You Are My Soft Spot - Bab 403 Mengapa Berinisiatif Mencium Aku (2)

Erin membereskan dapur, Dia berdiri di ruang tamu, melihat ke arah lantai 2, berpikir-pikir, lalu Dia menyeduh secangkir teh krisan dan membawanya ke atas untuk James, habis makan mie, mudah merasa mulut kering.

Dia datang ke depan ruang buku, merasa ragu-ragu sebentar, lalu Ia mengangkat tangan dan mengetuk pintu, dengan cepat terdengar suara James He dari dalam, Ia membuka pintu dan masuk, melihat James He duduk di belakang meja, cahaya komputer terpantul ke wajahnya, Dia mengerutkan alis dengan kencang.

Tatapan mata yang hitam melihat ke arah Erin, Dia terkejut, lalu berjalan dengan cepat ke arahnya, lalu menaruh gelas kaca di depannya, berkata: “Aku menyeduh teh krisan untuk kamu, aku keluar dulu ya, tidak mengganggu kamu kerja.”

James He terus menatapnya, di bawah cahaya lampu, wajah Erin terlihat semakin lembut, Tiba-tiba, Ia berkata dengan bahasa Perancis kepada orang-orang itu, sepertinya memintanya untuk menunggu, lalu Ia berdiri dan berjalan ke depan meja, dan ke depan Erin, mengulurkan kedua tangan dan merangkulnya ke dalam pelukannya, dengan suara yang rendah, “Apakah kamu merasa bosan?”

Erin menggelengkan kepala, “Kamu sibuk saja, aku keluar dulu ya.”

James He mengulurkan tangan dan menarik pergelangan tangannya, melihat Erin menoleh, Ia menyentuh dagunya, dan menciumnya, setelah merasakan ciuman tersebut, Ia berkata dengan suara bisikan: “Ingat bawa kondom ke dalam kamar, tunggu aku di ranjang.”

Wajah Erin langsung terlihat memerah, dengan cepat Ia keluar, karena berlari dengan cepat, hampir saja Ia tertabrak pintu, saat Ia menolehkan kepala, Ia melihat senyuman pria yang terlihat memiliki maksud itu, Dia semakin merasa malu, tidak berani melihatnya, lalu berlari keluar dengan wajah yang merah.

James He melihat bayangan punggung Erin menghilang dari pintu, Ia baru membalikkan badan dan duduk kembali, sambil berkata kepada para bawahannya yang menunggu Ia untuk rapat, berkata: “Tadi sampai kemana, kita lanjut!”

Erin lari keluar dari ruang buku, sambil menepuk pipinya yang hangat itu, dan turun ke bawah selangkah demi selangkah, datang ke samping sofa, Ia melihat di atas meja ada sebuah kantong plastik, di dalam plastik tersebut terdapat kondom yang baru dibeli.

Teringat senyuman di wajah pria itu, Dia mengambil kantong plastik, berjalan ke samping tong sampah, kakinya sambil menginjak penutup tong sampah, dengan ragu-ragu, Ia tetap tidak membuang kantong tersebut, Ia sambil membawa kantong plastik, dengan langkah yang cepat Ia naik ke atas.

Walaupun merasa malu, tapi Ia tetap menaruh kondom tersebut ke dalam laci lemari kecil yang ada di samping tempat tidur James He, Ia tidak ingin hamil, maka mengenakan kondom adalah cara terbaik untuk menghindari kehamilan.

Setelah Ia menaruh dengan baik, Ia bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mandi, setelah mandi, Ia berbaring di ranjang, dengan spontan mengambil sebuah majalah dan sambil melihatnya. Apartemen ini sangat besar, tapi tidak ada pembantu, hai ini membuat Ia merasa sangat leluasa, mungkin ada pembantu pulang hari, Ia menyadarinya, saat mereka baru masuk ke dalam, rumah terlihat rapi dan bersih, di tambah dengan kantong plastik yang ada di dalam tong sampah juga sudah diganti, jadi pasti ada pembantu pulang hari yang datang untuk membereskan rumah.

Ini adalah malam kedua Ia nginap di rumahnya, hatinya merasa canggung, namun juga sangat manis, ini adalah kebahagiaan yang Ia curi, Ia akan menghargainya dengan baik.

Dia sambil melihat majalah, matanya terasa semakin berat, semalam Ia tidak tidur, sampai pagi James He baru membiarkan Dia tidur, dan hari ini Ia juga sudah sibuk sepanjang siang, tidak lama kemudian, Ia pun tertidur.

Setelah James He selesai rapat videocall, Ia kembali ke kamar dan melihat adegan tersebut.

Wanita tersebut sambil menggenggam majalah, tertidur dengan kepala yang miring di bantal, Dia berdiri di samping pintu, sambil melihat wanita yang tertidur dengan gaya yang lucu ini, ujung bibirnya pun menunjukkan senyuman, ternyata ada orang yang menunggu Ia di ranjang itu begini rasanya, merasa bahagia dan puas.

Ia masuk ke dalam kamar dengan langkah yang ringan, menutup pintu, dan datang ke samping ranjang, dengan gerakan yang pelan Ia mengambil majalah tersebut, halaman yang dilihat oleh Erin, pas merupakan halaman yang berisi tentang wawancara James He, pria mengenakan jas yang rapi, terduduk di sofa warna hitam, sambil menghadap ke kemara tanpa senyum.

Lalu Ia menutup majalah, menaruhnya di meja samping ranjang, lalu membungkuk dan memeluknya, sepertinya Erin terkejut, membuka mata, melihat ternyata adalah James He, Ia pun bergeser ke dalam pelukan James He, dan tertidur lagi.

James He tertawa dengan suara ringan, Ia merasa senang karena rasa kepercayaan Erin kepadanya yang di bawah alam sadarnya. Lalu Ia menaruh Erin kembali ke ranjang, Dia duduk sebentar di ranjang, dengan lembut sambil melihat Erin.

Wajah Erin terlihat sangat cantik, tidak seperti saat Ia masih kecil wajahnya terbawa sedikit rasa bandel dan keras pela, membuat masalah dan jelas-jelas sangat takut, tapi Ia selalu berpura-pura seperti tidak peduli. James He ingat pernah sekali, Dia baru membeli sebuah sepeda baru, tidak tahu bagaimana Ia pun bersepeda sampai ke depan sekolah, melihat Erin sedang dirundung oleh beberapa teman sekolah perempuan.

Dia melihat Erin dengan diam-diam, melihat Dia terus tidak melawan mereka, akhirnya James He tidak tahan lagi, menghentikan sepedanya, dan berjalan kesana, lalu Ia menggenggam tangan Erin dan menampar gadis yang merundungnya, saat itu Erin terbengong, melihat James He dengan bingung.

Ia sambil menatap Erin dan berkata: “Erin, kamu dengar dengan baik, selanjutnya kalau aku melihat kamu dirundung dan tidak melawan, kamu coba saja.“

Erin menatapnya dengan takut-takut, sepertinya Ia terkejut dengan amarahnya James He, lalu Ia berkata dengan terpotong-potong, “Tapi kalau aku memukul mereka, sekolah akan meminta aku memanggil orang tua aku kemari, aku takut akan membuat Ibu kecewa.”

“Kalau mereka suruh kamu panggil orang tua, kamu katakan kepadaku, aku yang pergi.” Saat James He mengucapkan kata ini, Erin berumur 10 tahun, Dia berumur 16 tahun. Ia baru selesai ngomong, langsung melihat gadis tersenyum dengan lebar, terlihat cahaya melintas di matanya, lalu melihat Dia melambaikan tangan dan memukul anak-anak gadis yang merundung dirinya, memukul mereka sambil berjerit dari melarikan diri.

Dia berdiri di tempat, melihat gadis ini semakin pukul semakin semangat, Ia sambil menopang keningnya, Ia merasa, sepertinya dirinya telah dibohongi oleh gadis.

Setelah itu, setiap kali Erin membuat masalah, Dia pasti akan mengikuti di belakangnya dan membantunya menyelesaikan masalah-masalah tersebut, sekarang Ia pun sudah terbiasa, saat Erin membuat masalah besar, Ia pun pasti akan membantunya dan melindungi Ia dari segala bencana, tidak membiarkan Ia mengalami sedikit luka pun.

Dia menyentuh wajah Erin dengan perlahan, kalau bukan karena kejadian pada 10 tahun lalu, membuat mereka memiliki kontak yang intens, mungkin seumur hidupnya ini, tidak akan ada maksud lain terhadap Erin.

Dan sekarang, Dia malah merasa senang, saat itu Ia memaksa dan menaklukkan Erin.

Jarinya menyentuh wajahnya, dan ke tulang bahu sampai ke perutnya. Tiba-tiba tatapan pria menjadi sedikit marah, yang menghilang dengan cepat, ada satu hal, yang tersimpan di hatinya dan membuat Ia merasa tidak leluasa, adalah perutnya Erin ini, pernah hamil anak dari pria lain.

Dia tidak pernah mengungkitnya, tidak berarti Ia tidak peduli, apalagi saat Marco Xu memancingnya, sebenarnya Ia hendak menonjoknya.

Mereka dalam kondisi seperti apa memiliki anak? Kenapa mereka tidak bersama pada akhirnya? Semua pertanyaan ini selalu ada di dalam hatinya, membuat Ia merasa tidak enak setiap kali Ia mengingatnya.

Lalu beberapa lama kemudian, Ia mengangkat tangannya, bangun dan masuk ke dalam kamar mandi, berdiri di bawah shower, membiarkan air hangat yang mengalir membawa pergi semua rasa kesal yang ada di dalam hatinya. Apa lagi yang Dia pikirkan, sekarang Erin berada disisinya, sudah merupakan miliknya, ini saja sudah cukup.

……

Keesokan hari, Erin terbangun, James He sudah tidak berada di ranjang, Ia mengangkat kepala melihat tempat di sampingnya, tidak menahan diri lalu mengulurkan tangan, menyentuh ranjang yang masih terasa hangat, senyuman pun muncul di ujung bibirnya.

James He baru bangun tidak lama, Erin bangun dengan sambil memeluk selimut, di atas selimut masih tercium harum sabun yang tertinggal oleh Dia, sangat enak dicium. Di samping telinganya terdengar suara air yang mengalir, Ia mengangkat kepala dan melihatnya, Pada kaca semi-buram, sosok pria itu tercermin di atas. Erin sambil menopang dagunya di satu tangan, Ia bisa menatapnya lewat kaca tersebut.

Tiba-tiba pintu ditarik, bawah badan James He tertutup oleh sebuah handuk, sambil mengeringkan rambut sambil berjalan keluar, mungkin Ia tidak menduga kalau Erin sudah bangun, saat Ia melihat ke dalam tatapan Erin, Ia pun menjadi tertegun.

“Sudah bangun?” James He berjalan dengan cepat kemari, berdiri di samping ranjang sambil menatap ke Erin. Semalam dirinya tidak begitu tidur, hatinya masih ada beberapa masalah, di tambah dengan Erin yang ada di dalam pelukannya, membuat Ia berpikir kemana-mana, tapi tidak tega untuk membangunkannya.

Melihat lingkar hitam yang ada di bawah mata Erin, Ia pun sudah tahu betapa lelahnya Ia kemarin. Di atas ranjang, walaupun Erin merasa lelah, asal James He tidak berhenti, Erin pasti akan menyesuaikan diri, pelan-plan belajar menanggapinya.

Erin menutupi wajahnya ke dalam selimut, wajahnya terasa sedikit hangat, sambil menganggukkan kepala, berkata dengan suara yang terpendam: “Semalam kamu jam berapa kembali ke kamar, kok aku tidak tahu?”

“Kamu tidur nyenyak seperti seekor babi kecil, saat aku memeluk kamu, kamu masih membuka mata melihat aku, selama tidur dengan nyenyak?” James He terus menatapnya, tatapannya matanya terlihat sangat bergairah.

“Iya, mungkin ini adalah malam dimana aku tidur dengan paling nyenyak.” Hati Erin merasa sangat kacau karena ditatap oleh James He, setelah pengalaman 2 kali, bagaimana Dia bisa tidak tahu tatapan yang hangat itu bermaskud apa.

Hati James He mendeyut, teringat beberapa tahun ini Erin menjalani hidup yang seperti menginjak di atas pisau selama bertahun-tahun, hatinya pun merasa tidak tega, Ia mengulurkan tangan dan merangkulnya ke dalam pelukannya, dengan suara yang rendah berkata: “Kedepannya ada aku disisi kamu, aku akan membuat kamu tertidur dengan nyenyak setiap malam.”

Erin menyandar di dadanya, detak jantung Pria ini sangat kuat dan stabil, suaranya seperti terdengar dari dadanya, bergema, Ia menganggukkan kepala, “Aku percaya padamu.”

James He memeluknya dengan diam selama beberapa saat, baru melepaskannya, dan memberikan handuk kepada Erin, berkata: “Bantu aku mengeringkan rambut.”

Erin sambil memegang handuk, berlutut di belakangnya, sambil mengeringkan rambutnya dengan perlahan, rambutnya sangat bagus, sangat keras dan lebat. Ada pepatah yang mengatakan bahwa kepala pria dan pinggang wanita, kalau bukan orang yang paling dekat, pasti tidak akan membiarkan orang lain menyentuh kepala sendiri.

Dia menikmati gerakan yang mesra ini, beberapa hari yang lalu, bahkan membayangkannya saja Ia juga tidak berani, di antara mereka berdua akan memiliki saat-saat mesra seperti ini. saat itu Dia masih merasa sedih karena masalah James He dan Jessy Lan berhubungan, dan ingin melarikan diri dari tempat yang membuatnya merasa sesak nafas ini. ini juga mengapa pada saat itu Ia tidak membujuk Nona Vero untuk tidak pergi, malah menemaninya ke Kota A.

Teringat sampai di sini, Ia sambil melihat kepala yang hitam pekat ini, dengan ragu-ragu Ia bertanya: “James He, malam itu……. Di malam acara perjamuan He’s Corp, kamu dan Nona Lan……”

James He menolehkan kepala melihatnya, tatapanya terlihat bermaksud: “Aku dan Jessy Lan kenapa?”

Erin melihat tatapannya, tiba-tiba tidak memiliki keberanian untuk bertanya lagi, sebelumnya James He sudah pernah menjelaskan kepadanya, Jessy Lan itu datang untuk mengantar undangan kepadanya, tapi jelas-jelas Erin melihat berciuman dengan bergairah di koridor.

“Tidak ada apa-apa.” Erin menghindari tatapannya, terus mengeringkan rambutnya. Pergelangan tangannya digenggam oleh James He, tatapannya melihat Erin dengan mendalam, berkata: “Ingin bertanya apa tanya saja, jangan menyimpan di dalam hati dan menebak-nebak sendiri.”

Erin menutup bibirnya, sebenarnya juga tidak ada yang perlu di permasalahkan, James He dan Jessy Lan merupakan suami istri, tentu saja sering melakukan hal itu, juga tidak kurang satu kali itu. Tapi teringat seperti ini, hatinya semakin merasa tidak enak, seumur hidupnya ini hanya pernah memiliki James He sendiri.

Saat Ia umur 18 tahun dipaksa oleh James He, 10 tahun ini Ia tidak pernah mau didekati oleh pria lain dengan mudah, tapi Dia…..

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu