You Are My Soft Spot - Bab 119 Aku Bisa Membawamu Pergi (1)

Kesedihan Tiffany Song semakin menjadi-jadi begitu mendengar kata-kata Stella Han ini. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semua kekacauan ini pada sahabatnya itu. Ia hanya bisa tengkurap di ranjang dan menangis kencang seperti orang kesetanan.

Stella Han pun jadi semakin iba. Ia memang sudah menebak, Tiffany Song dan Taylor Shen bertengkar akibat foto skandal ranjang. Ia ikut naik ke ranjang, lalu menepuk-nepuk bahu Tiffany Song sambil berusaha menenangkannya: “Tiffany Song, jangan menangis. Kalau kamu menangis, aku juga mau menangis.”

Stella Han sangat kesal pada peristiwa ini. Saking kesalnya, ia merasa seperti ingin mengajak orang, siapa pun itu, untuk bertengkar. Ia tahu viralnya betapa besarnya dampak yang ditimbulkan dari foto viral ini bagi Tiffany Song. Ia takut hidup temannya nanti tidak akan bisa kembali normal lagi.

Tiffany Song gigit-gigit bibir. Suara tangisnya perlahan menghilang, yang tersisa hanya isakan-isakan yang terdengar sesekali. Mungkin karena kelelahan menangis, beberapa lama kemudian wanita itu langsung terlelap. Stella Han duduk di samping ranjang menatap wajah Tiffany Song yang pucat. Ia kemudian merapikan rambut Tiffany Song yang basah karena terkena air mata. Matanya perlahan-lahan merah, dan ia pun jadi ikut menangis. Sambil menangis, Stella Han menepuk-nepuk pundak sahabatnya: “Tiffany Song, tidurlah. Nanti, saat kamu bangun, semuanya akan sudah berlalu.”

Stella Han tiba-tiba terpikir sesuatu. Ia mengambil tasnya, lalu keluar dari kamar tidur. Ia berjalan ke ruang tamu untuk menelepon Taylor Shen. Pria itu tengah rapat. Begitu menyadari ponsenya bergetar, Taylor Shen langsung memberi kode pada semua peserta rapat untuk berhenti sementara. Ia kemudian mengangkat telepon itu, dan di seberang sana langsung terdengar makian Stella Han: “Taylor Shen, brengsek kamu. Aku tidak seharusnya mengizinkan Tiffany Song berhubungan denganmu. Kamu apakah sih dia sampai bisa seperti ini?”

Wajah Taylor Shen seketika cemas. Ia menjawab pelan: “Tolong Nona Han beberapa hari ini temani dia.”

“Apa maksudmu? Kamu mau meninggalkan dia hanya karena foto skandal ranjang, ya kan? Aku pikir kamu tidak brengsek seperti Wiliam Tang, ternyata sama saja. Sudahlah jangan khawatir, Tiffany Song tidak akan menganggumu lagi selamanya. Bye!” Stella Han langsung mematikan telepon dengan beringas. Telepon itu sama sekali tidak berhasil meredakan kemarahannya, bahkan malah membuatnya semakin menjadi-jadi.

Ia tahu Tiffany Song sangat cinta dengan Taylor Shen. Kadar cinta Tiffany Song padanya bahkan mungkin hanya kalah dari kadar cinta dia ke William Tang dulu. Sebenarnya siapa yang sekeji ini sampai mengunggah foto-foto Tiffany Song di Internet?

Setelah puas mengomel sendiri, Stella Han pergi ke kamar tidur utama dan mengambil komputer Tiffany Song. Ia mencari gambar-gambar terkait, tetapi satu foto pun tidak ditemukan. Foto-foto itu sepertinya sudah dihapus total oleh seseorang. Ia membuang nafas lega. Untung tidak ada foto-foto itu, kalau tidak emosinya pasti akan semakin terpancing.

Ketika ingin mematikan komputer, Stella Han secara tidak sengaja mengklik sesuatu dan masuk ke sebuah forum diskusi. Judul diskusinya adalah “Foto Skandal Ranjang Tadi Pagi, Aku Sudah Cari Tahu Siapa Pemeran Wanitanya!”

Stella Han langsung marah sekali membaca judul diskusi ini. Sebenarnya siapa orang kurang kerjaan yang tega melakukan tindakan sekeji ini pada sahabatnya? Ia menggerakan mouse ke bawah, dan di bagian itu semua data Tiffany Song, termasuk nama, profil singkat, dan alamat, tertulis lengkap. Di kolom komentar, ada banyak sekali orang yang memaki-maki sahabatnya itu dengan kata-kata yang luar biasa kotor.

Semakin melihat ini, Stella Han semakin marah. Ada pengguna situs yang bilang pemeran wanita ini tidak menjaga baik-baik kehormatannya sebagai perempuan. Mereka bilang Tiffany Song telah menggoda paman suaminya dan mereka berdua tertangkap basah di ranjang. Foto-foto skandal ranjang yang beredar tadi pagi disebut-sebut dijepret oleh suami Tiffany Song. Wanita ini akhirnya diceraikan suaminya tanpa mendapat harta apa pun. Dasar wanita tidak tahu malu!

Stella Han marah sekali hingga menggebrak meja. Ia membuat satu akun baru dan membalas komentar barusan: “Kreativitas dari mana ini? Kalian-kalian mau menamparnya kesana-kemari tanpa henti?”

Baru Stella Han mengunggah balasannya, ia langsung diserang balik oleh buzzer-buzzer lain. Ada yang bilang ia wanita rendahan, ada pula yang menuduh bahwa ia sendiri lah si pemeran perempuan dalam foto-foto panas itu. Stella Han gusar sekali membacanya. Buzzer-buzzer saat ini sungguh tidak bisa berpikir kritis, mereka tidak mampu membedakan mana yang jahat dan yang baik. Ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Tiffany Song bila sahabatnya itu membaca komen-komen ini satu per satu.

Stella Han terus balas-balasan komentar dengan buzzer-buzzer itu sepanjang pagi. Ia seorang pengacara, kata-katanya tajam. Sayang, pada akhirnya ia terpojok karena yang dilawannya jauh lebih banyak jumlahnya dari dirinya seorang. Buzzer memang punya kekuatan yang tidak boleh diremehkan. Sekalinya mereka bersuara, orang-orang lain perlahan akan ikut percaya dengannya. Ketika berbalas-balasan komentar, Stella Han secara tidak sengaja memerhatikan ada netizen dengan nama @OrangIniSukaTaylorShen.

Mungkin karena merasa rahasianya terancam, orang itu langsung kabur dengan cepat. Setelah orang itu kabur, netien-netizen lain sontak ikut diam. Stella Han mengenryitkan alis dan mengambil ponselnya. Ketika ia bersiap menelepon Karry Lian, pria itu malah meneleponnya terleih dahulu. Stella Han mengangatkan telepon, “Kakak Senior Karry, ada urusan apa meneleponku?”

“Stella Han, aku sudah melihat foto-foto yang tersebar di internet. Dia…… Dia sekarang bagaimana?” Jordan Bo duduk di mobil sambil mengamati puluhan orang mencurigakan yang curi-curi pandang di depan kompleks apartemen. Mereka sesekali berbisik satu sama lain. Ia rasa mereka datang juga karena foto adegan ranjang.

“Suasana hatinya sangat buruk. Ia menangis sepanjang pagi dan barusan tertidur setelah kelelahan menangis,” ujar Stella Han sambil meregangkan pinggang. Ia butuh olahraga sejenak, sebab dari pagi ia terus duduk dan berdebat dengan netizen-netizen.

“Aku boleh ke sana menemui dia?” tanya Karry Lian ragu.

“Datang saja.” Stella Han dalam hati berpikir, Tiffany Song sedang dirundung masalah berat, biarlah ada satu orang tambahan untuk menemaninya.

Stella Han mematikan telepon. Ia mengamati postingan barusan lagi. Tidak ada balasan lagi, ia pun lega. Saat Kakak Senior Karry datang nanti, ia ingin memintanya untuk mengecek alamat IP si @OrangIniSukaTaylorShen itu. Ia punya firasat orang ini kenal Tiffany Song, siapa tahu saja orang ini juga yang punya dendam ke sahabatnya itu dan melakukan ini semua.

Sepuluh menit kemudian bel apartemen berbunyi. Stella Han berjalan untuk membukakan. Karena alamat apartemen ini sudah terunggah juga di internet, ia mau tidak mau harus melirik dulu orang di luar pakai kaca kecil yang ada di pintu. Setelah yakin itu Karry Lian, ia baru membukakannya.

“Cepat masuk, Kakak Senior Karry. Tidak ada orang yang mengikutimu kan?” ujar Stella Han sambil menutup pintu cepat-cepat dan menguncinya.

Karry Lian menggeleng, “Memang ada apa?”

“Ada orang jahat yang mengunggah alamat apartemen ini di internet. Aku takut nanti ada orang yang datang ke sini untuk berbuat yang tidak-tidak.” Stella Han sebenarnya punya alasan lain mengizinkan Karry Lian datang. Ia khawatir tidak bisa melawan orang-orang jahat itu kalau mereka naik.

“Pantas saja……” ujar Karry Lian sambil mengernyitkan dahi.

“Apa?” tanya Stella Han bingung.

“Barusan di depan kompleks apartemen aku lihat orang yang mencurigakan. Kemungkinan besar itu orang yang mau aneh-aneh. Tetapi tenang saja, di pos keamanan sudah ditambahkan petugas kok. Aku saja baru bisa masuk setelah ditanyai cukup lama,” ujar Karry Lian.

“Kasian sekali Tiffany Song, cobaan yang satu belum selesai, selalu saja ada cobaan baru datang,” ujar Stella Han mengiba. Ia kemudian teringat diskusi barusan, “Oh iya Kakak Senior Karry, aku ingat dulu kamu ada belajar IT Network. Bisakah kamu bantu aku cek sebentar alamat IP sebuah akun? Si sialan itu sepanjang pagi terus mengkritik dan memaki-maki Tiffany Song di Internet. Aku kesal sekali.”

“Laptopnya mana?”

“Di kamar Tiffany Song, sebentar aku ambilkan.” Stella Han masuk ke kamar tidur utama sebentar, lalu keluar dengan membawa laptop Apple putih. Ia menyerahkan laptop itu ke Karry Lian dan pria itu pun langsung mengetik kode-kode IT. Beberapa lama kemudian, alamat IP orang itu akhirnya terlacak. Karry Lian kemudian meng-copy alamat IP itu ke sebuah website, dan lokasi yang bersambungan dengan alamat IP itu pun langsung muncul.

Karry Lian mengernyitkan dahi: “Orang itu pakai Wi-Fi umum, tidak bisa dilacak.”

“Wah, sepertinya memang punya dendam pada Tiffany Song,” keluh Stella Han. Ia sungguh kesal tidak bisa mengetahui identitas si pelaku.

Karry Lian mengetikkan sesuatu di laptop, lalu tidak lama kemudian menaruh laptop itu di meja teh sambil berkata: “Aku sudah blokir komentar-komentar itu. Postingannya juga kubuat jadi tidak bisa terlacak lagi.”

“Nah bagus, akhirnya tidak perlu melihat komentar-komentar yang menusuk hati itu,” ujar Stella Han lega.

Karry Lian mengangguk: “Tadi kamu bilang alamat apartemen ini diunggah ke Internet kan? Sepertinya kalau kalian terus tinggal di sini akan cukup berisiko.”

“Aku juga berpikir begitu. Aku memang berencana menunggu Tiffany Song bangun baru bertanya pendapatnya. Pukulan yang diterima Tiffany Song atas kejadian ini sangat besar, aku takut suatu hari nanti ia benar-benar tidak berani keluar lagi. Aku ingin bawa dia tinggal beberapa hari di rumahku. Di sana tidak ada orang kenal dia. Nanti, setelah suasana hatinya sudah membaik, kami baru pulang ke sini,” balas Stella Han.

“Iya, untuk sementara waktu keluar saja dulu dari sini. Nanti saat kalian mau pergi aku antar kalian,” angguk Kakak Senior lian sambil menatap ke kamar tidur utama dengan khawatir.

Tiffany Song orang yang kuat, ia pasti akan bisa melalui semua ini.

Stella Han kemudian melihat jam dinding dan langsung berdiri sambil berkata: “Kakak Senior Karry, kamu duduk sebentar, aku masakkan makanan dulu.”

Karry Lian mengangguk. Melihat Stella Han pergi ke dapur, ia bangkit berdiri dari kursinya dan berjalan ke kamar tidur utama. Pintu kamar itu terbuka, ternyata tidak ada orang di dalam. Kamar seberang, sebaliknya, tertutup rapat. Ia ragu-ragu sejenak, lalu memutuskan membuka engsel pintu.

Kamar sangat terang karena mendapat cahaya dari luar. Karry Lian belum sadar di atas ranjang ada orang yang tengah berbaring. Ia terus berjalan ke sisi ranjang, dan akhirnya ia melihat Tiffany Song terbaring di atas sana.

Tiffany Song mengernyitkan alis seperti terganggu sesuatu. Karry Lian menunduk memperhatikannya. Melihat wajah Tiffany Song yang putih pucat, ia jadi iba. Ia mengulurkan tangannya untuk mengelus wajah Tiffany Song, tetapi begitu tangannya sudah berjarak sangat dekat dari wajah wanita itu, ia mengulurkan niatnya. Ia hanya mampu berkata pelan: “Tidur lah, tidur senyenyak-nyenyaknya, saat kamu bangun nanti semoga semuanya sudah berlalu.”

Tiffany Song langsung membelalakkan mata, ia sepertinya terkejut. Melihat Karry Lian berdiri di sampingnya, ia kaget setengah mati. Karry Lian kemudian melambai-lambaikan tangan tepat di depan mata wanita itu: “Tiffany Song, sudah bangun?”

Kesadaran Tiffany Song perlahan terkumpul. Menyadari ia masih telentang, ia langsung mengubah posisi jadi duduk. Wanita itu mengucek-ucek mata sambil bertanya: “Karry Lian, kok kamu bisa ada di sini?”

“Aku khawatir denganmu. Kamu tidak apa-apa kan?” Karry Lian duduk di sisi ranjang Tiffany Song sambil terus menatapnya. Wanita ini terlihat sangat rapuh akibat kejadian ini. Ia takut Tiffany Song tidak bisa pulih lagi selamanya.

Tiffany Song menunduk lalu menyindir dirinya sendiri dengan senyuman kecut: “Bahkan kamu saja tahu apa yang terjadi padaku. Aku yakin hampir semua orang di Kota Tong tahu kejadian ini. Aku sungguh kehilangan muka, aku takut nanti-nanti kalau aku keluar orang-orang akan memakiku dengan hinaan-hinaan kasar.”

Melihat Tiffany Song mencengkeram selimut erat-erat, Karry Lian memegang pundak Tiffany Song lalu dengan simpatik menyemangatinya: “Tiffany Song, jangan berkata seperti ini, ini bukan salahmu.”

Tiffany Song refleks menarik tangannya. Dengan wajah pucat, ia berkata: “Karry Lian, kamu tidak perlu menenangkanku. Kamu jangan khawatir, aku tidak apa-apa. Aku pasti bisa melewati semua ini. Semakin hidup kejam padaku, maka aku akan melawannya dengan semakin gagah berani.”

Karry Lian pun ikut menarik tangan dengan kecewa. Ia berkata, “Tiffany Song……”

“Kamu jangan melihatku seperti itu, aku benar-benar tidak apa-apa kok. Aku adalah Si Kecil yang tidak mudah dijatuhkan,” ujar Tiffany Song sambil berusaha tersenyum dan menguatkan diri. Baginya, pukulan yang ia peroleh dari foto skandal ranjang jauh lebih ringan daripada pukulan ketika ia tahu Taylor Shen lah pria dalam foto itu.

Karry Lian mendekap Tiffany Song dengan iba. Dengan satu tangan mengelus belakang kepala Tiffany Song, ia berkata lirih: “Tiffany Song, jangan memaksa dirimu sendiri tersenyum seperti ini. Senyummu malah membuatku khawatir. Kalau mau menangis ya menangislah.”

Tiffany Song terhenyak dan langsung melepaskan pelukan pria itu. Dengan mata berair, ia mengeluh: “Aku sudah menangis sepanjang pagi. Aku merasa seperti sudah menghabiskan seluruh jatah air mata seumur hidupku hari ini, jadi aku tidak mau menangis lagi. Karry Lian, kalau kamu benar-benar mengkhawatirkan aku, jangan suruh aku menangis lagi. Buat aku tersenyum, oke?”

Karry Lian menatap Tiffany Song lekat-lekat. Ia tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Ia jauh lebih sedih melihat Tiffany Song pura-pura tersenyum daripada menangis tersedu-sedu. Ia menanggapi: “Jangan tersenyum lagi. Semakin kamu tersenyum, aku semakin khawatir kamu akan melakukan yang tidak-tidak. Tiffany Song, kita adalah teman, kamu tidak perlu menyembunyikan apa pun dariku.”

Tiffany Song menggeleng sambil berkata: “Aku tidak akan melakukan yang tidak-tidak. Kalau aku mau melakukannya, aku sudah memukul-mukul kepalaku ke tembok sampai mati malam itu, Aku pernah bilang, dalam hidup ini ada banyak sekali kenyataan yang semakin kamu hindari maka kamu akan semakin terluka. Aku tidak ingin terluka, jadi aku menerima kenyataan. Aku percaya langit itu adil. Ketika kamu mengalami lebih banyak masalah daripada kebahagiaan, ia akan memberimu kebahagiaan yang melimpah di masa mendatang.”

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu