You Are My Soft Spot - Bab 151 Tiara yang Sebenarnya (2)

Lidah tajam Tiffany Song belum berubah sama sekali. Taylor Shen bertanya: “Ini rancangan desain untuk siapa?”

“Untuk kakak Angela He, James He. Dengar-dengar dia mau bangun apartemen khusus pengantin baru. Menurutmu bagaimana desainku ini?’ Tiffany Song melepaskan tangannya dari mouse, lalu pindah duduk ke karpet bawah. Ia menatap Taylor Shen lekat-lekat berharap dapat masukan.

James He puas dengan desainnya dulu. Ia wajib menjaga kepuasan ini.

Taylor Shen menyipitkan mata, “Sejak kapan kamu kenal dia?”

“Saat masih di Winner Group, akulah yang mendesain ruang kerjanya. Mungkin dia sangat puas dengan hasil kerjaku jadi mencari lagi dan memintanya bantu desain untuk proyek yang ini,” jawab Tiffany Song.

Taylor Shen mengernyitkan alis. Ia belum pernah dengar kabar James He menikah, jangan-jangan… Taylor Shen berujar tegas, “Kedepannya tidak boleh berhubungan dengan anggota keluarga He lagi.”

“Dia klienku!” lawan Tiffany Song.

“Aku tidak suka dia!” balas Taylor Shen. Ia tidak suka pria mana pun yang mendekati Tiffany Song.

Tiffany Song kehabisan kata-kata. Ia kemudian meledek: “Kalau kamu tidak suka bagus dong. Kalau kamu suka baru masalah besar.”

“……” Taylor Shen mengulurkan tangan mengelus-elus kepala Tiffany Song dan bertanya kesal: “Tiffany Song, otakmu ini kemasukan apa?”

“Memang salah ngomong apa aku? Tuhkan, tuhkan, kamu pria yang tidak normal,” jawab Tiffany Song tanpa merasa keliru sama sekali.

“……”

Christian masuk untuk mengambil berkas yang ditandatangani Taylor Shen barusan. Ia mendesah lega melihat adegan adem-ayem dan serasi ini. Memang hanya Tiffany Song yang bisa mengobati emosi bosnya.

“CEO Shen, barusan CEO Dong dari Shine Group menelepon ajak kamu dan Nona Song makan malam bersama. Menurut……” Teringat ada Tiffany Song di situ, Christian ragu-ragu melanjutkan kalimatnya.

Tiffany Song adalah adik perempuan Taylor Shen, jadi ia otomatis bukan anak Callista Dong. Belakangan Callista Dong tidak pernah bertemu Tiffany Song. Ia tidak tahu apa yang terjadi, ia hanya bisa mencoba mencaritahunya melalui acara makan bersama macam ini.

Taylor Shen bertanya pada Tiffany Song, “Menurutmu bagaimana?”

Tiffany Song menunduk. Belakangan Callista Dong sering sekali meneleponnya, tetapi ia tidak pernah mengangkat karena tidak tahu bagaimana harus menghadapi dia. Ia agak iba dengannya, jadi ia menjawab: “Pergi saja.”

Taylor Shen meneruskan jawabannya pada Christian: “Jawab dia, kami segera pergi.”

“Baik.” Christian keluar sambil membawa berkas barusan.

Di ruang kerja kini kembali tersisa Taylor Shen dan Tiffany Song saja. Yang kedua dari luar terlihat fokus menatap desain rancangan, padahal pikirannya sedang mengembara kesana-kemari. Callista Dong sungguh kasihan. Hanya dengan sekali keluar negeri, ibunya meninggal karena sakit, anaknya meninggal karena tenggelam, dan suaminya pun menghilang darinya karena mengira ia sellingkuh. Ia memang dapat masa depan yang gemilang, tetapi ia juga kehilangan semuanya.

Taylor Shen menepuk-nepuk bahu Tiffany Song, “Kamu sedang memikirkan apa?”

“Bukan apa-apa. Kamu belum memberi pendapat soal desainku nih, sini buruan lihat.” Tiffany Song menunjuk desain rancangannya. Tanpa ia sadari, bibir Taylor Shen berubah cemberut. Tiffany Song tahu tidak sih ia risih melihatnya seniat ini bekerja bagi pria lain?

“Oke sih, tapi bagian ini warnanya agak aneh, wallpaper belakang terlalu kampungan, warna lantainya juga terlalu gelap……” Masukan macam apa ini? Kalau diteruskan, ini mah semua bagian desainnya dianggap jelek semua.

Tiffany Song kesal. Ia memotong Taylor Shen: “Stop! Lebih baik aku tidak kasih tahu kamu. Aku cek sendiri saja, huh!”

Ngambeknya Tiffany Song malah berasa lucu bagi Taylor Shen. Pria itu kemudian sadar Tiffany Song pakai baju kerja. Ia bertanya, “Sebentar lagi pergi makan kamu mau pakai ini saja?”

“Memang apa yang salah dengan pakaianku yang sekarang? Gayanya terlihat pintar tahu.” Tiffany Song menunduk menatap pakaiannya. Ia merasa pakaian ini layak dipakai dalam konteks apa pun.

“Aku antar kamu pulang untuk ganti dulu.” Taylor Shen menarik Tiffany Song berdiri. Wanita itu langsung protes: “Desain rancanganku belum selesai.”

“Besok lanjut lagi.” Taylor Shen menyeret Tiffany Song keluar ruang kerja. Tiffany Song menoleh menatap komputernya dengan panik, “Tidak mau tunda-tunda begitu. Urusan hari ini ya selesaikan hari ini lah……”

Taylor Shen tidak peduli dengan argumennya. Ia tetap menyeret Tiffany Song ke luar.

Makan malam diadakan di restoran dengan view pemandangan luar 360 derajat di Tower Howey. Callista Dong dan Audrey Feng tiba lebih awal. Melihat mereka berdua datang kemudian, Callista Dong langsung bangkit berdiri dan menyambut: “Taylor Shen, Tiffany Song, akhirnya kalian tiba.”

Tiffany Song mengenakan atasan baju bertempelkan Mutiara dan bawahan rok hitam. Untuk luaran, ia memakai jaket penahan angin. Ia terlihat sangat feminism. Callista Dong memeluknya dan bertanya: “Tiffany Song, bagaimana rasanya kerja di ruang kerja baru?”

Melihat Callista Dong, Tiffany Song tidak bisa menghindarkan rasa bersalah muncul dalam hatinya. Ia sebelumnya menyalahkan Callista Dong karena tidak mengenali dirinya, tetapi waktu akhirnya membuktikan ia memang bukan anaknya, jadi normal-normal saja Callista Dong tidak kenal dengannya.

Taylor Shen menoleh ke Tiffany Song sekilas lalu menjawab: “Tante Dong, Tiffany Song sekarang kerja di perusahaanku.”

“Oh, balik jadi desainer Winner Group berarti?” Callista Dong awalnya ingin membeli Winner Group, tetapi ia kalah cepat dari Taylor Shen. Mereka jadi agak canggung ketika mengungkit nama Winner Group ini.

“Iya, tapi bukan jadi desainer, melainkan jadi asisten pribadiku.” Taylor Shen menatap Tiffany Song dan melanjutkan: “Aku tidak tega melihat dia berlelah-lelahan di perusahaan kecil, jadi aku suruh jadi asistenku saja biar akunya juga tenang.”

Callista Dong tersenyum lebar, “Taylor Shen, ada kamu yang merawat Tiffany Song, aku jadi tenang.”

Audrey Feng akhirnya ikut serta dalam pembicaraan ketiganya, “Kakak Tiffany Song, Tante belakangan terus merindukanmu. Sebelum kamu menikah dengan Kakak Ipar, mau tidak kamu tinggal dengan Tante dulu untuk beberapa waktu?”

Tiffany Song menatap Callista Dong. Tatapan penuh pengharapan wanita itu membuatnya sangat bimbang. Ia takut kalau tinggal bersama dengannya ia sewaktu-waktu akan kelepasan bercerita kenyataan yang sebenarnya.

“Mama, aku sudah enak tinggal sendirian.”

Callista Dong jelas merasa kecewa, namun ia berusaha menyembunyikan kekecewaan itu sebisa mungkin. Ia menggengam tangan Tiffany Song: “Oh gitu, ya sudah tidak apa-apa. Mama bisa paham kok. Asalkan kamu bersedia sering-sering makan dengan kami, Mama tidak perlu apa-apa lagi kok.”

Hati Tiffany Song sangat gundah. Kalau saja ia Nini yang sungguhan, ia pasti akan merasa sangat senang dan tersentuh.

“Maaf, Mama.”

“Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Masa ibu dan anak harus sungkan-sungkanan. Pelayan, cepat sajikan makanan.” Callista Dong melambaikan tangan memanggil pelayan. Mereka sudah terpisah selama dua puluh tahun, jadi normal-normal saja suasana di antara mereka agak canggung. Ia sendiri juga kurang berhasil membuat Tiffany Song bergantung padanya.

Saat makan, Tiffany Song baru tahu Audrey Feng adalah anak sahabat Callista Dong yang sudah janji jadi “kakak-adik” dengannya. Audrey Feng sejak kecil dibesarkan oleh Callista Dong. Berarti, mereka hanya terlihat seperti ibu dan anak, bukan ibu dan anak sungguhan.

Seusai makan keempatnya keluar dari Tower Howey. Sambil memegang tangan Tiffany Song, Callista Dong mengingatkan: “Tiffany Song, kalau ada masalah apa jangan simpan sendirian di hati. Ceritakan pada Mama. Mama mungkin tidak bisa membantumu menyelesaikan masalah itu, tapi setidaknya Mama bisa jadi pendengar yang baik.

Tiffany Song terisak. Ia tiba-tiba memeluk Callista Dong dan berujar dengan penuh rasa bersalah: “Mama, maaf, maaf.”

“Dasar anak kecil, antara Mama dan anak mana perlu saling mengucapkan maaf? Sudah jangan menangis lagi. Ingat ya kata-kata Mama, Mama selalu ada di sini. Sekalinya kamu berbalik badan, kamu akan bisa melihatku.” Callista Dong menepuk-nepuk bahu Tiffany Song, lalu melepaskannya dan masuk ke mobil.

Tiffany Song melambaikan tangan sambil menunggu mobil melaju. Setelah mobil lenyap dari pandangannya, ia baru memalingkan wajah ke Taylor Shen: “Taylor Shen, apa aku terlalu egois?”

Taylor Shen menatap Tiffany Song lekat-lekat. Di bawah lampu jalan, Tiffany Song kini terlihat sangat lemah. Tanpa peduli ini lobi Haley Tower yang ramai orang, ia memeluk wanita itu: “Tiffany Song, kamu adalah orang paling baik hati yang pernah aku temuin. Kamu pun berani menanggung kepedihan sendirian agar orang lain tidak ikut menanggungnya. Jangan menuduh dirimu sendiri yang tidak-tidak.”

“Tetapi aku jelas-jelas tahu kenyataan yang sebenarnya, namun terus menutupinya dari dia. Ini kan namanya tidak adil.”

“Bisa jadi ia sebenarnya sudah mengetahui sesuatu, tetapi tidak berani untuk memikirkannya lebih jauh dan menghadapinya karena terlalu sakit. Biasanya orang-orang bertindak begini karena tidak mau merusak keseimbangan yang sudah ada dari dulu,” ucap Taylor Shen lembut.

Hati Tiffany Song gundah. Nenek waktu itu mengadopsinya dari panti asuhan dan membawanya ke rumah kediaman keluarga Song pasti sebenarnya juga untuk mencegah Callista Dong tahu kenyataan yang sebenarnya. Ia bertanya, “Mungkinkah ia sebenarnya sungguh-sungguh sudah mengetahui sesuatu?”

“Mungkin saja.”

“Pada banyak kesempatan, aku berharap aku benar-benar putri sungguhannya. Dengan begitu, hubungan kami akan baik-baik saja selamanya. Sayang langit mempermainkan kami, kami ternyata……” Tiffany Song melepaskan diri dari dekapan Taylor Shen. Sekalinya teringat hubungan darah mereka, ia merasa tidak etis menerima pendekatannnya.

Taylor Shen agak gusar melihat Tiffany Song tiba-tiba melepaskan diri begini. Dengan wajah geram, ia berkata: “Ayo naik, aku antar kamu pulang.”

Tiffany Song duduk di kursi penumpang depan. Sepanjang perjalanan, mereka tidak banyak berbincang. Setibanya mobil Taylor Shen di Vanke City, Tiffany Song baru sadar, ini Taylor Shen mau mengembalikan pola tinggal bersama mereka ya?

Tiffany Song turun dari mobil. Melihat Taylor Shen ikut turun dan bahkan mengunci mobil, ia langsung panik, “Taylor Shen, hari sudah malam. Kamu pulanglah, aku bisa naik sendiri.”

“Aku antar kamu sampai atas,” ujar Taylor Shen sambil berjalan menuju lantai dasar gedung apartemen.

Tiffany Song kehabisan kata-kata. Ia tidak punya pilihan lain selain ikut berjalan dengan Taylor Shen. Sesampainya di unit apartemen, Taylor Shen menunggu di depan pintu seolah menunggu dia buka pintu. Tiffany Song mengusir: “Ini kan sudah di apartemen, hitungannya sudah sampai rumah juga. Sana pulang.”

“Berhubung sudah sampai apartemen, mengapa kamu tidak tawari aku minum?” Taylor Shen sama sekali tidak punya rencana untuk pergi.

Tiffany Song kesal: “Taylor Shen, jangan dikasih hati minta jantung begini. Aku sudah mengizinkanmu membawaku masuk perusahaanmu, juga bersedia jadi asisten pribadimu, masa kamu tidak mau memberiku sedikit pun ruang untuk bernafas?”

“Ruang untuk bernafas atau ruang untuk kabur?” Taylor Shen menatap Tiffany Song lekat-lekat.

“……” Tiffany Song hanya bisa membuka pintu dengan patuh. Taylor Shen langsung masuk dengan seenaknya. Melihat dia bertindak begitu, Tiffany Song hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia mengganti sepatu di lorong jalan, lalu pergi ke dapur untuk menuangkan minum. Ia baru sadar air di termos habis, jadi ia mau tidak mau masak air dulu.

Ketika Tiffany Song keluar dari dapur, Taylor Shen ternyata sedang menonton televisi di sofa. Program yang ia tonton adalah berita ekonomi. Ketika tiba-tiba mendengar pembawa berita berujar “Lian’s Corp”, Taylor Shen langsung mengganti saluran lain.

“Taylor Shen, balik ke saluran yang barusan.” Tiffany Song ingin merebut remote control yang dipegang Taylor Shen, tetapi pria itu tidak memberi izin. Taylor Shen meledek: “Kamu bukannya suka reality show? Tonton ini sajalah.”

Gagal merebut remote control, Tiffany Song kembali ke dapur dengan kesal. Air sudah hangat. Ia menuangkannya ke gelas teh lalu menyodorkannya ke Taylor Shen: “Minumlah. Setelah minum, sana pulang.”

Melihat gelas teh masih mengeluarkan uap panas, Taylor Shen menolak: “Panas sekali, aku tidak mau minum.”

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu