You Are My Soft Spot - Bab 39 Aku Bisa Mendapatkan Apa Darimu

Pesawat pun mendarati di bandara Kota Tong, Tiffany berjalan keluar dari bandara di antara kerumunan orang-orang, cuaca di luar bandara sedang mendung dan gerimis, seperti suasana hatinya sekarang.

Taylor berdiri di sampingnya, kedua tangannya ia letakkan dalam kantong celana panjangnya, mungkin karena tadi saat di pesawat ia tertidur, wajahnya tampak sangat lelah dan tak bertenaga, ia melirik ke arah Tiffany yang berdiri diam di tempat sambil melamun, lalu berkata, "Kuantar kau pulang."

Tiffany menatap ke arah Taylor, awalnya ia hendak menolak kebaikan Taylor itu, namun tiba-tiba ia pun teringat kembali tujuan utama dirinya ikut Taylor ke Kota C, ia pun menelan kembali ucapan yang hendak ia ucapkan, dan berkata, "Terima kasih Paman Keempat Kakak Ipar."

Setelah naik ke dalam mobil, Tiffany menganggukkan kepalanya kepada Budi sang supir yang duduk di kursi depan, melihat dua orang yang keluar dari bandara bersamaan itu, Budi berkata, "Nona Kedua pasti lelah ya dinas keluar kota, Anda terlihat kurusan."

Tiffany tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, ia selalu merasa sikap Budi agak sedikit aneh, ia adalah supir Taylor, jelas ia banyak berhubungan dengan Keluarga Shen, tak mungkin kalau dia tidak tahu dirinya adalah istri dari William, tapi kenapa ia selalu memanggilnya, "Nona Kedua."

Taylor melirik ke arah Budi sejenak, lalu berkata, "Budi, antarkan dia kembali ke kantor dulu."

"Baik." Budi pun segera menyalakan mobilnya dan pergi dari situ.

Mobil mereka melewati jalan tol, Tiffany memiringkan kepalanya menghadap Taylor yang sedang memejamkan matanya dan beristirahat, kelihatannya Taylor sangat lelah, kantong matanya terlihat sedikit hiram. Kemarin malam Tiffany tidur di atas ranjangnya, ia pasti tidak nyaman tidur di sofa.

Awalnya, ia ingin mengambil kesempatan ini untuk membicarakan proyek di Kota C, tapi ia sama sekali tidak enak untuk membuka mulutnya.

"Ada yang ingin kau katakan padaku?"

Tiba-tiba, terdengar sebuah suara pria yang berat di telinga Tiffany, Tiffany pun langsung melihat ke arah Taylor, mata Taylor tertutup, tapi sepertinya ia bisa membaca pikiran orang, ia bisa membaca pikiran Tiffany dengan tepat.

Tiffany berpikir, kalau Taylor tidak tertidur, ya sudah lebih baik kukatakan saja langsung, "CEO Shen, apa kau bisa menyerahkan program dekorasi proyek Kota C sepenuhnya pada Winner Group? Perusahaan kami memiliki pengalaman di bidang dekorasi interior selama 30 tahun, tim desainer kami juga memiliki desainer-desainer yang profesional......"

"Perusahaan kami sudah menentukan partner kerjasama kami sendiri, kalau dilihat dari prestasi Winner Group, sepertinya Winner Group masih belum bisa bertanding dengannya." Taylor membuka matanya dan menatap Tiffany dengan serius. Saat membicarakan masalah pekerjaan, Tiffany memanggilnya "CEO Shen", panggilan yang menarik, bukan memanggilnya "Paman Keempat Kakak Ipar", apa ia tidak ingin menggunakan hubungan kekerabatan mereka dalam pekerjaan?

"......" Setelah Tiffany ikut dengannya ke lapangan konstruksi, ia pun tahun kalau proyek ini tujuannya ingin membangun kompleks villa mewah terbesar di seluruh Asia, dengar-dengar katanya, meskipun proyek ini masih belum berjalan, villa-villa di situ sudah terbeli habis. Villa mewah dengan level yang seperti ini, tentu saja harus dilengkapi dengan merk perabotan rumah dan dekorasi tingkat internasional, bukan perusahaan kecil seperti Winner Group ini.

Tapi Tiffany masih ingin mencoba lagi, kalau ia sudah berusaha dengan sekuat tenaga, bagaimanapun hasilnya ia tak akan menyesal.

"CEO Shen......"

"Seberusaha ini kah kau menginginkan proyek ini, memangnya apa yang bisa kau dapatkan? Kekuasaan atau uang?" Taylor langsung menanyainya, saat ini ia bukanlah pria yang selalu memeluk Tiffany dengan hangat itu, saati ini ia adalah seorang pebisnis yang cerdas dan teliti.

Aura pria yang dewasa itu terasa sangat penuh dengan tekanan.

Tiffany merasa pria ini bisa menebak semua yang ada dalam pikirannya. Bagi Taylor, Tiffany tampak seperti anak burung yang baru saja keluar dari cangkang telurnya, sangat polos.

"Posisi direktur tim kreatif, jelas, gaji tahunan posisi itu mencapai miliyaran." Semua pikiran Tiffany sudah terbaca oleh Taylor, untuk apa ia menutup-nutupinya lagi. Tidak ada orang yang bekerja mati-matian untuk berkorban dan berjasa bagi perusahaan, Tiffany tak sebaik hati itu, ia adalah orang yang apa adanya.

Kekuasaan dan uang, dua-duanya ia mau.

Mata Taylor yang hitam dan dalam itu tampak sedikit tersenyum, ia memegangi dagunya, seperti sedang berpikir, "Kalau begitu, kalau kau bisa mendapatkan proyek ini, aku bisa mendapatkan apa darimu?"

Sampai turun mobil pun, perkataan Taylor tadi terus terngiang di telinga Tiffany, "Aku bisa mendapatkan apa darimu?"

Tentu saja Tiffany tahu kalau pikiran Taylor itu pasti bukanlah suatu pikiran polos yang biasa, ciuman yang ia berikan di restoran Kota C itu benar-benar terasa sangat jelas, bukan seperti sedang mencoba-coba. Awalnya, ia berpikir kalau itu semua tidak mungkin terjadi, dalam ingatan Tiffany, Taylor adalah seorang pria yang sangat dewasa, adil, lembut, dan baik hati. Lindsey sudah mengkhianatinya, Tiffany juga sudah membantunya membalasnya.

Tapi tadi saat di mobil, saat Taylor mengungkapkan maksud dan tujuannya dengan jelas langsung di hadapan Tiffany, semua ingatan Tiffany akan Taylor tergusur rata.

Taylor tak kekurangan wanita-wanita cantik di sekitarnya, wanita-wanita itu jauh lebih baik darinya ribuan kali lipat, kenapa ia malah memilihnya?

Atau jangan-jangan ia sudah tahu kalau keponakannya sudah meniduri istrinya, oleh karena itu ia ingin membalasnya dengan cara yang sama?

Tiffany menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha keras membuang jauh-jauh pikiran gilanya itu. Meskipun ia tak terlalu sering berhubungan dengan Taylor, tapi isi hatinya mengatakan bahwa Taylor bukanlah orang seperti itu. Apa mungkin karena dirinya cantik, Taylor jadi tertarik padanya?

Tiffany menjadi muak sendiri dengan pikirannya itu, apapun maksud dari perkataan Taylor tadi, ia sudah tidak bisa mengikuti proyek ini lagi. Posisi direktur tim kreatif yang bergaji miliyaran tak cukup untuk menjual dirinya sendiri. Apalagi, Taylor bukanlah orang yang bisa ia dekati begitu saja.

Tiffany berjalan menaiki tangga, tiba-tiba ada seseorang yang berjalan ke arahnya dan menariknya, lalu mendekapnya dalam pelukan, Tiffany masih tercengang, namun ciuman orang itu sudah menempel pada bibirnya seperti tetesan air hujan kecil.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu