You Are My Soft Spot - Bab 164 Pasien Wanita Misterius di Rumah Sakit (2)

Pintu ruang kerja CEO Lian’s Corp diketuk dan dibuka asisten. Melihat Karry Lian tengah bersandar dekat jendela, si asisten buru-buru menghampirinya: “CEO Lian, aku sudah pergi ke rumah sakit itu sesuai perintahmu. Semua hak di sana normal-normal saja.”

Karry Lian mengenakan jas biru gelap bermotif garis-garis. Dengan kedua tangan berkacak di pinggang, ia mengalihkan pandangannya dari jendela ke asisten, “Kamu yakin sudah menelusuri semua tempat di sana?”

“Yakin.”

Karry Lian mengernyitkan alis. TIdak mungkin ah. Kakek malam-malam sembunyi-sembunyi ke rumah sakit tidak mungkin murni untuk mengecek penyakit. Di sana pasti ada rahasia sampai Kakek menyambanginya tiap beberapa hari sekali.

“Sebenarnya, CEO Lian, ada sesuatu yang agak aneh,” ujar asisten ragu-ragu.

“Apa?”

“Aku dengar dari perawat katanya di ruang pasien VIP ada seorang pasien yang sudah tinggal di rumah sakit hampir lima belas tahun. Dengar-dengar tidak ada orang yang menjenguknya. Selain perawat yang ditugaskan khusus untuk merawatnya, pertawat-perawat lain pun tidak boleh masuk,” tutur asisten.

Karry Lian menatap dingin, “Sudah cek siapa pasien di ruangan itu?”

“Belum. Kamu berpesan padaku untuk tidak bertindak gegabah, jadi ini aku laporan dulu ke kamu untuk menunggu perintah berikutnya,” geleng asisten.

Karry Lian menyipitkan mata. Lima belas tahun, kakek juga terluka lima belas tahun yang lalu. Lukanya sangat parah dan luas. Setelah melalui berulang kali operasi plastik, wajah kakek baru pulih seperti wajah normal. Hanya saja ia harus merelakan kedua kakinya diamputasi, jadi kemana-mana harus pakai kursi roda.

Apa ada sesuatu di antara kakek dan pasien itu? Apa pasien itu yang dikunjungi kakek saat sembunyi-sembunyi pergi ke sana?

Karry Lian mengelus hidung lalu memerintah: “Lanjutkan penyelidikanmu. Ingat, Kakek jangan sampai tahu soal ini, kalau tidak aku juga tidak akan bisa menolongmu.”

“Baik, CEO Lian.” Asisten agak merinding. Di satu sisi, ia bangga dapat tugas khusus dari bos. Di sisi lain, ia tahu risiko dari tugas ini sangat besar. Ia mengangguk dan bergegas keluar.

Wajah Karry Lian muram. Apa yang sebenarnya kakek sembunyikan darinya? Sudah lima belas tahun berlalu sejak peristiwa pria itu terluka. Saat itu Karry Lian masih kelas satu SMA. Papa dan mamanya selalu berkelit setiap ditanya soal peristiwa ini. Setelah kondisi kakek memulih, kabar soal peristiwa ini lenyap begitu saja bak ditelan bumi.

Sampai sekarang Karry Lian sama sekali tdiak tahu mengapa kakek terluka, juga di bagian mana lukanya tercipta. Keluarganya sepertinya punya banyak sekali rahasia yang tidak ia ketahui. Mungkin ia harus menemui Paman Kedua. Ia pasti sedikit banyak tahu soal peristiwa itu.

Karry Lian sontak memakai jaket yang ia gantung di lemari, mengambil kunci mobil, dan bergegas keluar kantor.

Ia dulu pengacara, jadi ia bisa dengan sangat mudah minta diketemukan sama Paman Kedua. Karry Lian menunggu di ruang jenguk. Tidak lama kemudian, Paman Kedua datang sambil didampingi polisi di ruang seberang. Pria itu mengenakan rompi kuning. Karry Lian langsung mengangkat gagang telepon dan mempersilahkan pria yang ada di belakang kaca di hadapannya mengangkat.

Karry Lian menyadari tatapan geram Mason Lian padanya. Pria itu mengangkat telepon dan langsung memaki-makinya: “Karry Lian, sungguh pengkhianat kamu! Aku sudah kasih kamu makan, kasih kamu pakaian, masukan kamu ke sekolah terbaik, masa pemenjaraan ini yang jadi balasan darimu?”

Raut Karry Lian tidak berubah sama sekali. Ia mendengarkan maki-makian Paman Kedua dengan tenang. Ketika pria itu sudah berhenti berbicara, Karry Lian baru menanggapi: “Paman Keempat, kamu sudah menjadikan aku musuh, jadi aku sah-sah saja balas dendam tanpa mempertimbangkan jasa-jasamu padaku kan?”

“Bajingan!” Kemarahan Mason Lian memuncak.

Karry Lian masih bertahan pada sikap tenangnya, “Paman Kedua, kamu sudah ada di dunia bisnis selama ini masa masih polos begini? Kamu kira aku yang memenjarakanmu? Sebenarnya bukan, yang memenjarakanmu adalah Taylor Shen. Ia menggunakan kamu untuk melawanku, lalu ketika kita saling cakar-cakaran ia meninggalkanmu dan tinggal mengambil keuntungan-keuntungan dari perseturuan kita. Kamu masak tidak paham ini?”

Mason Lian marah sekali sampai wajahnya berubah sangat merah, namun ia tidak bisa mendebat kata-kata Karry Lian. Sejak dijebloskan ke penjara, ia sudah berulang kali meminta pengacara untuk mempertemukannya dengan Taylor Shen, tetapi pria itu tidak muncul sama sekali di hadapannya. Dari sini bisa disimpulkan ajakan kerjasama Taylor Shen waktu itu tidak tulus. Pria itu pada dasarnya pasti tidak sungguh-sungguh mau bekerjasama.

“Paman Kedua, aku datang kemari untuk bertanya sesuatu padamu. Waktu itu, saat kakek luka-luka, ia luka di bagian mana saja?” Karry Lian mulai menyinggung tujuan utamanya kemari.

Seberkas keterkejutan muncul dalam tatapan Mason Lian, “Apa urusanmu bertanya begini?”

“Aku penasaran saja. Saat papa dan mamaku masih hidup, mereka tidak pernah mau bercerita soal ini tiap aku tanya. Sekarang hanya ada kamu yang tahu soal luka Kakek. Kalau Paman Kedua mau menceritakannya padaku, aku akan pertimbangkan untuk minta pengacara terbaik di Kota Tong jadi pengacaramu di pengadilan.” Karry Lian mencoba membujuk.

Mason Lian membuang muka dengan gelisah. Dengan suara bergetar, ia menyudahi: “Aku, aku tidak tahu. Kalau kamu ingin tahu, kamu tanya papa.” Pria itu kemudian mematikan telepon dan pergi dengan panik.

Karry Lian menatap tajam bayangan tubuh Mason Lian yang terbirit-birit. Ia heran sekali mengapa Paman Kedua jadi segelisah ini begitu ditanya soal insiden itu. Masak ia tidak tertarik sama sekali dengan tawaran diberikan pengacara terbaik di Kota Tong sih?

Sebenarnya ada fakta tersembunyi apa soal insiden kakek terluka ini? Dan pasien VIP yang tinggal di rumah sakit sudah selama lima belas tahun itu siapa pula?

Karry Lian menaruh gagal telepon dan bergegas keluar dari kantor polisi. Sepertinya ia harus pergi sendiri ke Rumah Sakit Kota An untuk menelusuri apa sebenarnya rahasia yang tersimpan di sana.

……

Tiffany Song kembali ke kantor dan menyuruh asistennya mencetak kontrak. Besok pagi ia harus pergi ke kantor He’s Corp untuk melakukan penandatanganan. Tiffany Song lalu masuk ruang kerjanya, membuka kembali komputer, lalu lanjut mengerjakan urusan.

Telepon sambungan internal perusahaan tiba-tiba berdering. Tiffany Song mengangkatnya dan asistennya langsung mengabarkan Nyonya Shen datang kemari. Setelah berpikir sejenak ia baru ingat siapa Nyonya Shen. Ia menyuruh asistennya mempersilahkan wanita itu masuk ruang kerjanya.

Jocelyn Yan berjalan masuk ruang kerja Tiffany Song dengan anggun. Ia melihat-lihat sekilas desain dan dekorasi ruangan itu, lalu memulai percakapan: “Jago juga ya kamu sampai bisa menggoda Paman Keempat mantan suamimu? Sungguh seorang wanita yang tidak tahu terima kasih.”

Tiffany Song sebenarnya ingin bangkit berdiri untuk menyambutnya, tetapi begitu mendengar kata-kata pembukanya yang sini ini ia memutuskan tetap duduk. Tiffany Song menanggapi, “Kamu kemari bukan hanya untuk menghinaku sebagai wanita yang tidak tahu terima kasih kan?”

Jocelyn Yan duduk di sofa lalu menjawab: “Iya lah. Sebagai mantan menantumu, kalau aku harus duduk sejajar denganmu, aku sebenarnya tidak senang. Tetapi, atas niat baik, aku kemari untuk mengabarkan bahwa Kakek tidak akan setuju dengan pernikahanmu dan Taylor Shen. Kami sendiri juga tidak akan setuju.”

“Aku dan Taylor Shen tidak butuh persetujuan siapa-siapa untuk menikah.” Tiffany Song menunduk membaca berkas, tetapi tidak ada satu kata pun yang masuk ke kepalanya.

“Oh ya? Mungkin kamu belum kenal betul dengan Kakek. Semua keputusan yang ia buat tidak bisa ditentang siapa pun, termasuk Taylor Shen. Aku ingin memperingatkanmu, dalam menghadapi wanita bejat seperti kamu, Kakek pasti akan menggunakan cara apa pun tanpa peduli konsekuensinya. Taylor Shen tidak akan bisa melindungimu.”

Tiffany Song bangkit berdiri, berjalan ke sofa seberang sofa Jocelyn Yan, dan duduk di situ. Ia menatap wanita itu lekat-lekat dan berbicara sambil menekankan setiap kata dalam kalimatnya: “Sekali pun seluruh dunia menolak hubungan kami, kalau Taylor Shen tidak melepaskan tangannya dari tanganku, aku juga tidak akan melepaskan tanganku dari tangannya.”

“Hehe, aku sungguh gemas melihat kamu dibutakan oleh cinta begini. Kamu masih ingat tidak kata-kata yang pernah kamu ungkapkan padaku? Endingnya bagaimana? Kamu dan William Tang bercerai kan? Berarti kamu menjilat ludahmu sendiri dong?” tanya Jocelyn Yan tersenyum dingin.

Tiffany Song merasa tersindir. Ia waktu itu susah payah menikah dengan William Tang di bawah penolakan anggota-anggota keluarganya. Sayang, pernikahan mereka tidak berjalan bahagia dan mereka pun cerai. Tiffany Song mendebat, “Taylor Shen bukan William Tang. Ia selamanya tidak akan meninggalkanku.”

Jocelyn Yan memasang muka iba, “Sepertinya kamu sudah dibuat bodoh dengan cinta yang kamu sebut-sebut terus itu.” Wanita itu kemudian membuka tas, mengambil selembar cek dari dalamnya, lalu menyodorkannya ke hadapan Tiffany Song: “Kakek memerintahkan aku memberikan ini padaku, cek senilai dua puluh miliar. Aku harap dengan cek ini kamu bisa melupakan Taylor Shen dan tidak berhubungan dengannya lagi.”

Tiffany Song menatap cek yang ditaruh di atas meja teh. Tatapannya memuram. Orang kaya memang suka mengandalkan uang untuk membujuk orang lain ya. Tiffany Song menolak: “Jadi di hati Kakek Shen, Taylor Shen hanya bernilai dua puluh miliar ya? Di hatiku, ia tidak ada nilainya. Bawa pulang cek ini dan kembalikan padanya. Aku tidak tertarik sama sekali.”

“Aku kemari hanya untuk menyerahkan cek itu padamu. Soal kamu akan menerimanya atau mengembalikannya ke kakek, itu urusanmu. Ruanganmu ini kok bau seperti orang habis bercinta ya, aku pusing sekali lama-lama di sini.” Jocelyn Yan bangkit berdiri dan langsung berjalan keluar.

Tiffany Song memadangi bayangan tubuh Jocelyn Yan dengan geram. Alisnya terangkat, mana mungkin ia tidak sadar tengah disindir diam-diam sebagai wanita pecinta seks? Wanita itu kemudian mengambil cek pemberian Jocelyn Yan. Kelihatannya Kakek Shen sudah mulai tidak sabaran ingin memisahkan ia dan Taylor Shen.

Dua puluh miliar bukan angka yang kecil. Kakek bisa seniat ini pasti karena ia sudah tidak mau menunggu lebih lama lagi. Tiffany Song sama sekali tidak merasa direndahkan dengan cek ini. Yang ia pikirkan malah bagaimana harus menyikapi pemberian ini……

Tiffany Song kembali ke meja kerjanya, merogoh ponsel, dan menelepon Taylor Shen: “Taylor Shen, kalau di rekeningmu ada tambahan dua puluh miliar, kamu akan melakukan apa?”

Taylor Shen mengernyitkan alis, “Siapa yang kasih kamu uang?”

“Papamu.” Tiffany Song tertawa.

“Oh, ya terimalah, anggap saja hadiah perjumpaan pertama dari seorang ayah pada calon menantunya. Nanti malam aku ke rumah kediaman keluarga Shen untuk berterimakasih padanya.” Taylor Shen merasa terpancing dengan ulah Kakek Shen ini. Ia tahu betul apa yang sedang dilakukan pria itu. Kakek Shen pasti ingin Tiffany Song mengambil uang ini dan meninggalkan dirinya.

“Nanti malam kamu mau ke rumah kediaman keluarga Shen?” tanya Tiffany Song hati-hati.

“Iya, mau bicarakan soal Angelina Lian dengan Kakek. Nanti malam aku suruh Budi jemput kamu, diam di rumah dan jangan buat aku khawatir, oke?” balas Taylor Shen lembut.

“Iya. Ini ceknya sungguhan ambil saja?” Tiffany Song awalnya mengira Taylor Shen bakal marah. Ia tidak menyangka dia akan menyuruhnya ambil cek ini.

“Uang Kakek banyak, kamu ambil sedikit ia juga tidak akan merasa kekurangan apa-apa. Kamu beli saja apa yang kamu mau, jangan sungkan-sungkan dengan dia,” jawab Taylor Shen sambil tertawa.

“Oke. Aku tunggu kamu di rumah.” Tiffany Song menatap cek. Berhubung Taylor Shen sudah bilang ambil saja, kalau ia tawar-tawar lagi pria itu pasti lama-lama akan kesal dengannya. Seumur hidup Tiffany Song belum pernah menjumpai uang sebanyak ini. Baiknya dipakai untuk beli apa ya?

“Baik.” Taylor Shen mematikan telepon. Ia sebenarnya ingin mengajak Tiffany Song pergi sama-sama ke rumah kediaman keluarga Shen, tetapi setelah dipertimbangkan, ia mengurungkan niat ini.

Taylor Shen menaruh ponselnya di meja, lalu pintu ruang kerjanya tiba-tiba dibuka seseorang. Eden Zhu masuk dengan tergesa-gesa, “CEO Shen, kamu masih ingat jerumbai berwarna yang ada tulisan SOS-nya? Aku dari dulu menugaskan orang untuk menelusurinya, sekarang akhirnya ketemu titik terang.”

“Katakan!” Taylor Shen berseru tenang. Selain kalau menyangkut Tiffany Song, tidak ada urusan yang bisa membuatnya jadi tidak tenang.

“Aku kenal seorang teman yang berprofesi sebagai detektif privat. Secara kebetulan, ia bertemu pasangan suami istri yang pernah kehilangan jerumbai berwarna. Mereka berasal dari Kota Tong. Dengar-dengar jerumbai berwarna ini setara dengan jimat bagi mereka. Mereka menghilangkannya saat pergi liburan ke Kota Z, sekarang mereka masih mencari-carinya.”

“Lanjutkan!” Taylor Shen mengernyitkan alis. Ia entah mengapa merasa akan ada kejutan lagi dari pernyataan Eden Zhu yang berikutnya. Mungkin sepasang suami istri ini kunci untuk mulai menelusuri insiden kebakaran lima belas tahun yang lalu.

“Sepasang suami istri ini bermarga Liu. Nyonya Liu dua tahun lalu kena kanker dan melakukan operasi di rumah sakit swasta terbaik di Kota Tong. Setelah operasi selesai, ia terus tinggal di rumah sakit ini untuk pemulihan. Dengar-dengar, ketika menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum operasi, ia sempat bertemu seorang wanita aneh. Wanita ini bisu, tuli, dan buta, dan ia mengembalikan jerumbai berwarna itu pada Nyonya Liu. Sungguh tidak disangka jerumbai berwarna ini benar-benar melindunginya saat operasi dan pemulihan. Sayangnya, ia tidak bertemu lagi dengan wanita aneh ini,” lanjut Eden Zhu.

“Wanita bisu, tuli, dan buta bisa pegang jerumbai berwarna yang bisa dibuat hanya oleh mama seorang…… Wanita ini ada hubungan apa dengan mama? Eden Zhu, Nyonya Liu itu waktu itu berobat di mana?” Taylor Shen melipat dahi. Ia waktu itu melihat sendiri mama mati dilahap api, mama tidak mungkin masih hidup sampai sekarang. Jadi wanita ini siapa?

“Rumah Sakit Kota An,” jawab Eden Zhu.

“Si wanita aneh itu selain bisu, tuli, dan buta punya ciri khas apalagi?” tanya Taylor Shen.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu