You Are My Soft Spot - Bab 346 Berduka Karena Tidak Juga Mau Melepas (3)

“Tidak, bukan begitu. Aku hanya berusaha menjelaskan.” Stella Han menatap Tuan Besar Bo lekat-lekat, “Kakek, aku sangat menghormatimu dan tidak mau berbohong padamu. Barusan sebenarnya aku bisa lanjut bersandiwara, namun aku ingin berhenti. Kalau aku melakukannya, itu sama saja membuatmu iba padaku ketika tidak ada apa-apa yang harus diibakan. Rasa ibamu bakal sia-sia.”

Nada bicara Stella Han sangat lembut, setiap kata mengalir dengan sopan ke dalam telinga Tuan Besar Bo. Ketidaksenangannya karena sudah dibohongi, yang daritadi masih tersisa sedikit, kini sepenuhnya lenyap. Ia membalas, “Bagus kalau kamu bisa berpikir begini. Lain kali masih mau bohong tidak?”

“Tidak, ini yang terakhir kalinya!” kata Stella Han sembari mengangkat kedua tangan.

“Baiklah!” Tuan Besar Bo mengelus kepala Stella Han dengan tatapan memanjakan, “Cepat berdiri. Kamu baru keguguran, jadi harus menjaga tubuhmu dari gerakan yang macam-macam.”

Si wanita terhenyak dan mengulangi penjelasan: “Kakek, aku barusan sudah bilang aku tidak pernah hamil. Aku……”

“Aku paham, namun aku mau kamu melanjutkan kebohongan itu.” Tuan Besar Bo menceramahi dengan bijak, “Stella Han, dalam hidup ada banyak yang tidak hitam dan tidak putih, melainkan abu-abu. Di hadapan orang yang menyukaimu, kejujuranmu adalah sebuah pesona. Namun, di hadapan orang yang tidak menyukaimu, kejujuranmu akan mendatangkan ide untuk melakukan sesuatu yang jahat, misalnya menyebarluaskan aibmu. Paham?”

Nasehat Tuan Besar Bo terputar berulang-ulang dalam benak Stella Han. Ia seketika paham maksud kata-katanya ini. Jadi, Jordan Bo waktu itu ternyata mencarinya karena dia sudah berbohong pada keluarga Bo bahwa dia mengandung anaknya.

Kalau benar-benar hamil, Stella Han saat ini harusnya sudah mengandung dua bulanan. Semua orang tahu pada usia dua bulan ini perut seorang ibu sudah mulai membesar, jadi pada waktunya nanti ia tidak mungkin lanjut berbohong lagi. Saat ini, Tuan Besar Bo memintanya untuk lanjut berbohong karena tidak ingin dirinya dikata-katai dan semakin tidak disukai Nyonya Bo.

Terkadang, kebohongan memang jalan keluar terbaik untuk mencegah munculnya masalah.

Si wanita mengernyitkan alis, “Tetapi, Kakek, bukankah kamu seorang tentara? Tentara pasti kan lurus dalam segala hal, termasuk selalu jujur dalam bertindak. Mengapa kamu memintaku lanjut berbohong begini?”

Si pria tua merasa agak diserang dengan pertanyaan begini. Ia menyuruh Stella Han melanjutkan kebohongan demi kebaikan wanita itu sendiri, kok sekarang dia malah dihakimi begini ya? Beberapa saat kemudian, Tuan Besar Bo baru menjawab: “Selain seorang tentara, aku juga seorang manula yang punya kasih sayang. Jangan pikir tentara tidak berperasaan, hati kami sebenarnya sangat lembut. Kebohonganmu ini, kalau diungkapkan waktu aku muda, aku pasti akan memberikanmu lima puluh kali pukulan. Tetapi, sebagai orang yang sudah tua sekarang, aku hanya ingin keluargaku tenteram dan harmonis. Stella Han, ingat, masuknya kamu ke keluarga Bo diikuti dengan kewajiban untuk menjaga keluarga ini juga. Jangan biarkan dia pecah karenamu.”

Ini menjadi kata-kata penutup Tuan Besar Bo. Setelah mengucapkan ini, ia berbalik badan dan bergegas pergi.

Seperginya dia, Stella Han duduk di sofa sembari menatap meja teh dengan pikiran kosong. Kalimat terakhir si pria barusan terus terngiang di telinganya. Dalam pernikahan, seorang wanita sebenarnya tidak hanya menikahi suaminya seorang, melainkan juga “menikahi” keluarga besar si pria. Sekarang, dirinya sudah menjadi cucu keluarga Bo.

Sebagai seorang cucu, masa depan keluarga Bo ada di bahunya. Stella Han jadi agak sesak nafas memikirkan ini. Ia pikir menjadi istri kontrak dari Jordan Bo adalah sesuatu yang mudah. Ia waktu itu mengira tugasnya hanya menjadi teman tidurnya, toh kebetulan ia juga kesepian tidur sendirian.

Sekarang, semua sepertinya sudah tidak sama lagi. Ia sudah menjadi anggota keluarga resmi kerajaan Bo. Ia harus menanggung tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah ini.

Si wanita menidurkan tubuh di sofa tanpa mau memikirkan ini lagi. Ia memejamkan mata dengan hati yang masih gelisah dan pilu. Jalan ini, ia sepertinya makin lama melangkah makin jauh sampai tidak bisa mundur lagi……

……

Sekembalinya dari kantor, Jordan Bo melihat Stella Han tengah duduk di sofa sambil menonton televisi. Ia mengernyitkan alis. Sejak insiden memalukan kemarin, mereka berdua berperang dingin. Stella Han tidak mengindahkan dirinya, dirinya juga tidak mengindahkan wanita itu.

Entah di majalah mana, Jordan Bo pernah baca bahwa perang dingin adalah salah satu hal paling menyakiti perasaan dalam hubungan suami istri. Tetapi, bukankah di antara mereka tidak ada perasaan? Ah, kalau begitu, menyakiti atau tidaknya tidak perlu dipedulikan.

Jordan Bo menukar sepatu di lorong jalan. Dengan kedua tangan yang disimpan di saku, ia melangkah santai ke sisi si wanita. Tidak memedulikan kehadiran si pria, mata Stella Han terus terpaku ke layar televisi yang super besar.

Si pria tidak kehabisan akal. Ia sengaja berjalan bolak balik di depan Stella Han. Tujuannya jelas untuk menarik perhatiannya. Kalau pun hanya dapat satu kalimat makian, buatnya itu jauh lebih baik daripada keheningan.

Wanita terkadang memang kekanak-kanakan ya! Masak ngambeknya begini sih!

Sudah belasan kali Jordan Bo mondar-mandir, Stella Han masih tidak peduli sama sekali. Pria itu pun menunduk mengambil remote televisi dan mengganti salurannya. Saluran yang kini diputar adalah saluran olahraga yang tengah menampilkan pertandingan sepakbola. Tempo pertandingan yang sangat cepat membuat si wanita menikmati tontonan itu.

Jordan Bo sangat tidak senang dengan kegagalannya. Ia mengganti saluran ke saluran politik, lalu ke saluran drama kuno. Sayang, Stella Han tetap saja menonton semuanya dengan antusias! Bahkan, waktu diputarkan saluran iklan, si wanita menonton tanpa berkedip saking fokusnya.

Si pria akhirnya memutuskan mematikan televisi dan menaruh remotenya di meja teh. Kali ini, Stella Han akhirnya memberi reaksi juga. Ini kalimat pertamanya pada Jordan Bo selama dua hari ini: “Ada urusan apa kamu mematikan televisi?”

Hati Jordan Bo terasa lega sekali karena berhasil membuat Stella Han akhirnya berbicara. Ia menjawab dengan bahu terangkat, “Kasihan matamu kelelahan, berilah mereka istirahat.”

“Apaan sih!” Stella Han bangkit berdiri, berbalik badan, dan naik ke lantai atas. Setelah terjadi insiden semalam, suasana hatinya memang sangat berantakan. Selepas polisi pergi, ia langsung pindah tidur ke kamar tamu dan menutupi diri dengan selimut. Ia tidak mau tidur dengan pria yang ia sebut monster ganas lagi.

Jordan Bo semalam bisa memahami situasinya, jadi tidak mengejar.

Stella Han kemudian terrbaring di ranjang tanpa bisa terlelap. Tiap marah, Jordan Bo selalu bersikap kasar dan main tangan padanya. Ia takut diperlakukan begitu, takut dirinya diiris-iris!

Sekarang, tiap kali Jordan Bo mendekat, Stella Han pasti langsung gelisah. Si wanita takut si pria tiba-tiba tidak bisa mengendalikan diri lagi dan memperlakukannya seperti kemarin.

Jordan Bo mengamati bayangan tubuh Stella Han yang menaiki tangga. Baru mau mengejarnya, ia mendengar notifikasi pesan pendek. Pria itu menoleh ke sumber suara dan menemukan ponsel Stella Han di atas meja teh. Saat ia mendongak ke tangga lagi, si wanita sudah lenyap di lorong jalan lantai atas.

Jordan Bo menatap ponsel Stella Han dengan bimbang. Buka pesan singkatnya atau tidak ini? Kalau buka, rasa-rasanya tidak etis. Kalau tidak buka, jarinya sungguh gatal ingin buka. Ragu-ragu beberapa detik, Jordan Bo akhirnya memutuskan pilihan pertama. Ia terus meyakinkan diri sendiri, ia punya hak melakukan ini karena ia suaminya sendiri.

Si pria membuka kotak pesan dan menemukan satu pesan yang belum dibaca. Ketika dibuka, isinya adalah sebagai berikut: “Stella Han, bisakah kita berbicara baik-baik sekali lagi? Jangan diamkan aku, aku sungguh mencintaimu! Beri aku satu kesempatan lagi, oke?”

Jordan Bo mengernyitkan alis. Jelas-jelas tahu sahabatnya lagi terus berkhianat, ia tetap saja tidak langsung melabrak dan memaksanya berhenti. Ia selalu merasa tidak enak hati pada Ned Guo. Kali ini, ia memutuskan untuk bersikap sedikit lebih keras. Pria itu mengetikkan satu kalimat secepat kilat dan mengirimnya.

Ned Guo sangat gembira menerima respon dari Stella Han. Sayang, wajahnya langsung pucat begitu melihat isinya. Isinya adalah: “Dia sekarang sangat bahagia, mohon jangan ganggu dia!”

Stella Han disebut dengan kata ganti “dia” dalam pesan ini…… Pastilah yang menjawab pesannya adalah Jordan Bo. Seperti disirami air dingin, sekujur tubuh si pria langsung merinding. Selain itu, wajah Ned Guo juga merah padam seperti seseorang yang tidak terima barangnya dicuri orang lain.

Ned Guo mengetik balasan sambil menggeretakkan gigi: “Kalau dia benar-benar bahagia, kamu tidak mungkin mengecek ponselnya diam-diam.”

Jordan Bo sungguh terpancing dengan balasan ini. Ia kini sungguh ingin meninju sahabatnya sendiri sampai bonyok, namun memutuskan menahan diri. Hanya preman yang menyelesaikan masalah dengan tinju. Dirinya adalah orang terpelajar dan terhormat, jadi harus bertindak dengan cara yang terpelajar dan terhormat juga.

“Kata-katamu ini keliru. Tepat karena sangat bahagia, sangat sayang, dan sangat percaya padaku, dia bersedia menyerahkan ponselnya padaku buat dicek,” balas Jordan Bo lagi. Dalam benak, ia membayangkan ekspresi wajah tampan Ned Guo saat membaca balasan ini. Wah, wajahnya pasti bakal merah sekaligus putih! Merah karena marah, lalu putih karena malu kalah argumen. Membayangkannya saja ia sudah senang, apalagi kalau melihatnya langsung!

Tidak sulit ditebak, hati Ned Guo sangat sakit begitu membaca pesan ini. Ia menaruh ponsel di ranjang tempat ia berbaring, lalu menutup mata dengan tubuh yang dingin dan gemetar. Menyadari jidatnya mengeluarkan keringat dingin, ia buru-buru mengambil sebotol obat dari kepala ranjang dan menuang satu tablet dari dalamnya. Setelah meminum tablet itu, tubuhnya perlahan baru kembali normal.

Ned Guo menutup kedua mata dengan kedua tangan. Mulutnya menggumamkan kata “Stella Han berulang-ulang”. Ia berduka, berduka karena tidak juga mau melepas.

Melihat si “pesaing cinta” tidak membalas lagi, Jordan Bo merasa sangat puas. Ia kembali membaca pesan-pesan mereka barusan dan berpikir tidak bisa membiarkannya tetap tersimpan. Biar Stella Han tidak mengetahui kelancangannya ini, ia memutuskan menghapus semua pesan. Sehabis memastikan semuanya sudah lenyap, baru dia menaruh ponsel itu kembali ke meja teh, Stella Han turun menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

Si wanita bergegas ke sofa dan mengarahkan pandangan ke sekitarnya. Melihat ponselnya tergeletak di meja teh, Stella Han langsung menghembuskan nafas lega dan membawanya balik ke lantai atas. Dari awal datang sampai pergi lagi, si pria dianggap olehnya sebagai makhluk tidak kasat mata.

Jordan Bo mengamati bayangan tubuh Stella Han dengan geram. Wanita ini menderita kebutaan yang sifatnya selektif ya? Manusia sebesar dia masak tidak terlihat sih? Masak yang Stella Han bisa lihat hanya sofa, meja teh, dan ponsel saja?

Si pria berkacak pinggang dan membuang nafas panjang. Ia lalu memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam. Ia tidak boleh marah pada Stella Han. Ia harus terus bersikap dingin, dingin, dan dingin……

Sebelum masuk kamar masih mampu tahan nafsu, Jordan Bo kesulitan menjaga “pertahanan diri”-nya begitu masuk kamar. Di kamar tempatnya berbaring ini ada banyak sekali memori menggugah yang pernah terjadi. Setiap memori terekam jelas di benaknya.

Jordan Bo mengubah posisi baring jadi telentang. Ia mengamati langit-langit kamar dengan dua tangan ditaruh di belakang kepala. Terus teerbayang tubuh kecil Stella Han dan desahan-desahannya waktu lagi “main”, ia sangat tersiksa. Pria itu sama sekali tidak mampu terlelap.

Tidak, ia tidak boleh terus begini!

Jordan Bo berusaha keras untuk tidak berpikir macam-macam, namun benaknya malah mengembara semakin jauh. Tubuhnya lama-lama bahkan berkeringat karena kepanasan. Ia harus melakukan sesuatu, ia harus mengalihkan konsentrasinya!

Apa yang harus ia lakukan?

Olahraga! Benar, olahraga!

Si pria membalikkan posisi tubuh dan memulai sit-up. Ia melakukannya seratus kali, lalu mengubah posisi jadi posisi push-up. Aduh, posisi yang baru ini membuatnya teringat posisi saat lagi “anu”! Ia pun mengubah posisinya jadi push-up miring.

Idenya ini ternyata malah membuat benaknya makin macam-macam. Ia kepikiran “doggy style”. Sekujur tubuhnya terangsang, menahan rangsangan itu rasanya sungguh tidak enak. Ia lalu teringat Ned Guo lagi. Haduh, dasar serigala berbulu domba itu orang!

Jordan Bo turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi untuk mandi air dingin. Sayang, dinginnya air tidak berhasil melenyapkan pikirannya yang lagi terangsang. Sehabis mandi, ia berjalan keluar kamar tidur utama hanya dengan mengenakan handuk. Ia mau ke kamar tamu yang ditempati Stella Han……

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu