You Are My Soft Spot - Bab 221 Jacob Shen Datang (3)

Taylor Shen tidak mendengarkan lagi kata-kata lanjutan si pembawa acara. Semua daya konsentrasinya terpusat pada wanita yang ada dalam bopongan Fabio Jin. Kalau bukan Vero He, siapa lagi itu?

Jadi setelah pergi dari ruang pasiennya, wanita itu langsung mencari pria lain untuk menenangkan kekacauan hatinya?

Taylor Shen terbakar api cemburu. Apa yang mereka lakukan setelah buka kamar? Fabio Jin juga menemani Vero He saat suasana hatinya berada di titik terburuk. Jangan-jangan mereka……

Taylro Shen berusaha keras untuk mencegah dirinya berpikir yang terlalu ekstrem. Meski begitu, bayangan adegan yang mereka lakukan di dalam kamar terus terputar berulang-ulang di benaknya. Ia bangkit berdiri dan berjalan mondar-mandir di ruang tamu dengan gelisah.

Lidahnya terasa kering seperti dibakar api cemburu, suasana hatinya juga makin lama makin tidak tenang. Benaknya dipenuhi gambaran Vero He berpelukan dengan Fabio Jin. Sialan, brengsek, Fabio Jin membuat harinya langsung rusak padahal baru bangun!

Taylor Shen bisa menerima pengabaian dan kebencian Vero He. Satu-satunya hal yang tidak bisa ia terima adalah Vero He jadi milik pria lain.

Bibi Lan muncul dengan sarapan yang sudah siap. Melihat bosnya mondar-mandir dengan aneh, ia mendekati dan bertanya: “Tuan, kamu tidak enak badan?”

Si bos tidak menjawab dan segera naik ke lantai atas. Melihatnya sudah sampai di bordes tangga lantai dua, ia memanggil lantang: “Tuan, kamu tidak mau sarapan?”

Pertanyaan ini dijawab dengan suara bantingan pintu. Bibi Lan menunduk melihat sarapan yang sudah ia siapkan sepenuh hati dan membuang nafas pasrah. Ketika ia menaruh sarapan itu di meja, ia mendengar langkah kaki tidak beraturan dari atas tangga ke bawah.

Bibi Lan menoleh dan menjumpai bosnya turun dengan baju yang sudah baru. Pria itu memakai sepatu, lalu keluar.

Bibi Lan mengamati bayangan tubuh Taylor Shen dengah bertanya-tanya. Orang ini mau ke mana?

Setelah mobil keluar kompleks, Taylor Shen melihat di pinggir jalan depan ada kios kecil yang menggantung koran hari ini. Jelas-jelas masih berjarak jauh, ia malah bisa melihat dengan sangat jelas ekspresi Vero He dalam foto itu. Sungguh menganggu mata, sungguh provokatif!

Crittt! Mobil direm dengan kencang tepat di depan kios. Pemilik kios menoleh melihat apa gerangan yang terjadi. Berjualan di dekat kompleks perumahan terkenal, ia sering menjumpai mobil-mobil mewah lewat. Meski begitu, Rolls-Royce seperti milik Taylor Shen adalah salah satu mobil yang paling jarang ia jumpai.

Pintu mobil terbuka, lalu terlihat sepatu kulit dan wajah tampan pemiliknya. Pemilik kios tergagap merasakan aura Taylor Shen yang intimidatif, “Tu, tuan, mau beli apa?”

“Koran hari ini, mau beli semuanya.” Taylor Shen merogoh dompet dan menaruh uang dua ratus ribu di meja depan pemilik kios. Tanpa menunggu si pemilik kios melayani, ia melepas sendiri koran-koran yang digantung, membuka pintu belakang mobil, dan melemparnya ke dalam. Ketika ia menoleh lagi, ia melihat koran yang meliput Vero He dan Fabio Jin masih tergantung di sana. Taylor Shen menariknya kasar hingga koran lecek.

Pemilik kios terkaget-kaget dengan setiap kelakuannya. Ia bertanya-tanya orang ini ada dendam apa pada koran sampai kesal sekali begitu!

Taylor Shen membawa koran masuk ke mobil. Ia mengamati tiga foto yang ada di halaman depan koran itu dengan cemburu. Pria itu lalu mengambil ponsel dan menelepon Christian. Ia menegur, “Christian, kamu itu bagaimana sih kerjanya?”

Christian tercengang tiba-tiba ditegur begini. Ia mengingat-ingat apa melakukan kesalahan selama satu dua hari ini. Setelah yakin tidak, ia membela diri: “CEO Shen, kamu mengigau?”

Ketika mengucapkan kata terakhir, sudut mata Christian secara tidak sengaja melihat koran yang ada di meja kerja. Ia menoleh dan memerhatikan ketiga foto di sana lekat-lekat. Tubuhnya seketika merinding, ia segera paham mengapa bosnya murka pagi-pagi begini.

“CEO Shen, pria dalam foto ini adalah Fabio Jin. Kita memang bisa mengontrol gosip soal dia?” tanya si asisten tidak paham.

“Yang digosipkan bareng dia adalah wanitaku, masak kamu tidak bisa lihat dengan jelas? Cepat urusi koran itu. Kalau lain kali muncul lagi berita begini, kamu aku kirim pulang ke Prancis!”

Sebelum Christian keburu menanggapi, telepon sudah dimatikan. Asisten itu menatap layar ponsel yang mati dengan gusar. Pria yang cintanya bertepuk sebelah tangan ini sungguh menyeramkan!

Berhubung hanya punya waktu sebentar, Christian segera menelepon beberapa orang untuk menarik koran dari peredaran.

Taylor Shen melempar ponsel ke tempat menaruh minuman di sebelahnya. Ia melihat lagi koran yang ia pegang, lalu melemparnya juga ke kursi penumpang depan. Pria itu pun melajukan mobil lagi.

……

Melihat Taylor Shen berjalan ke arahnya dengan wajah penuh kemarahan, Erin berusaha menghalangi, “CEO Shen, CEO He sekarang sedang ada urusan. Mohon kamu……”

Mana berhasil sih pria yang tengah dibakar api cemburu dihalangi? Erin akhirnya hanya bisa melihat Taylor Shen membuka pintu dan masuk ruang kerja bosnya. Vero He, yang tengah berkutat dengan berkas-berkas, mendongak melihat siapa yang datang. Begitu melihat sosok yang masuk adalah Taylor Shen, ia teringat kejadian kemarin yang sangat menyakitkan. Wajahnya pun memuram.

Erin berdiri di sebelah pintu sambil menatap Vero He dengan khawatir, “Nona He……”

Si wanita bangkit berdiri dan mengibaskan tangan tanda menyuruhnya keluar. Melihat wajah Taylor Shen yang merah padam, ia mengambil remote tirai dan menutup semua tirai. Wanita itu lalu bertanya santai bagai menyambut klien, “Tuan Shen, pagi-pagi datang kemari ada urusan apa?”

Tangan Taylor Shen tengah memegang satu koran yang tadi ia beli. Melihat Vero He tidak peka dengan kemarahannya, hatinya langsung jadi makin tidak senang. Ia melempar koran ke meja kerja si wanita dan menggeretakkan gigi: “Tiffany Song, bisa jelaskan ini apa?”

Vero He melirik sekilas koran itu dan menampilkan senyum tipis: “Tuan Shen memang siapa aku sampai berhak minta dijelaskan?”

“Tiffany Song!” Pelipis Taylor Shen cenat-cenut saking emosionalnya.

Vero He duduk dan mengambil koran dengan tenang. Sambil menyerahkan kembali koran itu ke empunya, ia berujar tenang, “Tuan Shen sepertinya masih belum memahami indentitasnya sendiri dengan jelas. Kalau sudah paham, nanti cari aku lagi. Eh, tidak, kalau sudah paham tidak perlu cari aku lagi.”

Sejak melihat koran sampai sekarang, hati Taylor Shen penuh cemburu dan iri. Setiap urat di tubuhnya terasa tegang hingga ia pegal-pegal.

Taylor Shen maju selangkah dan menarik Vero He bangkit berdiri dari kursinya. Sambil menatap si wanita lekat-lekat, ia menegur keras, “Tiffany Song, dengarkan aku! Kita belum bercerai dan kamu buka kamar dengan pria lain. Itu apalagi namanya kalau bukan selingkuh!”

Cengkraman tangan Taylor Shen di pergelangan tangan Vero He makin lama makin kencang. Si wanita meringis dan berusaha keras melepaskan diri, namun hasilnya nihil. Mendengar dirinya dituduh peselingkuh, ia ikut terpancing emosi, “Taylor Shen, kita tidak punya hubungan apa-apa jadi kamu tidak berhak mengontrolku begini. Sakit tanganku, cepat lepas!”

Si pria melihat dirinya sendiri dalam bola mata si wanita. Pria malang yang ditinggalkan…… Tujuh tahun lalu, ia akhirnya berhasil mendapatkan cinta yang bukan miliknya. Sebelum keburu merayakannya, ia sudah kehilangan cinta itu duluan.

Tujuh tahun kemudian, ia kembali mengejar cinta yang bukan miliknya lagi. Kali ini, ia tidak akan menyerah dan bersumpah akan menjaganya sampai mati setelah dapat.

Bukannya melembutkan cengkraman, Taylor Shen malah semakin mengencangkannya. Ia sudah seperti mau menghancurkan tulang-tulang tangan Vero He. Si pria menegur balik, “Kamu sendiri bagaimana? Kamu sudah membuatku sakit juga, tetapi tidak mau berhenti.”

“Taylor Shen……” Vero He mendongak menatap Taylor Shen. Ia bisa melihat rasa sakit yang kuat dalam mata si pria. Perutnya tiba-tiba terasa seperti dipukul-pukul oleh sesuatu sampai tidak bisa berkata-kata. Mereka mirip dua hewan liar yang terkunci di sebuah kandang dan terus menyakiti diri sendiri. Ada tujuh setengah miliar manusia di bumi, mengapa mereka berdua terus sibuk dengan satu sama lain sih? Lebih tepatnya, mengapa Taylor Shen selalu mendekati lalu menyakitinya terus?

“Kamu masih mau mengkhianati hubungan kita dengan bagaimana lagi?” tanya Taylor Shen satir. Vero He tercengang ditanya begitu.

Kemarahan langsung memenuhi rongga dadanya. Matanya terasa panas, namun ia berusaha keras mengendalikan suasana hatinya biar tidak menangis untuk kesekian kalinay di hadapan pria ini. Vero He tersenyum dingin: “Taylor Shen, semua orang boleh menunduh aku berkhianat, kecuali kamu!”

Hati Taylor Shen sakit mendapat balasan begitu. Ia harus melakukan apa untuk membuat si wanita rela bertahan di sisinya dan tidak dibawa pergi pria lain?

Vero He melihat aura yang aneh dalam tatapan Taylor Shen. Ia terkejut dan menggerakkan kaki untuk mundur. Sayang, antisipasinya gagal karena pinganggnya langsung ditahan si pria. Setelah menahan pinggangnya, Taylor Shen menahan kepala belakang si wanita dengan satu tangannya lagi. Tanpa keburu menghindar, Vero He hanya bisa melihat pria di hadapannya menempelkan bibir ke bibirnya.

Bibir keduanya dingin, tidak ada yang bisa menebar kehangatan. Selain sebagai simbol kepemilikan, ciuman ini tidak bisa melegakan hati keduanya yang terluka.

Mata Vero He membelalak. Ia hanya bisa melihat Taylor Shen dengan kabur karena jarak mereka terlalu dekat. Sekilas, pandangan Taylor Shen terlihat penuh nafsu bagai ingin menelannya hidup-hidup.

Gerakan bibir Taylor Shen di bibir Vero He makin lama makin hidup. Tangan si pria pun tidak lagi bertahan di kepala belakangnya, melainkan sudah masuk ke bajunya dan mengelus-elus punggungnya yang tegang.

Vero He melihat kekerasan hati dan nafsu birahi dalam mata Taylor Shen. Jantungnya berdebar cepat karena panik dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia mencoba melepaskan diri kencang-kencang, “Taylor Shen, lepaskan aku! Jangan paksa aku jadi makin benci kamu!”

Benci, kata ini untuk kesekian kalinya menusuk hati Taylor Shen. Dalam benak si pria kembali terbayang foto Fabio Jin menggendong Vero He masuk hotel. Ia sangat cemburu, cemburu sampai tidak bisa menjelaskan perasaan cemburunya itu dengan kata-kata. Ia hanya bisa memarahi si wanita lagi, “Kamu nafsu dengan pria kan? Ya sudah ini aku penuhi nafsumu, biar tidak menggoda pria lain seperti di koran!”

Vero He terhenyak, sementara Taylor Shen asyik menurunkan bibirnya ke leher si wanita. Si pria kemudian merobek baju Vero He. Setiap gerakannya sangat kasar, Vero He bahkan bisa mendengar suara kancingnya yang terlepas. Sungguh menyeramkan, sungguh sadis.

Kata-kata Taylor Shen terdengar berulang di telinga Vero He bak gema. Ia terus berpikir, jadi Taylor Shen merendahkannya sampai begini?

Mata si wanita berkaca-kaca. Ia pikir Taylor Shen masih punya sedikit hati nurani karena terlihat menyesal setelah tahu anak mereka sudah meninggal, tetapi tebakannya ini salah. Ketika kembali muncul di hadapannya, Taylor Shen sama sekali tidak minta maaf atas semua kelakuannya dulu, bahkan malah merendahkannya bagai pelacur yang doyan dengan semua pria.

Rasa sakit yang semakin mendalam membuat kekuatan dorongan Vero He makin kencang. Ia pada akhirnya berhasil melepaskan diri dari si pria setelah mendorong untuk kesekian kalinya. Ketika Taylor Shen ingin mendekat lagi, Vero He menghujamkan satu tamparan padanya biar cepat sadar dengan semua keegosiannya.

Vero He menarik nafas panjang dan menunjuk pintu ruang kerja dengan murka: “Keluar!”

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu