You Are My Soft Spot - Bab 133 Jika Dia Bukanlah Tiffany, Siapakah Dia? (1)

Taman bunga di area perawatan, matahari siang hari sangatlah cerah, Callista, mendorong Tiffany datang ke samping air mancur, tetesan air membentuk pelangi diatas air mancur.

Tiffany masih membayangkan mimpi tadi malam, perkataannya dengan Callista itu membuatnya semakin tidak tenang, dia terus merasa bahwa semua yang berada dihadapannya sekarang bukanlah kenyataan.

Diarah serong depan, Nyonya Song mendorong Lindsey kemari, mereka ibu dan anak berdua menatapi Callista dan Tiffany, mereka sama-sama mencibir, mereka sama-sama sangatlah tidak peduli, Tiffany sadar dan menatap kearah sana bersama Callista, Callista terlihat tidak peduli, dia mendorong Tiffany dan akan pergi.

"Eh, Callista, mengapa kamu langsung mau pergi ketika melihatku?" kata Nyonya Song sambil menatapi Callista, 25 tahun yang lalu, dia tidak secantik dia, 25 tahun yang lalu dia tidak se elegan dia, dihadapan wanita ini, dia sepertinya selalu kalah sedikit.

Song's Corp awalnya bisa menerima bantuannya dan tidak perlu mengumumkan bangkrut, namun untuk menjaga harga dirinya, dia menahan Benjamin untuk menerima bantuan darinya, dia tidak akan memberikan mereka kesempatan untuk bisa berhubungan lagi.

Gerakan Callista terhenti sejenak, dia tidak pernah takut akan siapapun, apalagi takut dengannya, dia berhenti dan menatapi mereka, dia mencibir, "Melihat ada anjing gila yang menghalangi jalan, tentu saja aku harus berputar, daripada digigit olehnya, itu sungguh rugi sekali."

Wajah Nyonya Song berubah terus, dia melotot Callista, dan menyindir, "Callista, kamu sama sekali tidak berubah, kamu terus bersikap seperti begini, apakah kamu tahu kamu kalah dimana?"

Nyonya Song tidak pernah merasa bahwa tindakannya salah, dia merebut suami sahabatnya, dia menjebak agar mereka cerai, namun dia tidak merasa bersalah, karena dia merasa dirinya bisa memberikan Benjamin kebahagiaan yang lebih indah.

Oleh karena itu, ketika dia mengatakan ini, dia juga tidak menghindar dari kedua anak ini, dan juga karena ini, Lindsey juga mewariskan kebiasaan Nyonya Song, semua orang belajar dari lingkungannya.

Callista merapatkan bibirnya dan tidak berkata, kedua tangannya memegang kursi roda dengan erat, dia tidak ingin Tiffany mendengar perdebatan mereka, dia bilang, "Tiffany maaf, hari ini tidak bisa membuatmu berjemur dibawah matahari dengan senang."

Tiffany mengelengkan kepalanya, dia mengulurkan tangan dan memegang tangan Callista dan berkata, "Ibu, ayo kita pulang."

"Baik." Callista mendorong Tiffany dan akan pergi, namun Nyonya Song tidak ingin melepaskan mereka, dia mencibir, "Callista, kamu tidak berani menghadapi kegagalanmu sendiri, aku mau memberitahumu, yang diinginkan oleh seorang lelaki adalah wanita yang bisa manja dan berpura-pura lemah, sedangkan kamu hanya bisa membuat Benjamin merasa gagal, karena kamu terlalu kuat, sehingga sama sekali tidak memerlukannya, pernikahan kalian berakhir bukan karena aku yang mencampurinya, melainkan kalian sudah diujung perceraian."

Callista mengertakkan giginya, dia pergi bukan untuk mengalah, namun untuk memberikan sebuah contoh yang baik bagi Tiffany, sekalipun pernikahannya gaagl, dia juga harus pergi dengan bangga.

Tiffany marah, dia tidak bisa mengerti logika Nyonya Song, mengapa dia bisa sesombong itu, baru saja Tiffany menoleh, Callista langsung berkata, "Tiffany, jangan menoleh, ada orang yang pasti akan diatasi oleh karmanya sendiri."

"Ibu, apakah kamu tidak merasa dibully?" Tiffany merasa sedih.

"Sudah terasakan 20 tahun lebih, untuk apa mempedulikan yang ini?" Callista mengangkat kepalanya, langkahnya terhenti, Tiffany mengikuti tatapannya dan mengarah kesana, dia melihat Benjamin yang berada didepan pintu masuk taman bunga.

Dibandingkan dengan tampang beberapa bulan yang lalu, saat ini dia terlihat ceria, setelah Callista pulang ke kota Tong, kabarnya Benjamin pergi bekerja di Perusahaan pakaian baru milik William, sepertinya sekarang sudah mempunyai pencapaian tertentu.

Benjamin terus menatapi mereka, tadi dia terus berdiri disini, dan mendengar perbincangan mereka, dia sangatlah ingin mendengar pembalasan Callista, sekalipun membalas sekali saja untuk Benjamin, segala tidak rela Benjamin beberapa tahun ini sudah ikhlas.

Namun Callista tidak mengatakan apa-apa, bahkan dia sama sekali tidak ingin berdebat dengan Susan, seolah Benjamin baginya sudah bukan apa-apa lagi.

Perlahan-lahan dia berjalan kehadapan orang tuanya, dia juga berkata, "Callista, sekarang kamu sudah berhasil saling mengenal, sungguh baik sekali."

Callista menatapi lelaki dihadapannya ini, waktu telah meninggalkan jejak dibadannya, dia tidak lagi se tampan dulu, Callista tersenyum, "Iya, beberapa tahun ini terima kasih telah menjaga Tiffany, selama ini, terima kasih juga ketidakbaikan kalian terhadapnya, barulah membuatnya tumbuh menjadi seperti begini yang membuatku bangga."

Benjamin tidak tahu apakah perkataan ini lebih banyak terima kasih atau sindiran, dia mengerutkan keningnya dan menatapi Tiffany, mereka berdua berdiri bersama, Benjamin baru menyadari bahwa mereka tidak mirip, "Callista, aku pernah menyayanginya dengan setulus hati, namun dia bukanlah putriku."

Mendengar perkataannya, Callista melototi Benjamin dan berkata, "Sudah sampai begini dihadapan anak-anak, kamu masih mau menfitnah akan kesucianku? sebelum bercerai denganmu, aku hanya mempunyaimu seorang lelaki saja."

Tiffany tercengang, Benjamin mengatakan bahwa dirinya bukanlah putrinya, sedangkan Callista bilang dia hanya punya seorang lelaki yaitu Benjamin, lantas dirinya adalah anak dari siapa?

"Mungkin saja, namun bagaimana setelah bercerai?" kata Benjamin.

Callista melototnya, tatapannya penuh kekecewaan, dia tertawa, "Aku telah terlalu menilaimu tinggi, Benjamin Song, jika begitu juga tidak ada lagi yang perlu kita katakan lagi."

Sambil berkata, dia mendorong Tiffany masuk kedalam rumah sakit, Benjamin menatapi sosok bayangannya yang keras kepala, mengapa dia merasa ada kejanggalan?

Benjamin memutarkan badannya, dia melihat istri dan anaknya yang berada disamping air mancur, dia berjalan perlahan dan menampar wajah Nyonya Song.

Nyonya Song ditampar dan bingung, begitu juga dengan Lindsey mereka menatapi Benjamin, ini adalah pertama kalinya Benjamin memukul Nyonya Song, dia bilang, "Apakah masih tidak cukup memalukan?"

Nyonya Song memegang pipinya yang membengkak, dia menatapi Benjamin dengan wajah tidak percaya, "Benjamin, beraninya kamu memukulku demi wanita hina itu, apakah kamu lupa dengan janjimu kepadaku, mengapa kamu memperlakukan aku seperti begini?"

Benjamin membalas, "Susan, jika kamu bisa mengenal situasi seperti Callista, maka Song's Corp juga tidak akan bangkrut, selama ini aku terus saja membiarkanmu, dan membuat kamu semakin manja dan tidak memperdulikan apa-apa, bahkan membuat kamu mengajarkan kemanjaanmu kepada Lindsey, kamu lihat saja Lindsey sekarang, sudah seperti apa dia dibuat olehmu, apakah kamu tidak seharusnya melihat kesalahanmu sendiri?"

"Ayah, apa kesalahan ibu? Dia sudah berjuang demi keluarga ini, dia juga membesarkan anak liar dari mantan istrimu bersama orang lain, jika mau dibandingkan, dia sudah jauh lebih baik daripada Callista, mengapa Anda memukul ibu?" kata Lindsey sambil melototi Benjamin.

"Diam kamu, karena adanya ibumu, makanya kamu bisa menjadi begini hari ini." Benjamin marah hingga bernafas terengah-engah, dia terus membiarkannya berbuat onar, dia terus bermain diantara paman dan keponakan itu, dia mengira dia bisa mengontrol mereka berdua, namun tidak disangka dirinya lah yang dipermainkan oleh mereka.

"Ada apa denganku, aku jauh lebih baik daripada anak liar itu, hanya saja dia lebih beruntung saja, dia bisa menggoda lelaki hingga tidak tahu apa-apa." kata Lindsey dengan marah.

Benjamin memegang keningnya, dia berkata, "Lihat tampang tololmu ini, pantas saja kamu bisa dipermainkan oleh mereka berdua."

"Benjamin, mana ada orang yang memarahi putrinya sendiri seperti begini?" Nyonya Song tidak bisa mendengarkannya lagi dan membantah.

Benjamin melihat ekspresi yang sama dari pasangan ibu dan anak ini, dia mengelengkan kepalanya karena tidak berdaya, mungkin saja dari awal dia sudah salah, dia terlalu memanjakan kedua orang ini, Benjamin tidak mengatakan apa-apa lagi, dia berbalik dan pergi.

Nyonya Song menatapi sosok Benjamin yang pergi, dan mengertakkan kakinya, "Benjamin, kamu berani pergi!"

Benjamin tidak menghentikan langkah kakinya dan pergi meninggalkan mereka.

........

Didalam ruang pasien, Callista menopang Tiffany untuk duduk diatas kasur, Tiffany menatapi Callista dengan sedikit khawatir, "Ibu, apakah kamu baik-baik saja?"

Callista duduk disamping kasur, dia mengulurkan tangannya dan mengelus pipinya, dia mengelengkan kepalanya, "Tiffany, di Amerika, mereka sangatlah membenci orang asia, terutama orang China, waktu itu aku tidak mahir menggunakan bahasa inggris, dan logatku masih sangatlah berat, perkataan mereka sangatlah cepat dan aku tidak mengerti, aku sering dibully oleh mereka, lalu aku bersumpah untuk bisa mahir bahasa inggris, lalu aku belajar bahasa inggris mati-matian, ketika aku membalas mereka menggunakan bahasa inggris dengan mahir, mereka semua terkejut, karena bahasa inggrisku yang payah mendapatkan peningkatan drastis dalam waktu singkat."

Tiffany seolah mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Callista, dia bertanya, "Bagaimana selanjutnya?"

"Setelah itu mereka tidak lagi membullyku menggunakan bahasa inggris, Tiffany, ibu memberitahu kamu mengenai ini adalah ingin menyampaikan bahwa sebuah lingkungan bisa membuat orang tumbuh berkembang, dan juga bisa membuat seseorang hancur, mengalami kegagalan, orang yang bisa mengalahkan kegagalan baru bisa mencapai puncak kesuksesannya, sebaliknya, akan seperti Susan dan Lindsey, penuh dengan dengki dan dendam, sebelumnya kamu sudah melakukannya dengan sangat baik, aku harap kehidupanmu kedepannya jangan difokuskan pada dendam, melainkan terus saja meningkatkan kemampuan dirimu terus, dengan begitu, suatu hari nanti kamu akan terlihat dan orang awam akan kaget dengan pencapaianmu."

Setelah Callista pergi, Tiffany terus saja memikirkan perkataannya, dia berpikir, jika dari kecil, dia terus hidup bersama Callista, maka dia mungkin akan lebih unggul dibandingkan sekarang, tapi sekarang dia juga masih sempat.

Tiffany dirawat dirumah sakit selama setengah bulan, dia yang sudah bosan di rumah sakit akhirnya mendapatkan persetujuan dari dokter, akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit, luka dikepalanya sudah sembuh secara perlahan, waktu itu ketika ingin menjahit lukanya, rambutnya sedikit dicukur, ketika dia bercermin, dia melihat gaya rambutnya yang sangatlah jelek, dia ingin menangis, dia sangatlah tidak senang.

Rambutnya yang sebanyaj itu, butuh waktu berapa lama agar bisa tumbuh menjadi sepangjang rambut lainnya?

Taylor melihat tampangnya yang tidak senang, dan bercanda, "gaya rambutmu sekarang sangatlah cantik dan sangatlah spesial, lihat saja, tidak ada orang yang gaya rambutnya sama denganmu, jika keluar juga tidak takut bertemu dengan orang yang gaya rambutnya sama."

Tiffany mencibir dan menatapinya dengan tidak puas, "Taylor, apakah kamu diutuskan oleh Sun gokong untuk datang melawak?"

"Wah, beraninya kamu mengatakan aku adalah monyet." Taylor mengerti maksud dia, dia mengulurkan tangannya dan mengelitik Tiffany, Tiffany kaget dan menjerit, dia bersembunyi kebelakang kasur, namun plaster di kakinya masih belum dibuka sehingga mempengaruhi kelincahannya, dia lalu tertangkap dan ditekan oleh Taylor di atas kasur.

Dia tertawa terus, dia merasa tangan Taylor ada dimana-mana, dia tertawa hingga sesak nafas dan terus meminta ampun, "Raja Monyet, ampun, aku tahu salah...."

Taylor semakin marah dan senang, gadis ini sungguh terlalu bandel, jika dia tidak membuatnya minta ampun terus, maka dia akan berganti marga! sambil berpikir, Taylor mengelitik titik sensitifnya.

Tiffany terus mengelak, baru saja dia menangkap tangan Taylor yang satu, tangan lain Tayor mengarah ketempat lain lagi, itu membuatnya geli dan tertawa terbahak-bahak, "Hahaha....hahaha......geli sekali, ampun.......hahahhahaha....."

Awalnya Taylor mengelitiknya, namun perlahan sedikit berubah, Tiffany yang terus mengelak tanpa disadari malah mengundang nafsu Taylor, kedua tangan Taylor memegang pinggang Tiffany dan menatapi matanya.

Wajah Tiffany merah, matanya sedikit mengeluarkan air mata karena tertawa terbahak-bahak, dia terlihat menggoda, Taylor terlihat semakin tergoda, satu tangannya menahan disamping badan Tiffany untuk menghindari dirinya menimpa Tiffany, tangannya yang satu lagi mengelus wajah Tiffany, suaranya serak, "Tiffany, lahirkan sekumpulan monyet kecil untukku."

Tiffany melotot matanya dengan besar, senyumannya perlahan sirna, dia menatapi Taylor, "Apakah kamu serius?"

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu