You Are My Soft Spot - Bab 373 Bercerai Tapi Tak Berpisah (3)

Mobil telah berjalan, dan pergi menjauh, setelah amarah dalam hati telah mereda, rasa sakit malah mendadak menyerang sekujur tubuhnya, pandangan matanya yang melihat ke depan semakin lama semakin buram, saat air mata menetes ke bawah, baru mulai menyadari rasa sakit dalam hati. Sudah bercerai, akhirnya sudah bercerai, tapi kenapa dirinya tidak merasa lega, sebaliknya malah merasa semakin sedih?

Stella Han tahu dirinya tidak mampu menyetir dengan keadaannya yang seperti ini, makanya dia memberhentikan mobil ke pinggir jalan, lalu tidak bergerak sepanjang pagi hari setelah berhenti. Dia berpikir, hal ini akan berlalu, pasti akan berlalu!

......

Kehidupan setelah bercerai benar-benar telah menjadi lebih tenang, Jordan Bo tidak lagi muncul di dalam kehidupannya, dia telah putus komunikasi dengan kaisar kerajaan itu, bahkan di koran pun tidak terdapat berita tentangnya.

Jordan Bo menyatakan bahwa Hari Senin, Rabu dan Jum'at, Evelyn diasuh oleh dirinya, sedangkan Hari Selasa dan Kamis diasuh oleh Jordan Bo, lalu Hari Sabtu dan Minggu diasuh bersama oleh mereka berdua, tapi sampai sekarang tidak pernah diwujudkan.

Hingga setengah bulan kemudian, baru dia mengetahui Jordan Bo telah pergi ke luar negeri dari orang-orang di bawah, tapi tidak ada siapa pun yang tahu alasan mengapa dia pergi ke luar negeri. Minggu kedua setelah menandatangani surat perceraian, Pengacara Xin mengantarkan buku perceraian.

Sekarang, buku perceraian pun berwarna merah, terlihat begitu menusuk. Setelah Stella Han mendapatkannya, dia melamun di dalam kantor sepanjang siang hari sambil memegang buku perceraian, lalu menyimpan buku perceraian ke dalam laci dengan baik, juga sekalian mengunci perasaan selama 7 tahun ini ke dalam laci.

Kehidupan begitu datar bagaikan air, Stella Han tetap pergi bekerja seperti biasa, di akhir pekan akan membawa sang anak pergi jalan-jalan ke pinggiran kota, kehidupan seperti ini sangat damai dan tenang. Terkadang dia akan duduk di karpet, melihat Evelyn melukis dari kejauhan, mengupas buah untuknya, saat selesai mengupas, dia spontan menyodorkannya ke samping, tidak ada gerak-gerik apapun dari samping, lalu memalingkan kepala, melihat tempat di sampingnya kosong melompong, hatinya pun akan menjadi hampa memilukan.

Tidak akan ada lagi orang yang memaksanya mengupas kulit buah untuk dimakannya, pada saat ini, dia baru mengerti, terbiasa merupakan sebuah hal yang mematikan,

Dia kira kehidupan akan terus terasa tenang begitu saja, tapi tidak pernah menyangka ketenangan ini akan terasa menyesakkan seperti ini.

Senin sore hari, ada sebuah rapat yang harus diadakan, beberapa mitra senior saling mendiskusikan hal tentang membuka cabang di Kota A, terus membahasnya sampai jam 10, tapi masih tetap tidak memiliki hasil, dengan terpaksa, mereka harus melakukan rapat ulang di lain hari.

Setelah pergi meninggalkan ruang rapat, Stella Han merasa sangat kelelahan, baru saja kembali ke kantornya, langsung terlihat layar ponsel di meja telah bersinar, dia merebah ke kursi, mengambil ponsel dan membuka kunci layar, gambar latar belakang ponsel adalah foto dia dengan Evelyn, Stella Han tersenyum, asalkan ada Evelyn di sisi, semua ini dirasa pantas dilakukan meskipun selelah apapun tubuhnya.

Dia memeriksa panggilan tak terjawab, merupakan telepon dari pembantu yang bertugas menjemput Evelyn pulang sekolah, sudah meleponnya berulang kali, semuanya merupakan saat ketika Evelyn telah pulang sekolah, dia mengerutkan kening, hatinya samar-samar merasa cemas, lalu segera menghubunginya kembali, pembantunya langsung mengangkat panggilan dalam waktu singkat, berkata dengan sopan: "Bibi Huang, maaf, aku terus berada dalam rapat sepanjang sore, tidak menyadari panggilan telepon darimu, apa telah terjadi sesuatu?"

Bibi Huang seketika langsung menangis, berkata: "Nona Han, aku telah mengecewakan kepercayaanmu, sore hari aku pergi menjemput Evelyn, tapi ibu mertuamu tidak mengizinkannya, langsung membawa sang anak pergi dengan paksa."

Alis Stella Han semakin berkerut, tindakan seperti ini tidak jarang digunakan oleh Nyonya Bo sebelum-sebelumnya, dia menekan keningnya yang sakit berdenyut, berkata: "Tidak apa, mungkin dia telah merindukan sang anak, membiarkannya menginap di sana satu malam pun bagus juga."

"Tapi aku dengar bukan seperti itu, Evelyn merengek ingin pulang bersamaku, tapi Nyonya Bo tidak mengizinkannya, dia mengatakan kamu dan Jordan Bo sudah bercerai, tidak boleh membiarkan Evelyn bersamamu, dan lain kali tidak akan membiarkan kalian berdua kembali bertemu lagi, dia juga mengatakan ingin membuat Evelyn pindah sekolah." Bibi Huang berkata dengan panik.

Stella Han membungkam bibir, dan tetap menenangkan Bibi Huang, menyatakan dia akan pergi berkomunikasi dengan Nyonya Bo, setelah itu baru Bibi Huang menutup panggilan. Nyonya Bo dulu juga sering mengancamnya, hatinya tidak begitu mempedulikannya, hak asuh anaknya masih berada di tangannya, sebelum tiba pada tahap tak tertahankan, dia tidaklah ingin membuat Nyonya Bo merasa marah.

Dia mengira Nyonya Bo hanya sekedar bercanda, saat pergi ke sekolah untuk menjemput Evelyn di sore hari keesokan harinya, wali kelas Evelyn mengatakan Evelyn tidak masuk sekolah, neneknya mengatakan sang anak telah jatuh sakit.

Saat mendengar Evelyn telah jatuh sakit, dia sangat cemas, langsung pergi ke markas militer untuk melihatnya, prajurit yang menjaga pintu gerbang tidak memperbolehkannya masuk, katanya Nyonya Bo telah berpesan pada mereka, untuk tidak membiarkan kucing atau anjing liar masuk ke dalam.

Stella Han tak berdaya, juga tidak berani berhadapan langsung dengan prajurit yang bersenjata. Hari ketiga dan keempat, Evelyn tetap tidak datang ke sekolah, hari kelima, wali kelas Evelyn mengatakan, Evelyn telah pindah sekolah, pindah ke Sekolah Dasar Militer.

Sekarang baru Stella Han benar-benar merasa panik, menyadari Nyonya Bo kali ini benar-benar serius, tidak membiarkannya menemui sang anak. Stella Han merasa sangat panik, dia pergi membuat keributan di markas militer tapi tak berguna, menelepon ke nomor ponsel Jordan Bo pun tak ada yang angkat, dia pergi ke gedung Bo's Corp., tapi dihadang oleh resepsionis.

Stella Han tidak pernah tahu, kalau seseorang telah membuladkan tekad untuk memutuskan hubungan, dia akan seserius ini!

Stella Han tidak semangat dalam bekerja, rapat dengan mitra kerja pun lebih tak berniat dihadiri, hati dan matanya penuh dengan Evelyn, sudah berhari-hari tidak mampu bertemu dengan anaknya, akankah sang anak merindukannya hingga menangis keras?

Stella Han mencoba pergi ke Sekolah Dasar Militer melihatnya, tapi security SD menghadangnya di luar, mengatakan demi memberikan perlindungan terhadap murid, mereka tidak akan membiarkan orang asing bertemu dengan sang anak. Segala cara yang ada sudah digunakan, tapi tetap tidak mampu menemui Evelyn, bahkan anggota Keluarga Bo pun tak bisa ditemui.

Stella Han sangat-sangat panik, Jordan Bo si penipu, mereka berdua telah sepakat untuk saling mengasuh anak dengan pembagian hari yang adil, tidaklah mengatakan dirinya akan melarangnya bertemu dengan sang anak, sekarang sudah bercerai, buku perceraian pun telah berada di tangan, tapi surat perceraian asli rangkap dua, satu pun tidak ada di tangannya.

Sekarang baru terpikirkan di bagian mana titik permasalahannya berada, dia pergi mencari pengacara untuk menanyakan pengadilan, jawaban yang didapatkannya adalah, hak asuh anak jatuh ke tangan Jordan Bo. Saat mendapat kabar ini, dia langsung merebah di kursi, wajahnya murung.

Jordan Bo, kenapa dia mengelabui dirinya seperti ini? Dirinya begitu mempercayainya, mengira dia sudah setuju untuk bercerai, dan tidak akan menariknya kembali, tapi tidak pernah menyangka dirinya telah dikelabuinya. Tanpa adanya surat perceraian, hanya memiliki buku perceraian, kalaupun dirinya pergi mengadukan ini ke pengadilan, dirinya tetap tidak mampu kembali mendapatkan hak asuh Evelyn.

Stella Han naik pitam, mendadak berdiri, mengambil tas dan berlari keluar, mengemudikan mobil pergi ke Bo's Corp., tidak peduli seberusaha apa pihak resepsionis menahannya, langsung memaksa menerobos masuk.

Pihak resepsionis cukup takut dengan identitasnya, tidak berani benar-benar menghadangnya, dan membiarkannya pergi ke atas. Sekujur tubuh Stella Han diselimuti oleh amarah, "Bang" suara membuka pintu ruang kantor yang kasar terdengar, Jordan Bo baru saja kembali dari luar negeri, wajahnya penuh dengan rasa letih, saat ini baru saja berniat untuk melepaskan jas, bersandar di sofa beristirahat sejenak, tapi langsung terlihat Stella Han menerobos masuk dengan amarah yang membara.

Jordan Bo mengangkat alisnya dengan heran, dirinya bukanlah tidak menyadari panggilan telepon darinya yang begitu banyak itu, mengira sang wanita telah merindukannya, Jordan Bo sengaja tidak mengangkatnya, takut kerinduan dalam hati akan menenggelamkannya bagaikan ombak besar.

"Stel......" Jordan Bo baru saja bersuara, namanya saja masih belum selesai dipanggil, Stella Han malah langsung mengangkat tas kulit dan melemparkannya ke bahunya, bahunya telah terluka, ditambah lagi dengan lemparan ini, membuatnya terasa sakit hingga meringis, merasa ada cairan darah yang mengalir keluar, Jordan Bo menutupi luka, menatapnya dengan tatapan tajam, "Memangnya tidak bisa bahas dengan baik-baik jika ada masalah, apakah harus dengan sikap kasar?"

Akal sehat Stella Han mana ada lagi, sang pria terus menghindarinya dan tidak ingin menemuinya, melakukan berbagai tindakan licik, memangnya masih ada muka mengatakannya bersikap kasar, "Aku bersikap kasar karena desakanmu, Jordan, kamu itu manusia atau bukan? Kamu membohongiku untuk menandatangani surat perjanjian perceraian, membohongiku telah mendapatkan buku perceraian, semua ini demi merebut hak asuh Evelyn, tidak membiarkanku bertemu dengan sang anak, benar bukan? Kenapa kamu begitu licik?"

Jordan Bo pergi ke luar negeri selama setengah bulan, mengira berjarak akan sangat indah, akan membuatnya tahu betapa pentingnya dirinya, tapi tidak disangka saat baru saja kembali ke negeri asal, dia langsung mendengarkan tuduhan sembarangan seperti ini, raut wajahnya seketika menjadi murung, "Stella, katakan dengan jelas!"

Stella Han setiap hari tidak mampu bertemu dengan sang anak, tubuhnya telah menjadi kurus, sekarang malah dibentak olehnya, hatinya merasa nyeri, air mata mengalir deras, melototkan matanya dengan tegar, memakinya: "Dasar kamu bajingan, tidak menepati perkataanmu, kembalikan Evelyn padaku, kembalikan!"

Stella Han sambil mengatakan sambil menyerbu untuk memukulnya, sudah 7 tahun, dia selalu ditindas olehnya, baru saja melewati beberapa hari kehidupan yang damai, malah kembali mulai menghadapi siksaan yang tak terhentikan, Jordan Bo dari dulu sudah tahu bagaimana caranya menusuk luka terdalamnya, membuatnya sakit hingga setengah mati!

Jordan Bo mulai kehilangan kendali akibat pukulannya, satu tangannya menangkap pergelangan tangannya, pandangan mata yang tadinya lembut menjadi dingin dan tajam, berkata dengan galak: "Stella, tenanglah, katakan dengan jelas, bukankah hak asuh Evelyn berada di tanganmu?"

Stella Han mengerahkan seluruh tenaga, meremas baju sang pria, menangis tersedu-sedu, lalu mengatakan asal-usul kejadian kepadanya. Jordan Bo melihatnya menangis tak karuan, langsung mulai merasa sedih, mengulurkan tangan menepuk punggungnya, "Stella, tenanglah sedikit, tidak ada gunanya kamu menangis sekarang, aku akan pulang untuk melihatnya, lalu berkomunikasi dengan ibu."

Stella Han menangis hingga merebah dalam pelukannya, bertanya: "Jordan, aku masih bisa mempercayaimu tidak?"

Hati Jordan Bo tertegun, tetap mengelus punggungnya dengan lembut, berkata dengan suara serak: "Kamu memang seharusnya mempercayaiku kapan pun saja."

Mendengar ucapannya, air mata Stella Han mengalir semakin deras, sepasang tangannya dengan erat meremas bajunya, seakan-akan dengan seperti ini, baru hatinya bisa memiliki sedikit rasa aman. Tapi perlahan-lahan, dia merasakan keanehan, telapak tangannya terasa basah, dia mengangkat tangannya, terlihat sepasang tangannya penuh dengan darah segar yang mencolok, dia langsung tercengang di tempat, "Darah, Jordan, kamu berdarah......"

Jordan Bo melihat wajahnya yang terkejut hingga memucat, lalu tersenyum pahit, begitu ceroboh sampai seperti ini, sekarang baru menyadari darah di telapak tangannya?

Stella Han melototinya, baju yang dipakainya adalah kemeja hitam, dia memang tidak menyadarinya, tapi darah telah melumuri tangannya, terlihat jelas darah yang mengalir telah begitu banyak.

Stella Han tidak mampu merasa tenang, dengan tangan yang gemetaran membuka kancing kemejanya, ingin melihat sebenarnya seberapa parah lukanya. Jordan Bo melihat tangan mungil yang bergerak sembarangan di depan dadanya, tubuhnya langsung bereaksi, segera menangkap pergelangan tangannya, berkata sambil mengerutkan alis: "Begitu berinisiatif, ingin memikatku?"

Stella Han tidak menyangka, di saat seperti ini pun dia masih begitu abnormal, membuatnya kesal hingga wajah terkadang memerah terkadang menjadi galak, melepaskan pegangan tangannya, mengomelinya: "Darahnya mengalir sebanyak ini, kamu ingin mati, coba kulihat, sebenarnya dari mana datangnya luka tubuhmu ini?"

Jordan Bo melihat penampilannya yang kesal juga panik itu, jantung dalam dada mulai berdebar tak beraturan, Jordan Bo tidak lagi bergerak sembarangan, membiarkannya melepaskan kancing bajunya. Dipikir-pikir, ini adalah pertama kalinya dia mengambil inisiatif membuka kancing bajunya, tapi malah terjadi dalam kondisi seperti ini.

Stella Han membuka kancing, dengan panik dan kasar membuka bajunya ke samping, pergerakan yang kasar ini membuat Jordan Bo seketika menjadi kacau, baju sudah terbuka, memperlihatkan dada yang kekar berwarna kecoklatan itu, dadanya dibaluti kain perban, melilit dari bahu kiri hingga pinggang sebelah kanan, kelihatannya lukanya sangat parah.

Saat ini, kain perban telah merembeskan cairan darah, melumuri kain perban yang putih, matanya tertusuk akibat warna merah yang mencolok itu hinga merasa sakit dan panas, mengangkat kepala melihatnya, bertanya dengan hati-hati: "Kenapa bisa terluka?"

Jordan Bo melihat rasa sedih dibalik matanya, merasa luka yang dialaminya ini pantas diterima. Jordan Bo tidak memberitahukan hal yang terjadi di Provence, takut dia akan merasa khawatir, di sana, yang satunya adalah kakaknya, yang satunya adalah teman dekatnya, kalau sampai dia tahu apa yang telah terjadi di sana, memangnya dia masih bisa duduk diam begitu saja?

"Sangat merasa sedih?" Jordan Bo melihatnya, bola mata hitam begitu berkilau, ingin melihat dengan jelas rasa sedih terhadapnya yang ada di balik matanya.

Stella Han kembali tenang, melihatnya sekilas, berkata dengan datar: "Aku pergi menelepon menyuruh dokter di klinik perusahaan untuk naik membantumu balut luka."

"Untuk apa begitu merepotkan, cukup dengan kamu yang membantuku melakukannya." Jordan Bo mengulurkan tangan menangkap pergelangan tangannya, pergelangan tangan Stella Han bagaikan terbakar, mendadak sangat ingin menariknya, tapi tiba-tiba terdengar suara rintihannya, Stella Han segera mengangkat kepala memandang ke sana, melihat wajah tampannya telah memucat, Stella Han tidak tega melihatnya, "Kalaupun menginginkanku yang merawatnya, aku juga harus pergi mengambil kotak obat."

"Di ruang istirahat ada." Suara Jordan Bo sangat rendah.

Stella Han tiba-tiba mengangkat kepala, memandang ruang istirahat yang tertutup rapat itu, entah telah teringat tentang hal apa, pipinya kembali merah merona, Jordan Bo melihat penampilannya yang seperti itu, hatinya langsung mengerti terhadap apa yang diingatnya, bibir tipisnya membentuk senyuman yang memikat, bertanya dengan suara rendah: "Tidak berani masuk? Takut aku akan memakanmu?"

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu