You Are My Soft Spot - Bab 416 Aku Lebih Baik Membuat Dunia Ini Menjadi Musuhku Daripada Kehilangan Erin (1)

Dalam beberapa hari ini, Erin menjadi semakin diam. Dia mengundang seorang pengasuh untuk mengurus kehidupan kehidupan sehari-hari ibunya. Namun, dia akan secara langsung mengirimkan sarapan, makan siang, dan makan malam ibunya. Setelah melihat ibunya selesai makan, dia akan membersihkan mangkuk dan sumpitnya, lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Bibi Yun ingin berbicara dengan putrinya, tetapi biasanya dia yang mengatakan tiga kalimat dan dia pun hanya menjawab "ya", sama sekali tidak bersedia berbicara melakukan percakapan yang mendalam dengannya. Bibi Yun pun tidak memiliki pilihan lain. Dia tahu bahwa masalah dia ingin membunuh dirinya telah benar-benar merangsang hati putrinya.

Tidak tahu dari mana Marco Xu mendapatkan berita bahwa Bibi Yun sedang dirawat di rumah sakit, pada sore ini, dia mengunjungi rumah sakit dengan memeluk bunga di lengannya dan menenteng sekeranjang buah-buahan. Dan secara kebetulan, dia bertemu Erin yang akan kembali ke perusahaan.

Ketika ada tamu, Erin juga tidak mungkin akan langsung pergi begitu saja. Dia pun harus kembali ke bangsal dan mempersilahkan Marco Xu masuk ke dalam.

Marco Xu pada malam ini mengenakan celana kasual hitam dan jaket dengan warna yang sama, dimana membuatnya terlihat jauh lebih tampan daripada saat dia mengenakan pakaian tentaranya. Ketika Bibi Yun melihatnya datang berkunjung, matanya seketika berkilap-kilap.

Dalam hatinya, Marco Xu lebih cocok dengan Erin, baik dalam status keluarga maupun penampilan. Melihatnya membawa sesuatu, Bibi Yun berpura-pura tidak senang sambil berkata, “Datang langsung datang saja, kenapa masih harus membawa barang-barang kemari?"

Marco Xu tersenyum dan menyerahkan bunga dan keranjang buah-buahan Erin. Erin mengambilnya dan meletakkan keranjang buah-buahan itu di atas di meja nakas. Kemudian dia membawa vas ke kamar mandi dan memasukkan bunga ke dalam. Di luar pintu terdengar Marco Xu yang berkata, "Bibi, lain kali tolong jangan lakukan hal bodoh lagi. Lihatlah, kamu sudah membuat Erin ketakutan sampai arwahnya belum kembali lagi."

Bibi Yun menggenggam kedua tangannya di atas selimut. Dia pun menghela napas. Ini juga karena dia tidak memiliki cara lain. Jika dia mempunyai sedikit cara, dia juga tidak akan melakukannya. Dia hanya bisa mempertaruhkan kesalehan putrinya dengan mengambil nyawanya. Tetapi melihatnya dingin dan tidak peduli selama beberapa hari ini, hati Bibi Yun terasa seakan ditancap pisau.

Ketika memikirkannya, Bibi Yun pun tidak memiliki pilihan lain selain terus menyeka air matanya.

Marco Xu mencodongkan tubuhnya, menyerahkan tisu kepada Bibi Yun. Dia pun tidak tahu harus bagaimana membujuk Bibi Yun. Dia yang memaksa Erin sampai tahap seperti ini. Sepertinya dia benaran tidak rela membiarkan Erin bersama dengan Ketua Tim He. Marco Xu mengeluarkan beberapa kata untuk menghiburnya, lalu dia melihat Erin telah keluar dari kamar mandi, dan wajahnya yang cantik itu telah menjadi semakin dingin bagaikan es.

Melihat putrinya keluar, Bibi Yun segera menghapus air matanya dan tidak ingin membuatnya jengkel lagi. Dia pun berkata, "Udara di rumah sakit tidak bagus. Erin, tolong temani Marco Xu berjalan-jalan di luar. Aku ingin istirahat.”

Erin menatap ibunya sekilas, lalu berkata kepada Marco Xu, “Kakak Kelas Xu, aku akan mengantarmu keluar.”

Marco Xu bangkit berdiri dan pamit pada Bibi Yun, sekaligus menandakan bahwa dia akan datang menemuinya lagi. Bibi Yun mengangguk bahagia, tetapi masih berkata, “Rumah sakit itu tidak bagus. Tunggu sampai aku sudah keluar dari rumah sakit, kamu harus sering berkunjung ke rumah."

Marco Xu tertawa tetapi tidak mengatakan sepatah kata pun. Lalu dia melihat Erin yang terdiam memegang ember makan pelestarian panas dan pergi keluar duluan. Dia pun dengan canggung mengusap hidungnya. Dia adalah orang yang sensitif, jadi bagaimana mungkin dia tidak menyadari bahwa Erin yang hari ini sedang menjaga jarak di hadapannya, bukan.

Mungkin karena Bibi Yun lebih menyukainya, sampai-sampai dia juga ikut dibenci olehnya.

Setelah keluar dari Departemen Pasien, lantai bawah merupakan taman bagi pasien untuk menghirup udara segar. Melihat Erin yang terus berjalan, Marco Xu pun mengulurkan tangannya, memegang lengan Erin, menatapnya ke bawah dan berkata, "Erin, mari kita berbicara."

Erin mengangkat kepalanya dan sepasang mata hitam-putih itu membuat wajah cantiknya menjadi semakin pucat. Sebelum hati Marco Xu sempat merasa sedih, dia pun menariknya ke taman, lalu duduk di bangku yang berada di depan air mancur buatan .

Cahaya matahari pada tengah hari telah menyinar ke bawah, tetapi tidak sepanas musim panas, melainkan sedikit lebih hangat. Marco Xu melihat Erin yang masih terdiam. Cahaya matahari menyinari wajah putihnya, kulitnya hampir transparan, bahkan sampai bisa melihat urat nadi yang tipis itu di balik kulitnya. Dia pun berkata, "Selama beberapa hari ini kamu seharusnya sangat menderita, kan? Kenapa kamu tidak menghubungiku?"

Erin tidak menatapnya, melainkan menatap permukaan air berkilau di air mancur buatan itu. Ketika memikirkan ibunya akan membunuh diri, hatinya terasa seakan diremas oleh tangan seseorang, saking sakitnya sampai telah kehilangan napasnya. Erin pun berkata, "Aku tidak tahu harus bagaimana mengatakannya."

Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan bahwa dia yang memaksa ibunya untuk bunuh diri demi cintanya, bukan? Jika iya, dia sungguh tidak tahu malu!

Selama beberapa hari ini, James He terus menghubunginya. Dia tidak berani menjawab karena takut dirinya akan langsung ambruk, dan tidak bisa menahan dirinya untuk membenci kelahirannya, berpikir kenapa dia bukan Nona dari keluarga kaya, dengan begitu, dia dan James He akan lebih mudah sedikit, kan.

Hatinya Marco Xu terasa sangat sakit. Anak ini masih terlalu baik. Keributan yang dibuat Bibi Yun juga termasuk telah membentuk kebaikan dan kesalehannya. Makanya saat ini, hatinya pasti terasa sangat sakit. Marco Xu ingin memasukkannya ke dalam pelukannya, tetapi dia juga merasa ini tak sopan, jadi tubuhnya pun membeku di tempat. Lali dia berkata, "Erin, jika kamu sedih, kamu boleh bersandar di pundakku dan menangis. Setelah selesai menangis, kamu masih harus tetap maju ke depan."

Erin menoleh menatap Marco Xu. Dia pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Ketika aku pertama kali tahu alasan mengapa dia ingin bunuh diri, aku pun ingin sekali mati. Sekarang semuanya sudah berakhir. Kakak Kelas Xu, aku sudah tidak sedih lagi. Sungguh."

Orang yang berkata tidak sedih, pada saat ini hatinya malah menangis. Marco Xu akhirnya tidak bisa menahan untuk membawanya ke dalam pelukannya. Dia pun berbisik "Menangis saja. Kamu tidak perlu berpura-pura menjadi kuat di hadapanku. Apakah kamu masih ingat? Aku pernah melihatmu dalam situasi yang lebih buruk lagi."

Erin tidak melepaskan diri darinya. Yang dibutuhkannya saat ini adalah pelukan hangat agar membuatnya berani untuk terus melangkah kedepan. Erin pun memejamkan mata dan dengan serak berkata, “Aku awalnya mengira hatiku sudah dilatih menjadi kuat, tetapi ternyata, aku yang melebih-lebihkan diriku sendiri. Kakak Kelas Xu, aku tidak sekuat yang kukira. Begitu berpikir aku akan putus dengannya, hatiku terasa sangat sakit seakan aku yang ingin bunuh diri.”

Perasaan Marco Xu bercampur aduk. Di hadapan Erin, dia selalu mempertahankan gaya pria terhormat dan pria lembut. Dia menunggu Erin menoleh ke arahnya, bahkan jika hanya melirik sekilas saja. Karena dia tahu di hatinya tersembunyi seseorang yang lebih penting daripada kehidupannya, makanya dia rela menderita menjadi kakaknya yang berpengertian.

Namun kakak yang berpengertian ini juga memiliki hati yang egois, ingin memilikinya, bahkan untuk sehari pun juga cukup baginya. Dia pun meraih tangannya, menepuk pelan punggungnya dan berkata, “Erin, jika kamu tidak bisa melakukannya, jangan memaksakan dirimu."

Erin menggelengkan kepalanya. Sekarang bukan karena dia tidak bisa melakukannya, tetapi ibunya yang memaksanya untuk melakukannya. “Kakak Kelas Xu, tahukah kamu seberapa sulitnya untuk memilih antara ibu dan orang yang paling dicintai? Kadang-kadang aku benaran membenci diriku. Dia begitu kejam padaku, tetapi aku tidak bisa mengabaikannya. Kurasa hidupku ini telah dikutuk oleh seseorang, makanya aku tidak bisa mendapatkan kebahagiaan.”

"Bodoh. Jangan berkata seperti itu." Marco Xu pun merasa semakin sakit hati. “Kamu masih memilikiku. Jika kamu mau, aku akan memberimu kebahagiaan!"

"Gambaran kedua pasangan yang bagus sekali!"

Sebelum Erin sempat berbicara, terdengar suara dingin yang datang dari belakangnya. Sekujur tubuhnya seketika menjadi tegang, dan dia secara otomatis menoleh kepalanya, mendapatkan pria yang tampak lelah setelah melakukan perjalanan jauh itu sedang berdiri di depan pintu masuk taman.

Hatinya seketika menjadi girang. Erin segera bangkit berdiri, tetapi ketika dia ingin berlari ke sana dan masuk ke dalam pelukannya, dia tiba-tiba teringat sesuatu, dan sekali lagi menghentikan langkah kakiknya. Mulai saat ini, dia tidak bisa lagi mendekatinya dan harus menjauhinya.

Pergelangan tangan James He menarik mantelnya. Dirinya yang mengenakan setelan hitam, membuatnya terlihat lebih dingin dan menakutkan. Dia pun menatap sosok yang ingin mendekati tetapi tidak berani mendekati, dimana menyisakan amarah di hatinya.

Begitu turun dari pesawat, James He langsung bergegas ke sini. Tetapi tidak disangka bahwa dia malah melihat Erin berpelukan dengan Marco Xu. Heh, ini benaran kejutan yang besar!

Marco Xu juga ikut berdiri. Melihat Erin yang tampak kontradiktif, dia pun mendesah dalam hatinya. Erin jelas-jelas tidak bisa melepaskannya. Jika Bibi Yun hadir di tempat dan melihatnya yang tampak begitu menyedihkan, apakah hatinya akan terasa sakit?

"Ketua Tim He, semoga kamu baik-baik saja!" Marco Xu yang pertama membuka suaranya, memecahkan kesunyian ini.

James He menatap tajam Marco Xu. Hatinya merasa sengsara seakan telah ditancap jarum. Perasaan masam dan amarah yang ditahannya sebelumnya, telah langsung meluap ke atas kepalanya saat ini. Dia menyeringai ejek dan berkata, “Pria yang mulia seharusnya tidak mengambil keuntungan atas penderitaan orang lain. Marco, kamu memang sangat ahli merebut wanita orang lain."

Marco Xu tahu bahwa James He salah paham. Ketika pertama kalinya bertemu dengannya di Kota kecil Luoshui, dia langsung tahu bahwa James He sangat membencinya. Dia tidak menjelaskannya, melainkan memandang Erin, dimana wajahnya menjadi semakin pucat. Dia pun berkata, "Kalian bicaralah baik-baik, aku akan pergi dulu. Jika ada sesuatu, hubungilah aku.”

James He memelototi mereka. Marco Xu yang saat ini terlihat seperti pacarnya yang berpengertian, sebaliknya dia yang terlihat seperti pihak ketiga. Dia sangat marah dan tangan yang memegang mantel pun dikepal erat. Bagaimana dia masih bisa menahannya seperti sebelumnya, kan.

Erin terus menatapnya James He. Dia tahu bahwa pria itu marah. Urat nadi lehernya telah menonjol keluar, dimana menunjukkan bahwa dia sangat marah. Melihat dia menatap ganas Marco Xu, Erin tanpa sadar menghadang di depan Marco Xu, tapi sebenarnya karena dia tidak ingin melibatkan Marco Xu.

Tetapi tindakannya ini tentu memiliki penjelasan yang berbeda di hati kedua pria itu. Hati Marco Xu pun terasa pahit. Bagaimana mungkin dia tidak tahu bahwa tindakan Erin ini bukan untuk melindunginya, melainkan karena dia tidak ingin membiarkannya terlibat dalam urusan mereka.

Tetapi bagi James He, tindakan Erin ini terlihat sedang melindungi Marco Xu. Jika ini diubah menjadi biasanya, dia tidak akan mempermasalahkannya. Tetapi pada saat ini, amarahnya telah melampaui akalnya. Dia dengan langkah besar, bergegas ke arah mereka.

Erin pun melihatnya bergegas kemari. Kemarahan di antara alisnya sedikit pun tidak disembunyikannya. Erin juga tidak tahu datang dari mana keberanian itu, di saat James He akan mendekat dan meninju Marco Xu, dia tanpa sadar bergegas ke pinggangnya dan memeluknya. Dengan suara rendah, Erin berkata, "Jangan. Ini tidak ada hubungan dengannya."

Pinggang James He dipeluk olehnya dan tinjunya yang melayang itu kaku di udara. Hidungnya dipenuhi aroma wangi tubuh sang wanita dan juga tercampur dengan aroma yang asing. Dia mengatup erat bibir tipisnya dan memelototi wanita yang memeluknya. “Selama beberapa hari ini, apakah alasan kamu tidak menjawab teleponku itu karena dia?"

Wajahnya Erin berlinangan air mata. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bukan!"

Hati James He yang menggila telah mendapatkan sedikit ketenangan karena satu katanya itu. James He tidak mau berdebat dengan Erin di hadapan saingannya. Dia pun hanya bisa menghentikan tindakannya. Jika suami dan istri bertengkar, mereka masih harus menutupi pintunya, jangan sampai membiarkan orang lain melihatnya sebagai lelucon.

Dia pun menarik kembali pandangannya, menggenggam tangan Erin dengan tangan besarnya, dan menyeretnya ke luar dari rumah sakit. Erin terhuyung-huyung mengikutinya di belakang, sampai-sampai dia dimasukkan ke dalam mobil yang diparkir di luar rumah sakit, dia tetap tidak memberontak.

Mungkin sudah waktunya bagi mereka untuk berbicara baik-baik.

Marco Xu menatap sosok belakang mereka yang bergegas pergi keluar. Dia dengan kecewa berjalan mundur beberapa Langkah. Sudut matanya melirik ke ember makan pelestarian panas yang berada di atas bangku. Dia pun duduk di bangku tersebut.

Di dalam mobil, James He mengepal kemudi dengan kedua tangannya, seolah-olah dia memegang lehernya. Dia menggertakkan giginya dan menatap cemas pandangan di depannya. Keduanya pun terdiam. Amarah James He masih belum sepenuhnya hilang, sedangkan Erin masih tidak tahu harus berkata apa.

Suasana di dalam mobil sangat berat. Erin merasa cemas dan ketakutan gugup, dia pun sedang memikirkan perkataan apa yang harus dikatakannya nanti.

Jelas-jelas beberapa hari yang lalu mereka masih mesra dan tak bisa dipisahkan. Tetapi dalam hari yang singkat, mereka malah sudah berdiri di kedua ujung dunia dan untuk kedepannya tidak lagi bisa bergandengan tangan.

Empat puluh menit kemudian, mobil tersebut diparkir di lantai bawah apartemen James He. Dia mematikan mesinnya dan turun dari mobil. Erin duduk terbengong di kursi sebelah pengemudi, sama sekali tidak bergerak. Sekarang dia kembali lagi ke sini, seolah-olah dirinya sedang berada di dunia lain. Hatinya terasa sakit, seakan sedang ditancap jarum.

James He sedang berdiri di luar mobil. Melihat Erin yang tidak bergerak, dia dengan suara rendah berkata, "Turun!"

Erin pun bergerak, tetapi dia tidak ingin kembali ke tempat yang kenangan cinta mereka untuk membicarakan putus hubungan, itu terlalu menyedihkan. Erin menoleh melihat sang pria yang tampak dingin dan jengkel. Dia pun berkata, "Di depan ada sebuah taman. Ayo kita pergi dan duduk di taman."

James He mendengus dingin. “Kenapa? Sekarang kamu sudah tidak berani pergi ke apartemenku karena kamu ingin menjaga tubuhmu untuk Marco Xu?"

"..." Erin selalu tahu bahwa James He pasti akan mempermalukannya jika dia mengucapkan kata-kata kejam. Dia pun mengatup erat bibirnya, mendorong buka pintu dan turun dari mobil. Dia berjalan lambat melewati bagian depan mobil dan datang ke hadapan James He.

James He marah begitu melihatnya bertingkah seperti ini. Dia mengulurkan tangannya, memegang lengannya dan menariknya ke sisinya. Kemudian dia dengan langkah besar masuk ke bangunan dan naik lift ke atas. Keheningan di lift itu membuat napas orang-orang tercekik.

Di luar apartemen, James He membuka pintu dengan meletakkan sidik jarinya, lalu dia segera melangkah masuk, dia juga tidak peduli apakah Erin akan mengikutinya atau tidak. Dia pun melempar mantelnya ke lantai dan langsung menuju ke lantai dua.

Erin pun berdiri di luar pintu. Dia melihat James He melemparkan matel ke lantai. Dia seharusnya sangat kesal, makanya dia baru bisa memperlihatkan sisi kekanak-kanakan seperti ini. Erin menghela napasnya dan masih melangkah masuk ke dalam. Dia membungkuk tubuhnya, mengambil mantel tersebut dan menggantungnya di gantungan.

Dia pun duduk di sofa. Apartemen itu masih menyimpan gambaran kenangan cinta mereka berdua. Dia duduk di sini dan hatinya dipenuhi dengan rasa sakit. Dia memejamkan matanya, air mata menetes keluar dari sudut matanya. Bahkan bernapas saja terasa menyakitkan.

Tidak tahu berapa lama telah berlalu, Erin mendengarkan suara langkah kaki dari lantai atas. Begitu dia membuka matanya, pandangannya langsung masuk ke dalam mata kejam itu. Jantungnya seketika berdebar kencang. Ketika menyadari wajahnya masih terdapat air mata, Dia pun segera memalingkan matanya dan menyeka air mata dari ujung matanya, tidak ingin membiarkan James He melihatnya menangis.

James He baru saja keluar setelah selesai mandi. Rambutnya sedikit basah, dan tubuhnya mengenakan piyama beige bergaris, dimana membuatnya terlihat sangat tampan. Ketika dia turun ke lantai bawah, dia melihat wanita itu sedang menyeka air matanya. Amarah di hatinya langsung menghilang. Ketika memikirkan apa yang telah dikatakan Vero sebelum dia pulang, dia pun menghela napasnya. Amarahnya terhadap Erin pun berubah menjadi sakit hati.

Dia segera berjalan ke ruang tamu. Melihat mata merahnya dan tubuhnya yang semakin kurus, dia pun berkata, "Kamu ingin minum apa?"

"Tidak perlu!" Erin menggelengkan kepalanya. "Kamu duduklah. Aku ingin mengatakan sesuatu denganmu."

James He mengerutkan keningnya. Ketika menyadari bahwa apa yang akan dikatakan Erin kemungkinan akan membuatnya kesal, dia tanpa sadar menghindarinya dengan berkata, "Aku baru saja turun dari pesawat dan sangat lapar. Buatkan aku makanan. Kita akan lanjut membicarakannya setelah selesai makan."

Menentang orang yang keras dengan kelembutan. Inilah cara James He menundanya.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu