilihan untuk memilih, juga hanya kamu seorang."

Langkah kaki Taylor Shen berhenti, mengulurkan tangan dan membukakan pintu kamar tamu, berjalan masuk ke dalam secara perlahan.

Keadaan di dalam kamar sangat gelap, percahayaan yang redup, selimut di ranjang begitu rapi, sama sekali tidak terdapat sosok tubuh Tiffany Song, Taylor Shen bergegas berjalan ke samping ranjang, menekan tombol lampu di samping ranjang, ranjang kosong melompong.

Dia mengerutkan kening, segera pergi keluar dari kamar tamu, berteriak terhadap Stella Han yang berada di lorong: "Dia pergi ke mana?"

"Apanya yang dia pergi ke mana, bukankah dia berada di dalam kamar?" Stella Han kaget, pria di depan matanya ini seakan-akan telah menjadi gila, wajahnya penuh dengan amarah yang membuat orang merinding.

Sang wanita bergegas pergi ke sana, melihat kamar itu begitu kosong, seketika dirinya langsung melongo di tempat, "Tiffany telah menghilang, kenapa dia bisa menghilang?"

Semalam, dirinya tidak bisa tidur sepanjang malam, kalaupun Tiffany Song pergi, tidak mungkin bisa menyembunyikannya dari dirinya, kenapa dia bisa menghilang? Stella Han hampir menjadi gila, keadaan Tiffany Song saat ini begitu buruk, kalau memang dia keluar di tengah malam, Stella Han benar-benar khawatir akan terjadi sesuatu padanya.

Setelah berpikir sampai sini, sang wanita langsung kembali keluar, dengan tidak mempedulikan penampilan dirinya, sang wanita langsung menarik bajunya Taylor Shen, memakinya: "Semua ini karenamu, semua ini karenamu, kalau sampai terjadi sesuatu padanya, aku akan bermusuhan denganmu."

Setelah mengatakannya, sang wanita langsung mendorong sang pria dengan kuat, dan bergegas lari ke bawah, baru saja berlari beberapa langkah, dirinya langsung bertabrakan dengan pelukannya Jordan Bo, Jordan Bo memeluknya dengan erat, "Stella, jangan panik, tenanglah, pikirkanlah dengan baik, kemana dia akan pergi."

"Aku tidak tahu, aku tidak tahu." Stella Han memegang kepalanya dan terus menggelengkan kepala, dia benar-benar tidak tahu Tiffany Song akan pergi ke mana, "Aku telah mengenalnya selama 5 tahun, kalau bukan karena dia sudah tidak sanggup untuk menghadapinya, dia tidak akan pernah mengatakannya padaku. Dia sekarang pergi tanpa berpamitan sama sekali, pasti khawatir pria itu akan datang mencarinya lagi."

Sang wanita melototi Taylor Shen, berkata dengan penuh kemarahan: "Semua karena dia, dialah yang telah mendesak Tiffany hingga menjadi seperti ini."

"Stella, kamu tenanglah dulu." Jordan bo memerintahkannya dengan suara berat, setelah menikah dengannya selama ini, sang pria tidak pernah melihat penampilan sang wanita yang begitu kehilangan kendali seperti ini. Stella Han biasanya selalu bersikap santai, dan terkadang dia akan merasa resah, semuanya karena Tiffany Song, sang pria mau tidak mau harus mengakuinya, bahwa hatinya saat ini sedang merasa sangat iri terhadap wanita yang membuatnya dan Stella Han saling bertentangan.

Taylor Shen lebih panik daripada Stella Han, tapi sang pria telah menyadari sesuatu yang ganjil keluar dari mulutnya sang wanita, bertanya dengan ekspresi dingin: "Kenapa karena aku?"

Stella Han merasa kesal, mengangkat kepala melihat Taylor Shen, lalu kembali melihat Jordan Bo, seketika, sang wanita malah tidak bisa berkata-kata. Dirinya mengetahui alasannya, tapi Taylor Shen tidak tahu, dan Tiffany Song juga tidak mengizinkannya untuk mengatakannya.

Melihat dia tetap tidak mengatakannya, Taylor Shen langsung mendesaknya, "Stella, kamu tahu kenapa dia ingin putus denganku, benar bukan?"

Jordan Bo mengerutkan kening, berkata terhadap Taylor Shen sambil melototinya: "Panggil dia kakak ipar."

"......"

"Aku tidak tahu, aku tidak tahu apapun." Stella Han dengan kuat mendorong Jordan Bo, membalikkan badan dan masuk ke dalam kamar, dan membanting pintu hingga menghasilkan suara yang menggelegar. Dirinya tidak boleh mengatakannya, Tiffany Song pernah berkata, Taylor Shen akan tumbang saat mengetahuinya, jika Taylor Shen merasa kesakitan, Tiffany Song akan menjadi lebih menyakitkan.

Stella Han tidak ingin melihat Tiffany Song menjadi lebih merasa sakit, jadi dirinya tidak boleh mengatakannya hingga mati.

Di lorong, Taylor Shen membalikkan badan dan hendak mengetuk pintu, memaksa Stella Han untuk keluar agar bisa menanyakannya kembali, sedetik kemudian, langsung ada sebuah sosok tubuh yang lebih cepat daripada dia untuk menghalangi jalannya, "Taylor, kamu pulanglah dulu."

Taylor Shen melihat Jordan Bo sesaat, itu bukanlah sebuah ucapan lelucon, dia ingin mencari wanitanya pria ini, dan pria ini malah ingin melindungi wanitanya, Taylor Shen melihat otot di tubuhnya yang gagah, setelah terdiam beberapa saat, dia membalikkan badan dan turun ke bawah.

Jordan Bo mengantar kepergian Taylor Shen dengan pandangan matanya, setelah itu baru membalikkan badan berjalan masuk ke kamar, mendorong pintu, langsung berjalan ke hadapannya Stella Han, melihatnya duduk di ujung ranjang sambil menangis, ini adalah pertama kalinya sang pria melihatnya menangis, bukan karena dirinya, melainkan karena seorang perempuan, suasana hati sang pria menjadi lebih kacau.

"Taylor telah pergi, sekarang kamu sudah boleh memberitahukanku, apa yang telah terjadi sebenarnya?" Jordan Bo sengaja melembutkan nada bicaranya, tapi malah terkesan begitu tiba-tiba.

Stella Han tidak tahu harus bagaimana mengatakannya terhadap Jordan Bo, juga tidak mempercayainya, karena sang pria pasti akan segera memberitahukan Taylor Shen setelah mengetahuinya, "Aku tidak tahu, aku hanya tahu bahwa Tiffany sakit hati karena Taylor."

"Stella, kalau kamu tidak jujur, tidak ada orang yang bisa membantunya."

"Kalaupun aku mengatakannya, tetap tidak ada orang yang bisa membantunya." Alasan Stella Han tidak bersedia mengatakan kepada Taylor Shen tentang kenapa Tiffany Song ingin putus dengannya, karena dirinya tahu kalaupun telah mengatakannya, ini hanya akan menambah jumlah orang yang merasa sakit.

Jordan Bo mengerutkan kening, sang pria tahu bahwa dia tidak akan mendapatkan jawaban apapun meskipun berusaha menelusurinya dari mulutnya Stella Han.

Taylor Shen keluar dari villa, masuk ke dalam mobil, menyalakan ponsel. Tiffany Song pergi tanpa berpamitan sama sekali, sang pria telah memasangkan GPRS di dalam ponsel baru yang dia belikan kepadanya dulu, asalkan sang wanita mengaktifkan ponsel, sang pria bisa langsung menemukan lokasinya.

Taylor Shen membuka peta, di ponselnya telah bertambah sebuah titik merah, sang pria meletakkan ponsel ke rak depan, mengemudikan mobil dan pergi menuju arah titik merah itu.

Mobil telah keluar dari kota, lokasi yang ditunjuk oleh titik merah adalah taman pemakaman di kota pinggiran bagian barat, Taylor Shen mengerutkan keningnya dengan mendalam, untuk apa Tiffany Song datang ke pemakaman? Sang pria memadamkan apinya, mengambil ponsel dan melesat cepat menuju pemakaman.

......

Pemakaman di pinggiran kota bagian barat, setelah keluar dari rumahnya Stella Han, Tiffany Song menaiki taxi hingga sampai ke sini. Saat sang supir mendengarnya ingin pergi ke pemakaman di tengah malam, ekspresi sang supir terlihat bagaikan telah bertemu dengan hantu, dan nyaris mengusirnya keluar dari mobil.

Mobil berhenti di luar pemakaman, langit di luar sudah mulai terang, sang wanita membayar uangnya, dan langsung berjalan ke atas. Dia juga tidak tahu kenapa dia ingin datang ke sini, biasanya dia merasa ini adalah tempat yang begitu mengerikan, namun saat ini malah sama sekali tidak merasa seperti itu.

Hingga akhirnya dia telah berdiri di depan batu nisan Jasmine Yang, membiarkan angin di pagi hari menghembuskan bajunya dan menghasilkan suara desiran. Sebelumnya saat dirinya datang ke sini bersama dengan Taylor Shen, dirinya telah mengucapkan sebuah harapan, saat ini Tiffany Song kembali mengingatnya, dan malah terasa begitu memilukan hati.

Nasib telah mempermainkan manusia, pemilik dari batu nisan ini, malah merupakan seseorang yang paling dekat dengannya di dunia ini.

Saat Taylor Shen telah tiba di pemakaman, dia telah mampu melihat sosok tubuh yang kurus sedang duduk di depan batu nisan, hatinya mulai kembali tenang. Sang pria dengan perlahan berjalan ke sana, meniru penampilannya, duduk di sampingnya, memalingkan kepala melihatnya, "Tiffany, kenapa datang ke sini?"

Saat mendengar adanya suara langkah kaki dari belakang, Tiffany Song sudah tahu siapa yang datang, dia sama sekali tidak merasa kaget kenapa sang pria bisa menemukannya. Sang wanita tidak melihatnya, melainkan terus menatap nama di atas batu nisan, berkata: "Sebelumnya, aku telah berjanji terhadap tante akan suatu hal, namun saat ini takutnya tidak akan bisa kuwujudkan lagi, jadi aku datang kesini untuk menarik kembali janjiku."

Taylor Shen kaget, sesaat kemudian, baru sang pria menanyakan" Janji apa?"

"Aku berjanji padanya, aku akan menjagamu dan menemanimu, juga membuatmu bahagia, namun sekarang, aku tidak bisa lagi melakukannya, makanya ingin meminta maaf terhadapnya." Suaranya Tiffany Song sangat tenang, suasana hatinya tidak tumbang, juga tidak menangis.

Sang wanita pada awalnya memang berencana untuk pergi mencari sang pria seusai dari pemakaman, tidak peduli bagaimana pun juga, dia harus mengatakannya dengan jelas.

Tangan Taylor Shen yang terletak di samping mulai terkepal, ucapan dari mulutnya membuat hatinya menyusut hingga sangat kecil, "Tiffany, aku ingin tahu, kenapa tiba-tiba begini?"

Tiffany Song memalingkan kepala melihatnya, menatapnya dengan diam, "Bukan kenapa-napa, hanya saja tiba-tiba menyadari, aku tidaklah begitu mencintaimu seperti yang kubayangkan, jadi mohon maaf, aku tidak bisa terus menemanimu lagi."

"Tiffany!" Taylor Shen berteriak, sangat ingin menghukum wanita di hadapan mata ini.

Tiffany Song tidak merasa takut sama sekali, dia telah mengatakan pada dirinya dari awal, agar menyelesaikannya dengan cepat, jadi tidak peduli reaksi apa yang akan dimiliki sang pria, semuanya tidak akan bisa mempengaruhi keputusan yang telah diambil. Sang wanita tersenyum: "Lihatlah dirimu sendiri, selain meneriakiku, kamu sama sekali tidak terlihat lembut."

Taylor Shen merasa wanita yang ada di hadapan matanya ini telah berubah, tapi dia tidak bisa mengatakan dengan jelas bagian mananya yang berubah, sang pria terus menatapnya tanpa mengalihkan pandangannya, "Tiffany, Stella Han mengatakan rasa sakit yang kamu alami diakibatkan olehku, kamu ingin putus karena aku, jadi katakanlah padaku, kesalahan apa yang telah kulakukan? Jangan membuatku bagaikan seekor lalat tak berkepala yang terus menerobos secara sembarangan tanpa arah."

Tiffany Song berdiri, ada beberapa kata yang tidak ingin dia ucapkan di sini, lalu dengan perlahan turun ke bawah gunung, sang wanita berjalan dengan begitu lambat, karena dia tahu, Taylor Shen pasti akan mengikutinya, berkata: "Aku ingat aku pernah melihat sebuah berita yang menyatakan seorang wanita telah jatuh cinta terhadap pria yang menyetubuhinya, dan juga melahirkan seorang anak terhadap pria itu, aku ingin tahu, bagaimana sebenarnya rasa dari mencintai seorang pria yang telah memperkosa diri sendiri, jadi beberapa waktu ini, aku terus berpura-pura mencintaimu. Tapi mohon maaf, tidak peduli seberusaha apapun aku berpura-pura, aku tetap tidak bisa mencintaimu."

Sang wanita tahu, kalau tidak memiliki sebuah alasan yang masuk akal, sang pria tidak akan pernah rela melepaskannya. Dan alasan ini, adalah satu-satunya alasan yang terpikirkan olehnya.

Novel Terkait

Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu