You Are My Soft Spot - Bab 182 Aku Temani Kamu (1)

Semua orang di kamar tamu langsung terdiam mendengar penuturan Paman Wei. Suasana menegang, orang-orang bahkan tidak berani bernafas. Pintu dikunci dari dalam, kunci cadangan tidak berpindah tempat, kamar juga tidak ada yang masuk, jadi bagaimana masuknya ular-ular itu?

Mungkinkah tuduhan Angelina Lian yang menyebut energi negatif Tiffany Song sangat berat benar? Semua orang saling bertatapan satu sama lain. Hanya ada satu orang yang tidak berani mereka tatap: Taylor Shen.

Taylor Shen mengernyitkan alis. Ia tidak percaya mitos soal energi negatif ini. Ular sebanyak itu bisa tiba-tiba muncul di kamar pastilah karena kesengajaan seseorang! Ia menatap Wayne Shen. Adiknya itu langsung paham apa maksud tatapannya dan bergegas pergi.

“Paman Wei, coba cek ulang. Cek siapa saja yang hari ini sempat pergi ke lantai empat. Aku tidak percaya di vila ini ada hantu yang bisa berubah wujud jadi ular,” perintah Taylor Shen lagi. Paman Wei menatap Tuan Besar Shen. Si tuan besar mengangguk, “Taylor Shen sudah kasih perintah kok tidak pergi juga? Buat apa menatapku begini? Memang wajahku ini rekaman CCTV?”

Paman Wei bergegas pergi melaksanakan perintah.

Mendengar penuturan Paman Wei soal rekaman kamera CCTV yang normal dan kunci cadangan yang tidak tersentuh, kedua tangan Angela He yang tadinya mengepal kini terbuka rileks. Ia menoleh ke Angelina Lian. Rekannya itu juga sedang tegang dan menoleh ke dirinya. Mereka relfeks membuang muka pada saat bersamaan.

Taylor Shen menatap Tiffany Song. Wanita itu melipat dahi dan geleng-geleng dalam tidurnya, entah apa yang ia mimpikan. Taylor Shen mengelus-elus jidat istrinya dan si istri kembali tenang.

Saat sudah cukup lama menatap Tiffany Song, Taylor Shen merasa di sebelahnya ada orang. Ia menoleh dan tatapannya langsung bertemu dengan tatapan iba William Tang. Ia langsung menoleh ke Tuan Besar Shen dan para asisten rumah sambil bertanya: “Kalian mengapa tidak pergi juga? Harus aku usir-usirin dulu?”

Tuan Besar Shen menggeretakkan gigi. Ia mengibas-ngibaskan tangan: “Sudahlah, sana balik ke kamar masing-masing. Ini sudah sangat malam.”

Taylor Shen bangkit berdiri. Dengan mengenakan jas hitam, ia memperingatkan semua orang dengan tegas, “Kejadian hari ini, kalau sampai aku dengar ada yang ungkit lagi, aku tidak akan lanjut tinggal di rumah kediaman keluarga Shen lagi. Paham?”

Mereka semua ketakutan mendengar ancamannya. Para pembantu rumah tahu kata-kata ini ditujukan pada siapa. Mereka menjawab bersama-sama: “Tuan Muda Keempat, kami paham.”

Taylor Shen mengalihkan pandangan ke Tuan Besar Shen, Jocelyn Yan, Angela He, dan Angelina Lian. Ia bertanya dengan lebih tegas lagi dari sebelumnya, “Kalian juga paham?”

“Taylor Shen, apa maksudmu? Kamu menganggap kami wanita-wanita centil yang senang bergosip?” tanya Tuan Besar Shen tidak terima.

Taylor Shen menyimpan kedua tangannya di kantong. Ia lalu menyindir, “Ini aku gantikan kamu untuk memberi pelajaran pada semuanya. Kalau kamu tidak senang, aku dan Tiffany Song bisa keluar sekarang juga.”

Tuan Besar Shen menengok ke kerumunan, “Kata-kata Taylor Shen kalian semua sudah dengar? Kalau sampai ada yang mengungkit-ungkit ini lagi, aku tidak akan beri ampun.”

Mereka semua mengangguk dan buru-buru kembali ke kamar.

Angela He dan Angelina Lian menatap satu sama lain. Mereka, Tuan Besar Shen, dan Jocelyn Yan ikut bubar bersama para pembantu rumah. Baru keluar sebentar, Angelina Lian protes pada ayahnya: “Pa, Kakak Keempat agak keterlaluan juga. Dia tidak punya bukti apa-apa malah……”

“Kan sudah dibilang tidak boleh diungkit lagi. Sudahlah, jangan bikin dia marah. Dia tidak akan mengasihani kamu nanti,” tegur Tuan Besar Shen. Melihat Angelina Lian bergumam-gumam tidak jelas dengan wajah gusar, pria tua itu berkata lagi: “Semuanya sudah lelah pasti kan, cepat pergi tidur.”

Angelina Lian mengucapkan selamat malam pada ayahnya. Setelah sang ayah sudah turun, ia menoleh ke Angela He yang daritadi diam seribu bahasa. Air mukanya tidak bagus, jidatnya juga penuh keringat. Ia memang sadar ada sesuatu yang tidak beres dengan kakak iparnya ini ketika berada di kamar tamu tadi. Ia mendekat dan memegang tangan Angela He, ternyata tangannya dingin. Ia bertanya, “Kakak Ipar Keempat, tanganmu mengapa dingin begini? Kamu flu?”

Angela He membalas pelan sekali: “Angelina Lian, jangan bilang begitu di depan umum. Gandeng aku balik ke kamar.”

Angelina Lian menyapukan pandangannya sekilas ke sekitar mereka untuk memastikan tidak ada yang menguping pembicaraan barusan. Ia lalu menggandeng Angela He ke kamar. Setibanya di kamar, yang digandeng langsung terduduk lemas di lantai. Angelina Lian makin tidak paham apa yang terjadi. Angela He terakhir memerintah, “Tutup pintu.”

Angelina Lian buru-buru menutup pintu dan menguncinya. Ia lalu berjongkok di samping Angela He dan bertanya, “Ular-ular itu kamu yang taruh?”

Angela He barusan lega begitu tahu Paman Wei tidak menemukan apa-apa yang janggal dalam pengecekannya. Tetapi, mendengar Taylor Shen memerintah bawahannya itu untuk melakukan pengecekan ulang, ia langsung tahu cepat atau lambat perbuatannya ini akan terbongkar.

Angela He dari kecil merupakan anak baik-baik. Menyuruh asisten rumah menaruh ular di kamar Tiffany Song adalah perbuatan paling kejam yang pernah ia lakukan. Ia tidak pernah melakukan perbuatan kejam lain, jadi hatinya saat ini sungguh tidak tenang.

Mendapat pertanyaan dari Angelina Lian, ia membalas judes, “Kalau aku yang taruh memangnya kenapa? Bukannya kamu bilang ketika ada momen yang tepat kita bisa memberi pelajaran sedikit padannya? Ular-ular tidak akan bikin dia mati kok, paling cuma ketakutan dan pingsan seperti sekarang.”

“Kakak Ipar Kelima, kamu sudah gila ya. Kalau Kakak Keempat tahu kamu pelakunya, ia pasti tidak akan melepaskanmu begitu saja,” balas Angellina Lian cemas.

Angela He teringat tatapan iba Taylor Shen pada Tiffany Song yang ia saksikan sendiri tadi. Ia sungguh menyesal tidak menyuruh asisten rumah menaruh ular yang beracun sekalian biar Tiffany Song mati. Semakin musuhnya itu bahagia, ia semakin ingin membuatnya berakhir tragis.

“Aku tidak takut apa pun. Aku tidak dapat cinta dia, jadi dapat benci dan kemarahannya juga oke. Angelina Lian, kalau kamu ingin menceramahiku, keluar saja kamu sekarang.” Angela He bangkit berdiri. Tragedi keguguran yang ia alami sungguh membuat kebenciannya terhadap Tiffany Song berlipat ganda. Yang ia inginkan sekarang adalah menyakiti kakak iparnya terus-menerus.

Angelina Lian menatap Angela He dengan terkejut. Ia baru tahu perasaan kakak iparnya ini pada Taylor Shen: “Kakak Ipar Kelima, kamu kan menikahnya dengan Kakak Kelima, mengapa……”

Angela He duduk di sofa sambil menunduk mengamati karpet di lantai, entah apa yang ai pikirkan. Angelina Lian menghampiri dan duduk di sebelah, “Kakak Ipar Kelima, kamu tidak boleh begini. Kamu sudah menikah dengan Kakak Kelima. Kalau pun di antara kalian tidak ada cinta, itu bisa dimunculkan perlahan-lahan. Kamu tidak boleh ingin selingkuh begini.”

“Ingin selingkuh?” Angela He tersenyum getir, “Aku itu menikah dengan Wayne Shen hanya biar bisa dekat sedikit dengan Taylor Shen. Yang aku ingin nikahi awalnya Taylor Shen, jadi kekejamanku ini sebenarnya hanya untuk mewujudkan impian itu saja kok, bukan untuk selingkuh.”

“Kakak Ipar Kelima……” Angelina Lian tidak menyangka ada orang yang menikah dengan tujuan seperti ini. Ia bertanya, “Kakak Ipar Kelima, kamu sedang bercanda kan ini? Hari ini aku sudah cukup kaget. Kalau kamu mengatakan kata-kata macam ini lagi, aku bisa mati ketakutan.”

Angela He manatap adik iparnya dengan tajam. Ia tersenyum tipis: “Angelina Lian, kamu ini pintar. Kamu dekat-dekat aku hanya biar bisa memperalat aku untuk mengusir Tiffany Song kan?”

“Kakak Ipar Kelima, aku……”

“Gimana tuh rasanya mencintai kakak kandung sendiri? Sangat menantang ya nampaknya?” tanya Angela he blak-blakan.

Angelina Lian kaget sampai refleks berdiri. Ia buru-buru pamit: “Aku tidak tahu harus berkata apa. Berhubung tidak ada urusan lagi, aku balik kamar dulu.”

Wanita itu keluar kamar dengan langkah cepat. Ia gigitg-gigit bibir dengan wajah muram. Angela He, si pionnya ini, sudah paham dengan strateginya. Ia harus putar otak untuk susun strategi lain.

……

Kini yang tersisa di kamar tamu hanya William Tang. Taylor Shen bertanya sinis, “Tidak pergi juga?”

William Tang berdiri dengan posisi tangan terlipat di punggung. Tatapannya berpindah dari orang yang terbaring di ranjang ke Taylor Shen. Ia menyindir dingin: “Kalau kamu tidak bisa melindungi dia setiap saat, mengapa kamu bawa dia ke tempat begini? Kamu tahu dia dari dulu takut ular tidak? Kalau ular-ular tadi beracun, yang berbaring di sini sekarang bukan orang bernyawa.”

Sindiran William Tang ini sangat keras. Kekesalannya pada Taylor Shen benar-benar terpancar keluar.

Taylor Shen mengernyitkan alis dan menyindir balik, “Kamu yakin kejadian ini bukan sirkus yang kamu desain dan perankan sendiri?”

“Apa maksudmu?” tanya William Tang.

“Di rekaman CCTV tidak ada orang yang naik ke lantai empat selain kamu. Kamu tidak merasa dirimu orang yang paling layak dicurigai?” Taylor Shen daritadi memang mencurigai William Tang. Bagaimana pun juga, pria itu masih punya perasaan pada Tiffany Song.

William Tang tertawa, “Ternyata cuma selevel ini kesabaranmu dalam melakukan penyelidikan. Karena gagal mencari tahu penaruh ular-ular itu, kamu malah menyalahkanku dengan gelap mata. Paman Keempat, lebih baik kamu mengaku saja kamu tidak bisa melindungi Tiffany Song. Lepaskan dia, jangan biarkan dia menderita terus bersamamu.”

Taylor Shen langsung terpancing emosi. Ia mencengkeram kerah baju William Tang dan menariknya mendekat. Ia lalu memaki, “Kamu panggil dia dengan nama aslinya? Dia sekarang Tante Keempat-mu. Mohon jangan mengabaikan identitasmu sendiri!”

William Tang menyingkirkan kedua tangan Tiffany Song dari kerhanya. Ia kini malah tertarik untuk semakin provokatif, “Kamu sendiri jangan lupa, Tiffany Song adalah mantan istriku, jadi ia mantan istri keponakanmu. Kalau pun kamu tidak peduli dengan masa lalu itu. Kamu tetap tidak bisa mematahkan ikatan emosional antara kami!”

Sembari merapikan kerah baju yang tadi dicengkeram, ia melanjutkan: “Ada satu hal lagi. Aku akan terus mengawasi kalian. Kamu jangan lengah, atau aku akan membuatmu menyesal.”

Taylor Shen mengepalkan kedua tangan. Ia mengerahkan segenap tenaga untuk menahan tangannya dari gerakan meninju William Tang. Ia berteriak sambil balik badan, “Keluar!”

William Tang merapikan lagi bagian bawah bajunya, menatap sekilas Tiffany Song, lalu keluar dari kaamr tamu.

Setelah ia keluar, Taylor Shen duduk di sisi ranjang dan kembali menatap Tiffany Song. Satu demi satu masalah terus saja muncul. Mereka hanya ingin bahagia sedikit, masak sesusah ini? Ia harus membawa Tiffany Song kembali ke Sunshine City.

Tetapi insiden kebakaran lima belas tahun yang lalu belum jelas. Ia mau tidak mau harus tetap tinggal di sini biar bisa menemukan petunjuk. Taylor Shen mengelus-elus pipi istrinya, “Tiffany Song, tahan diri lagi ya sebentar. Aku akan memberikan keadilan untukmu.”

Di pintu kamar terdengar ketukan pintu. Taylor Shen melepaskan tangannya, menyelimuti Tiffany Song dengan selimut, lalu berjalan ke pintu dan membukanya. Wayne Shen berdiri di depan, “Kakak Keempat, aku sudah mengecek rekaman CCTV lagi. Di sana memang tidak ada yang aneh. Setelah Kakak Ipar masuk kamar, selain William Tang, tidak ada lagi orang yang pergi ke lantai empat.”

Taylor Shen mengernyitkan alis, “Di waktu-waktu lainnya bagaimana?”

“Kami masih mengeceknya, rasa-rasanya besok pagi baru ketemu hasilnya. Aku barusan pergi ke kamar kalian. Pintu itu ternyata dikunci dari luar, bukan dari dalam,” lapor William Tang.

Taylor Shen memastikan, “Jadi maksudmu setelah Tiffany Song masuk kamar, ada orang yang membuka pintu kamarnya, memasukkan ular, dan menguncinya lagi dari luar? Itu biar dia tidak bisa kabur?”

“Betul. Jadi sesudah Kakak Ipar masuk kamar sampai sebelum William Tang mendobrak pintu, pasti ada orang yang datang ke kamar Kakak Ipar. Sayang, kamera CCTV entah mengapa tidak merekamnya sama sekali. Aku tidak paham mengapa bisa begitu.” Wayne Shen sungguh heran soal kamera CCTV ini. Ia sangat yakin ada potongan rekaman yang sengaja dihilangkan.

“Berarti ada orang yang memotong rekaman CCTV nya dong? Kalau begini kejadiannya, berarti pelakunya bukan satu orang, melainkan dua orang yang saling kerjasama,” simpul Taylor Shen. Rencana kedua pelaku ini sama sekali tidak mulus sampai ada bolong sebesar ini. Saking gugupnya, si penaruh ular nampaknya tidak sengaja mengunci pintu dari luar.

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu