You Are My Soft Spot - Bab 399 Jadi Wanitanya (3)

“Perlu aku tunjukkan sertifikat ceraiku kah?” tanya James He sembari menahan tawa. Ia sudah bicara panjang lebar, ternyata Erin hanya memedulikan kabar percerainnya. Kamu senang aku sudah cerai ya Erin, ayo ngaku!

Erin membuang muka dan menjawab: “Tidak perlu. Mengapa kalian bercerai, jangan-jangan karena……”

Erin teringat tingkah Jessy Lan yang angkuh mencarinya dua tahun lalu, lalu teringat adegan ciuman James He dan Jessy Lan pada acara tahunan perusahaan waktu itu. Setelah dipikir-pikir ia memang merasa ada yang aneh dalam adegan mereka, oh ternyata sudah cerai toh!

Si pria mengetuk pelan jidat si wanita: “Alasannya tidak berhubungan denganmu sama sekali, jangan pikir aneh-aneh.”

Erin mengelus jidatnya yang habis diketuk. Waktu perceraian mereka saja sangat pas dengan labrakan Jessy Lan ke dirinya, bagaimana dia tidak berpikir macam-macam? Meski begitu, melihat tatapan serius James He, ia yakin apa yang dikatakannya jujur.

“Aku pikir aku secara tidak sengaja sudah jadi orang ketiga dalam hubungan kalian,” respon Erin bergumam. Hatinya agak lega sedikit begitu tahu mereka sudah bercerai. Alasannya, itu berarti hubungan seks mereka barusan tidak se-tidak etis yang ia bayangkan sebelumnya.

Sebenarnya, dua sisi hati Erin lagi berkonflik. Sebelum tahu James He sudah cerai, ia tidak bersedia jadi wanita simpanannya. Setelah tahu kabar itu, ia tertarik jadi wanitanya tapi pada saat bersamaan takut berharap ketinggian. Si wanita bahkan tidak berani berkhayal masa depan hubungan mereka bila berpasangan.

Selama ini, Erin terus menolak rasa cintanya pada Erin karena perbedaan status mereka sangat jomplang. Mama Erin tidak bakal mengizinkannya berpasangan dengan James He, sebab itu tentu akan mengotori keagungan si pria dan keluarganya!

“Kamu mana bisa jadi orang ketiga? tanya James He dengan tatapan lembut. Di dunia ini, nampaknya hanya Erin seorang yang bisa memainkan emosinya naik dan turun secara drastis. Satu detik lalu ia masih sangat sebal dengannya, sekarang ia gembira sampai mau terbang ke langit ketujuh.

Sungguh wanita yang sama-sama bisa mendatangkan surge dan neraka…… Kalau dirinya tidak kuat, ia mungkin sudah mati karena lelah dipermainkan dari dulu-dulu.

James He mengangkat dagu Erin dan bertanya, “Sudah menyiksaku sampai begini rupa, kamu sampai sekarang juga belum mau jadi orang ketiga kan?”

Si wanita belum pernah melihat perangai James He yang sangat lembut begini. Ia membuang muka karena takut terpesona oleh kelembutannya, lalu mendebat: “Jelas-jelas kamu yang menyiksaku, kok malah diputarbalikkan.”

“Yakin diputarbalikkan?” Ketika mengatakan ini, bibir James He sedikit bersentuhan dengan bibir Erin. Ia mundur sejenak biar bisa berbicara dengan lebih nyaman, lalu melanjutkan: “Mana kata-katamu yang tidak membuatku tersiksa dan emosi coba? Terus, sudah berapa kali kamu memancing nafsuku tapi maksa berhenti di tengah-tengah? Kalau pengendalian diriku tidak bagus, “itu”-ku sudah rusak karena sering dibuat ereksi tapi dihalangi ejakulasi kali.”

Diajak bicara soal ini di atas ranjang, Erin jadi gugup sendiri. Hatinya jadi makin gelisah, begitu pun dengan ekspresi wajahnya. Sudah punya pengalaman beberapa kali dengan James He, ia bukan wanita yang tidak tahu apa-apa lagi soal begonia. Tahu apa yang dimaksud si pria dengan kata “itu”, si wanita bertanya dengan wajah merah: “Sama sekali tidak rusak kok itu, barusan saja masih bisa berdiri tegak?”

“……Erin, sekali lagi kamu menggodaku, aku tidak bisa tahan diri nih.” James H menatap lekat-lekat wajah Erin yang merah seperti siap meledak. Sudut bibirnya sedikit terangkat nakal. Wanitanya ini benar-benar lucu, lelucon begitu bisa-bisanya ditanggapi serius!

Erin bertambah gugup, lalu dengan iseng menendang tubuh James He. Karena tidak bersiap sedikit pun, si pria dibuat jatuh dari ranjang oleh tendangannya itu. Bruk! Suara tubuh bertubrukan dengan lantai terdengar, lalu kamar hening lagi.

Melihat James He membangunkan diri sambil sedikit meringis, Erin tidak tahan untuk tidak tertawa. Si pria bersandar di sisi ranjang dengan wajah yang memuram akibat tertawaan Erin. Ia tiba-tiba bangkit berdiri dengan lincah, masuk selimut, dan menindih tubuh Erin.

Tawa yang ditindih seketika berhenti dan tergantikan erangan. Erin menatap James He dengan tidak percaya. Meski sudah berhubungan sekali barusan, ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa yang kedua kalinya bakal datang secepat ini.

Apalagi, memori yang James He tinggalkan tadi buruk dan menyakitkan……

Beruntunglah James He memegang janji. Kali ini, si pria membuat jiwa dan raganya melayang senang tanpa kesakitan sama sekali.

……

Hari sudah lewat siang ketika Erin bangun keesokan. Saat bergerak si wanita merasa sekujur tubuhnya sangat pegal, jadi ia mau tidak mau bergerak dengan sangat pelan. Ia tidak ingat semalam mereka berhubungan berapa kali, yang jelas James He belum kelar juga meski ia pingsan.

Erin duduk di ranjang sambil mengamati luka di tubuhnya yang putih. Luka-luka itu terlihat seperti bercak darah dalam larutan susu yang bersih. “Hiburan” semalaman, akhirnya ia menghadapinya juga.

Si wanita sebelumnya selalu sungkan karena status James He yang sudah menikah, namun halangan ini sekarang sudah tidak ada lagi. Mereka sepasang pria dan wanita lajang yang saling mencintai tanpa harus peduli batas etika apa pun. Meski begitu, masalah lainnya tetap ada. James He adalah pemimpin keluarga He yang terhormat, ia jelas tidak layak menikahi putri pembantu.

Erin menaruh dagu di atas dua lutut yang ia peluk. Ketika sudut matanya melihat pakaian-pakaian yang ditata rapi di kepala ranjang, si wanita membuang nafas pasrah. Ia dari awal sudah tahu hubungan mereka tidak punya masa depan. Sekali pun mereka sudah berhubungan seksual, kenyataan pahit itu tetap tidak berubah.

Sekarang, apa yang harus ia lakukan?

Erin jadi sadar ternyata memperoleh sesuatu bukan hanya akhir dari perjuangan, tetapi juga awal dari penderitaan lainnya. Itu karena ia sudah langsung pesimis bahkan kurang dari sehari setelah berhubungan tubuh dengan James He dan mendapatkan hatinya. Setelah berpakaian, si wanita turun dari ranjang dan merasakan hangat-hangat pada tubuhnya. Wajahnya memucat dan mengeras. Semalam, James He tidak pakai pengaman sama sekali……

Erin pergi ke kamar mandi dan bersih-bersih, lalu mengambil dompet dan turun ke lantai bawah. Meski pertokoan di Kota Kecil Luoshan sangat terbatas, toko obat untungnya masih ada. Ia masuk ke toko obat, membeli postpill, lalu melangkah keluar.

Berhubung cuaca di luar dingin, ketika Erin menghembuskan nafas, kabut tipis langsung muncul di depan wajahnya. Wanita itu memasukkan postpill ke saku mantel, kemudian kembali ke hotel. Ketika melewati kamar Vero He, ia sempat mengetuk pintu namun tidak mendapat jawaban. Ia kemudian dihampiri oleh pengawal pribadi Taylor Shen yang datnag dan mengabarkan Nyonya Shen dan Tuan He lagi keluar.

Erin pun bergegas ke kamar. Ia di sana menuang segelas air panas, mengambil beberapa tablet postpill dari kotak obat, dan menegaknya berbarengan. Si wanita duduk di sisi jendela sembari mengamati hamparan salju yang luas di luar. Berhubung belum sarapan sebelum minum postpill, si wanita merasakan rasa sakit timbul dari perutnya.

Erin berusaha keras menahan rasa sakit di perutnya, lalu baru sadar langit sudah menggelap. Ia kemudian baru menyadari dirinya sudah duduk di sini dari siang hingga sore. Ketika Erin bangkit berdiri, pintu di belakangnya dibuka dan pria yang belum ia jumpai hari ini melangkah masuk.

Ketika menatap Erin sambil tersenyum, sudut mata James He tidak sengaja menangkap sekotak obat yang ditaruh di atas meja. Dengan air muka yang berubah, ia menghampiri Erin.

Seperti sadar James He telah melihat sesuatu, Erin segera menahan jalannya dan menggenggam kotak obat dengan erat di belakang punggung. Ia bertanya dengan wajah tenang yang dipaksakan: “Kamu sudah kembali? Pengawal pribadi bilang kamu dan Nona He keluar.”

James He menatap Erin dingin. Ia meminta: “Ulurkan tanganmu, berikan obatnya padaku.”

Saking eratnya Erin menggenggam, kotak obat jadi agak penyok. Ia menggeleng, “Aku sudah meminumnya, jadi kamu mau bawa pergi kotaknya pun tidak ada guna.”

Selama perjalanan pulang tadi, hati James He sangat gembira karena bisa segera kembali ke sisi Erin dan mencumbuinya. Ia ingin merayakan takdir bahwa mereka masih bisa bersatu meski sempat saling melewatkan sepuluh tahun. Sepuluh tahun, dua puluh tahun, bahkan seumur hidup dari hari ini, ia bersumpah tidak bakal melewatkan Erin lagi!

Tetapi, yang ia lihat ketika pulang adalah sebuah postpill di atas meja. Ia sama sekali tidak asing dengan obat itu dan paham gunanya. Ini membuat gelora yang ada di dalam dirinya seketika lenyap. Kemarin malam, Erin sudah memberikannya kebahagiaan yang luar biasa. Meski kesakitan, wanita itu tetap mau diajak kerjasama melakukan gaya yang ia mau.

James He pikir mereka sudah sampai ke tahap berpasangan yang sangat intim, namun postpill sudah menarik harapannya dari langit ke dasar bumi. Sebelum dikecewakan begini, si pria bahkan sudah berpikir untuk cerita soal hubungan mereka ke Bibi Yun dan melamar Erin sepulang dari Kota Tong. Dengan begitu, mereka bisa berdamingan tanpa perlu sembunyi lagi.

Tetapi Erin-nya…… Ketika ia sudah merencanakan masa depan mereka, Erin malah diam-diam minum postpill!

Dengan hati berdesir, James He merebut paksa kotak postpill dari tangan Erin. Membaca tulisan “obat anti-hamil yang efektif maksimal tujuh puluh dua jam setelah seks”, wajahnya memuram. Ia membuka kotak itu dan tidak menjumpai satu pun tablet lagi di dalam. Si pria tertawa kecil sembari menahan marah, “Erin, kamu sangat tidak ingin mengandung anakku sampai minum habis semua kapsul ya?”

Erin merinding ditatap oleh James He. Nada bicaranya sangat lembut, tetapi tatapannya menyiratkan kemarahan yang sangat tinggi. Ia membuamng muka dan berujar lirih: “James He, jangan berpikiran sempit begitu. Aku tahu bagaimana rasanya tidak punya ayah dari kecil. Aku tidak ingin anak kita saat dilahirkan nanti mengalami hal serupa.”

“Bagimana bisa dia mengalami hal serupa? Aku mati atau apa?” tanya James He emosional. Kok bisa-bisanya Erin berpikir anak itu tidak akan dapat kasih sayang ayah setelah dilahirkan?

“Bukan begitu maksudku.”

“Jadi apa?” desak James He. Tidak mendapat jawaban lanjutan, si pria kembali bertanya, “Atau kamu tidak pernah berpikir hubungan kita tidak punya masa depan?”

“Iya, hubungan kita tidak akan bisa diwujudkan.” Erin bertutur datar, “Kamu pemimpin keluarga He, sementara aku putri seorang pembantu. Mamaku merasa berhutang budi pada keluarga kalian karena sudah dipekerjakan begitu lama, jadi dia pasti marah besar kalau kita berpasangan. Alasannya, hubungan kita hanya akan merendahkan harga diri keluargamu. James He, aku suka denganmu. Sebelum kamu tahu, aku sudah suka duluan denganmu. Waktu muda, aku pikir hubungan kita mungkin bisa punya masa depan, namun sekarang aku tahu itu mustahil. Kemarin malam aku pada mulanya berhubungan seksual denganmu hanya karena terpaksa, tetapi setelahnya aku menjalaninya dengan senang hati. Aku pikir, kalau hanya satu malam kemarin yang tersisa buat kita, aku harus menikmatinya sebaik mungkin. Waktu tahu kamu sudah cerai, aku jujur merasa senang meski paham itu tidak etis. Aku sungguh senang karena bisa memiliki kamu sepenuhnya, bukan setengah-setengah karena berbagi dengan wanita lain.”

James He terhenyak karena tidak menyangka Erin akan tiba-tiba menyatakan cinta. Pada momen ini, ia tidak tahu dirinya harus memeluk Erin atau mencekiknya sampai mati. Sungguh, Erin selalu mempermainkan emosinya dengan sangat mudah.

Satu detik lalu James He masih dibuat marah sekali oleh si wanita, satu detik kemudian ia sudah dihanyutkan oleh kata-kata cintanya.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu