You Are My Soft Spot - Bab 153 Berhenti Membahasnya, Kita Akan Melakukannya (3)

Tiffany Song merasa panik dan langsung berteriak, "Ah, jangan mengacak rambutku, rambutku akan berantakan."

Taylor Shen melihat rambut pendeknya dengan risi, berkata sambil menggertakkan gigi: "Lain kali jika kamu memotong rambut tanpa izinku, aku akan membuatmu......"

"Membuatku bagaimana?" Tiffany Song menggusarkannya tanpa rasa takut.

Taylor Shen memandangnya, warna matanya menggelap dengan perlahan, berkata dengan menempel di samping telinganya, "Membuatmu memohon ampun padaku di atas ranjang."

"Kamu sungguh jahat!" Tiffany Song mengejarnya ingin memukulnya, Taylor Shen berlari ke depan sambil tersenyum, tapi jaraknya tetap dipertahankan antara dua sampai tiga langkah kaki.

Kedua orang ini saling tertawa dan bermain, merasa begitu gembira bagaikan anak-anak di negeri asing ini, sama sekali tidak menyadari bahwa tingkah mereka telah menarik perhatian orang lain, seorang pria berambut pirang menepuk pria yang sedang merokok di sampingnya, berkata: "Hei, lihatlah orang itu, apakah itu orang yang mencelakai bos hingga mati?"

Pria yang merokok, sambil memuntahkan asap rokoknya, sambil melihat ke arah sana, sepasang pria dan wanita orang timur yang saling berpelukan sangalah mencolok, sang pria menyipitkan matanya, "Memang dia, kita sedang mencarinya ke segala tempat, tapi dia sendiri malah langsung menyerahkan diri."

Bukankah ada sebuah istilah yang menyebutkan, saat berusaha sekuat tenaga mencarinya, bahkan sepatu besi pun telah menipis, tapi tidak disangka sekarang malah mampu menemukannya tanpa harus mengeluarkan uang seperak pun, akhirnya kita sudah bisa membalaskan dendamnya bos." Pria berambut pirang memunculkan ekspresi yang licik.

"Kamu pergi kabarkan adiknya bos, katakan bahwa kita telah menemukan Taylor, aku akan mengawasi mereka di sini, kali ini kita harus membuatnya mati tanpa memiliki tempat makam." Pria yang merokok menekan rokoknya hingga redup, berpesan pada pria berambut pirang, lalu pergi mengikuti mereka.

Jarak dari mall ke hotel tidaklah jauh, hanya perlu menempuh dua tempat pemberhentian bus. Saat berdiri di samping jendela di kamar hotel, bisa melihat pemandangan di luar yang begitu gemerlapan. Kedua orang baru saja selesai makan malam, makanya tidak menaiki mobil untuk pulang, melainkan berjalan kaki dengan perlahan menuju hotel, sambil menikmati pemandangan malam, sambil mencerna makanan.

Taylor Shen menggenggam tangannya, kedua orang ini bagaikan pasangan kekasih yang sedang bermesraan, dalam sekejab waktu, mereka langsung bersatu lagi. Budaya orang barat lebih terbuka, di atas jalan raya, di mana-mana bisa terlihat pasangan kekasih yang saling berciuman, tidak mengkhawatirkan apapun.

Sepanjang jalan, asalkan Tiffany Song melihat pasangan kekasih yang saling berciuman, dia akan merasa sangat canggung, sang wanita melihat ke arah Taylor Shen yang ada di sampingnya, terlihat sang pria sedang menatapnya dengan tatapan mata yang membara, Tiffany Song langsung merinding, lalu sedetik kemudian, sang wanita telah dirangkulnya, dan bibir tipis sang pria telah menekannya.

Tiffany Song membuka mulutnya, suara kaget seketika langsung ditelan olehnya, sang pria menciumnya dengan begitu serius, menatap matanya yang terbuka lebar, sang pria berkata sambil menempel di bibirnya: "Sayangku, berciuman harus memejamkan mata, dan menikmatinya dengan seksama."

Wajah dan telinga Tiffany Song memerah, merasakan tubuhnya telah menempel dengan tubuh sang pria yang membara, seluruh tubuhnya hampir saja dileburkan olehnya, berkata: "Taylor, kita masih berada di luar."

"Itu karena kamu masih menggunakan tatapan mata memikatku." Taylor Shen memperdalam ciuman ini, French kiss telah berlangsung selama sepuluh menit penuh, ketika sang pria telah melepaskanya, matanya bersinar, tertuju pada bibir Tiffany Song yang telah membengkak merah dan basah, hatinya seketika menjadi kacau, tak bisa menahan diri dan menciumnya kembali, memberi peringatan terhadapnya: "Kalau terus menggunakan pandangan memikat seperti ini menatapku, kita akan langsung pulang ke hotel."

Tiffany Song bergegas menundukkan matanya, batang telinganya telah merah membara, sang wanita menarik tangannya, berkata: "Ayo pergilah, nanti mall akan segera tutup."

Taylor Shen tertawa, berjalan lebih cepat, dan tiba di sisinya mengulurkan tangan dan memeluknya dalam pelukan, mereka saling berbicara sambil berjalan, tidak lama kemudian, mereka telah tiba di mall. Taylor Shen menariknya masuk ke bagian busana wanita, semua yang ada di sini, ternyata memang produk dengan merk terkenal sedunia.

Tiffany Song hanya pernah melihat semua baju ini di majalah, sekarang benar-benar berada di sini, dirinya terasa seperti orang kampungan yang memasuki kota besar, sang wanita menghela nafas terkagum: "Wah, merknya sangat terkenal, baju di sini pasti sangat mahal bukan?"

Taylor Shen tidak mengatakan apapun, barang semahal apapun, asalkan ada harganya, sang pria pasti mampu membelinya. Sedangkan hati dari sang wanita merupakan harta karun yang tak ternilai, tidak akan mampu dibeli meskipun menggunakan uang sebanyak apapun. Jadi, demi membuat wanita cantik ini tersenyum, apa salahnya dengan memfoyakan uang?

Tiffany Song melihatnya tidak bersuara, dia sudah yakin bahwa ini benar-benar sangat mahal, sang wanita menarik tangannya, berkata: "Aku masih memiliki baju untuk dipakai, jangan menyia-nyiakan uang lagi."

"Tiffany, uang yang kufoya-foyakan untukmu, tidak akan pernah sia-sia, kamu mengerti tidak?" Taylor Shen menarik tangannya, menariknya hingga berada di hadapan mata, memandangnya dengan serius dan mendalam, jangankan dirinya yang saat ini memiliki kekayaan triliunan, kalaupun dirinya sekarang hanyalah sekedar seorang pegawai yang gajinya sekitar 6 juta, Taylor Shen juga akan memberikan segala hal yang terbaik untuk wanitanya.

Hati Tiffany Song terasa begitu manis bagaikan telah diisi dengan madu, sang wanita tidak lagi menariknya keluar, saat busana yang bermerk terkenal sedunia terpakai di badan, dirinya merasa bagaikan baru saja keluar dari Milan Fashion Week.

Ketika mereka telah keluar dari tempat busana wanita, di belakang mereka telah diikuti oleh beberapa pegawai yang membawakan begitu banyak kantong, Taylor Shen memberikan sebuah alamat kepada mereka, menyuruh mereka untuk segera mengantarnya ke hotel. Waktu masih pagi, di depan mall terdapat air mancur musikal, Taylor Shen menarik tangannya berjalan menuju air mancur musikal sana.

Tiffany Song dilindungi olehnya di dalam pelukan bagaikan seekor burung mungil yang bergantung pada manusia, saat berangin, Taylor Shen menundukkan kepala menanyakannya, "Dingin tidak?"

Tiffany Song menggelengkan kepala, menyatakan tidak kedinginan, jendela pajangan toko di sepanjang jalan, terpanjang berbagai baju yang menawan, Tiffany Song spontan melihat ke arah sana, tiba-tiba terlihat sebuah gaun pengantin panjang yang terpajang di jendela pajangan di sebuah toko, langkah kakinya terhenti.

Taylor Shen melihat ke arah sana mengikuti pandangan matanya, juga telah melihat gaun pengantin, sang pria menariknya berjalan ke sana. mendorong pintu kaca dan masuk ke dalam, pegawai toko langsung menyambut mereka dengan ramah, setelah Taylor Shen berkomunikasi dengannya selama semenit menggunakan bahasa Inggris, sang pegawai langsung pergi mengambilkan baju pengantin yang terpajang di sana, dan membawa Tiffany Song pergi mencobanya.

Tiffany Song membalikkan kepala melihat Taylor Shen, hatinya merasa sedikit malu, apakah sang pria akan merasa dirinya sangat ingin menikah dengannya? Taylor Shen menganggukkan kepala dan berkata padanya: "Pergilah mencobanya, kalau tidak suka, kita akan terbang ke Paris mumpung kita sudah berada di sini, lalu mencarikan seorang desainer dan mengukur badanmu untuk memesannya."

Tiffany Song hanya bisa mengikuti pegawai pergi mencobanya di ruang ganti.

Taylor Shen duduk di luar melihat majalah, sang pria tiba-tiba bangun, berjalan ke depan tempat ruang ganti, di pintu ruang ganti terdapat cermin, sang pria menggerakkan pintu dengan perlahan, terlihat ada orang yang melihat ke dalam dengan mencurigakan, sang pria menyipitkan matanya, orang ini telah mengikuti mereka sepanjang jalan, kalau bukan karena khawatir akan membuat Tiffany Song takut, sang pria pasti akan menemui orang itu dari awal.

Sang pria kembali tanpa merubah ekspresinya, duduk di atas sofa, tidak lama kemudian, Tiffany Song keluar dengan mengenakan baju pengantin, baju pengantin ala busana kerajaan eropa terpakai di badannya, menambahkan aura terhormat dan keeleganan bak keturunan kerajaan, rok gaun yang menyapu lantai lebih menambahkan nilai estetisnya, sangat indah.

Taylor Shen mengamatinya, model tube top memperlihatkan lehernya yang putih dan elegan, juga tulang selangka yang menawan, indah dan sexy. Tapi ketika sang pria melihat rambutnya yang pendek, dia mengerutkan dahinya sejenak, rambut pendek dan gaun pengantin yang elegan ini, dilihat dari segi mana pun, tetap terasa sangat tidak cocok.

Tiffany Song menarik-narik gaunnya, melihatnya telah mengerutkan kening, sang wanita bertanya: "Tidak bagus?"

Taylor Shen bangun, berjalan ke hadapannya dengan perlahan, mengulurkan tangan menyentuh ujung rambutnya, berkata: "Rambutmu terlalu pendek."

Tiffany Song melihat dirinya dari cermin, merasa sedikit murung, dulu dia gegabah saat memutuskan untuk menggunting rambut, mengira dirinya bisa menghilangkan stress dengan menggunting rambut, dan akhirnya malah membuat seluruh auranya tidak begitu cocok dengan gaun ini.

Sang pegawai melihat mereka, berkata: "Tuan Shen, gaun pengantin ini adalah produk eksklusif perusahaan kami, hanya ada satu sedunia, Nyonya anda terlihat sangat cantik saat memakainya, desain model kerajaan ini telah menambahkan aura kebangsawanan yang unik, aura Nyonya anda cukup untuk mendominasi gaun pernikahan ini, kalau anda khawatir terhadap rambut pendek Nyonya anda, saat acara pernikahan nanti, boleh menggunakan rambut palsu untuk menutupinya, pasti akan sangat indah dan cantik."

Taylor Shen melihatnya, berkata: "Suka tidak?"

"Hmm." Tiffany Song menganggukkan kepala, dia langsung menyukainya pada pandangan pertama, saat terpakai di tubuhnya, gaun ini bagaikan dibuat sesuai dengan ukuran badannya, sang wanita bahkan sempat membayangkan dirinya mengenakan gaun pengantin yang cantik ini dan berjalan di atas karpet merah, hingga tiba di sisinya, gambaran seperti itu, terasa begitu bahagia meskipun hanya sebuah imajinasi.

Taylor Shen melambaikan tangan, pegawai itu langsung mengerti, langsung menuliskan bon untuk mereka. Tiffany Song kembali ke ruang ganti dan memakai bajunya kembali, saat keluar, pegawai telah membantu mereka membungkusnya dengan baik, dan meletakkannya di dalam sebuah kantong kertas yang mempesona.

Taylor Shen menggesekkan kartunya, mengangkat kantong itu dan merangkul pinggangnya keluar dari toko baju pengantin, melihatnya menutup mulut dan menguap, pandangan matanya menjadi menggelap, melirik ke arah sang pria yang sedang bersembunyi, kemudian Taylor Shen berkata: "Sudah lelah bukan, mari kita naik taxi pulang ke hotel."

Tiffany Song menganggukkan kepala, meskipun dia telah tidur di siang hari, tapi tadi telah berjalan-jalan selama 3 jam, mencoba baju juga membuatnya sangat melelahkan. Taylor Shen pergi menghentikan sebuah taxi, membahunya naik ke mobil.

Taxi telah pergi, Taylor Shen pergi melihat ke kaca spion, pria yang dari tadi mengikuti mereka pun telah menghentikan sebuah taxi dan mengejar mereka, sang pria menarik pandangannya kembali tanpa merubah ekspresi, tidak memberitahu Tiffany Song, karena tidak ingin membuatnya resah.

Setelah kembali ke hotel, Tiffany Song sangat lelah dan langsung merebah di ranjang, Taylor Shen meletakkan baju pengantin di setumpuk kantong baju, berjalan ke sampingnya, menepuk pantatnya, berkata: "Pergilah mandi, aku keluar sejenak."

Tiffany Song membukakan matanya setengah, "Kamu ingin pergi ke mana?"

"Tiba-tiba teringat ada seorang teman lama di sekitar sini, aku pergi menemuinya, jika aku tidak kembali, jangan bukakan pintu tidak peduli siapapun yang datang, mengerti?" Taylor Shen berpesan.

"Hmm." Tiffany Song melihatnya telah pergi, dia langsung bangun pergi mandi.

Di dalam lorong yang gelap, Taylor Shen melihat pria yang mengikutinya dari belakang tiba-tiba menghunuskan parang yang berkilau, di belakangnya diikuti olah dua orang lemah, sang pria tertawa, sambil melepaskan kancing jasnya, sambil berkata: "Berasal dari mana, sebutkan namamu!"

Pria yang memegang parang menatapnya dengan ekspresi garang, parang di tangannya memancarkan kilauan di tengah pencahayaan yang redup, berkata: "Taylor, apa kamu masih ingat dengan Jason, aku adalah adik kandungnya, aku sekarang ingin membalas dendamnya kepadamu."

Taylor Shen melepaskan jasnya dan mengepalkan tangannya sebagai senjata, tertawa dingin, "Aku kira siapa, majulah jika ingin membalas dendam."

Pria itu sepertinya telah dibuat kesal, menghempaskan parangnya: "Kawan-kawan, balaskan dendam kakakku, serang!"

Tiga orang mengangkat pedang masing-masing dan melayangkannya ke arah Taylor Shen, Taylor Shen dengan tangan kosong, ketika melihat parang telah mendekat dalam sekejab, dia menendangnya dengan sebuah tendangan, mengenai tulang kering dari seorang pria, pria itu langsung berlutut di tanah seketika itu juga.

Parang yang lainnya telah terayunkan kemari, jas di tangan Taylor Shen dihempaskan, melilit tangan sang pria, dia menariknya dengan sekuat tenaga, parangnya mendekat, Taylor Shen langsung mengganti serangan dengan menendangnya, membuat orang itu menyapu lantai dengan tubuhnya.

Pria yang berlutut di tanah telah kembali bangkit, mengambil parang dan mengayunkannya secara sembarangan, pandangan mata Taylor Shen sangat tajam, serangan yang sembarangan tertalu berbahaya, dia didesak hingga terus mundur ke belakang, ketika melihat dirinya hampir di desak hingga lorong buntu, dia melihat di samping terdapat balok kayu, lalu mengambilnya sebatang, dan bertarung dengan orang itu.

Taylor Shen pernah berlatih sanda dan taekwondo, memiliki kemampuan dalam mengayunkan kayu, ketiga orang mengayunkan parang kemari, Taylor Shen menjatuhkan ketiga parang di tangan mereka sekaligus, ketiga orang itu dibuat kaget hingga mundur beberapa langkah, saling bertatapan sejenak, dan kembali menyerbu.

Ada orang yang memeluk balok kayu, mengakibatkan Taylor Shen berhasil di tahan, melihat tonjokan sudah hampir mendarat pada dirinya, Taylor Shen langsung melepaskan balok kayu, mencengkram kerah baju seorang pria, dan menghantamkan sebuah tonjokan yang keras padanya, tonjokan ini begitu kuat dan cepat, orang itu tidak sempat untuk menghindar, dan tertonjok hingga memuntahkan darah.

Di wajah Taylor Shen yang tampan, saat ini sudah tidak terdapat kelembutan dan keeleganan segelintir pun, melainkan penuh dengan aura dingin, memancarkannya keluar tanpa ragu.

Tonjokan kedua langsung terhantam setelah tonjokan pertama diayunkan.

Yang tak terlihat adalah tulang jari tangannya yang putih, namun yang bisa didengar adalah suara benturan diantara tulang dan tulang.

Setiap tonjokan yang terhempaskan, akan membuat orang merasakan perasaan yang mengerikan.

Ketiga orang telah dikagetkan oleh penampilannya yang lebih terlihat seperti utusan pembalas dendam, di balik tatapan dalam mata phoenix Taylor Shen, terdapat aura membunuh yang sangat pekat sedang meluap keluar, tonjokan demi tonjokan dihempaskan pada orang yang tiada hentinya menyerangnya.

Tiba-tiba dia dipeluk oleh seseorang, pandangan matanya tidak bergerak, bibirnya yang tipis menampilkan senyuman yang dingin, dia menghantamkan kepalanya ke belakang, mengantukkan seorang pria, pandangan di depan mata tiba-tiba terasa menyilaukan, parang seketika telah berada di depan mata, terhempaskan ke arah wajahnya yang tampan......

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu