You Are My Soft Spot - Bab 419 Sepertinya Hamil (2)

Meski begitu, rasionalitas Bibi Yun masih bekerja. Ia tidak boleh membiarkan rencana itu terlaksana. Ia sudah membuat janji pada kakek, jadi ia harus mematuhinya seumur hidup.

Erin, kasihanilah dirimu sendiri karena terlanjur dilahirkan aku! Huft……

Setelah dokter pergi, Erin membuka kotak makan, memindahkan bubur ke mangkuk, dan menegakkkan punggung ranjang Bibi Yun. Ia menaruh mangkuk bubur ke meja kecil yang tersambung dengan ranjang, lalu berujar: “Makanlah banyakan.”

“Kamu pasti lelah karena sudah berjaga semalaman. Makan dan pulanglah, lalu istirahat.” Dari tebalnya kantung mata si anak, si ibu tahu anaknya tidak menutup mata semalaman. Sekalinya ia gerak sedikit, Erin pasti bakal bereaksi.

Yang dokter katakan benar. Ia punya anak yang sangat berbakti, mengapa pikirannya tidak terbuka juga?

Dari kecil sampai dewasa, Erin tidak pernah membuatnya pusing. Anak itu sangat patuh, rutin dapat nilai bagus, dan selalu langsung pulang ke rumah habis sekolah. Selain itu, Erin juga selalu membantunya mengerjakan urusan ini-itu, kecuali menuang minuman dan menyapu.

Di dalam hati, Bibi Yun sebenarnya juga punya kebanggaan tersendiri melihat nilai Erin selalu lebih bagus dari Angela He dalam berbagai ujian. Ia yakin anaknya itu punya masa depan yang cerah.

Pengharapan itu lah yang membuat si mama tidak menyuruh si anak melakukan pekerjaan-pekerjaan asisten rumah. Biarlah Erin fokus belajar saja, jangan sampai waktu buat mengembangkan diri habis dalam aktivitas-aktivitas rendahan.

Ketika Erin sama-sama diterima di Universitas A Kota Tong dan Sekolah Ketentaraan Kota Jing, ia sebenarnya lebih ingin dia masuk yang pertama. Siapa sangka, di belakang dirinya, Erin memilih pergi ke utara untuk masuik ke yang kedua. Bibi Yun awalnya sangat marah, namun akhirnya berkompromi.

Sekarang, terkait hubungannya dengan James He, ia pasti sudah berkompromi lagi bila tidak terikat janji pada kakek. Keinginan anak sangatlah kuat, orangtua yang sudah sepuh mana mampu menahannya sih?

Bibi Yun makan tanpa mengungkit soal si tuan muda. Erin jelas tidak mengungkitnya juga. Ia duduk di kursi sebelah ranjang sambil menyantap mantou. Jujur saja, ia sekarang makan dengan setengah hati.

Sepasang mama dan anak itu tidak pernah ribut sampai setegang ini. Mereka berdua sekarang benar-benar tidak tahu harus berkata apa.

Setelah makan mantounya sampai setengah, Erin merasa agak pusing karena semalaman tidak tidur. Bila ada bantal di sebelah, dalam lima menit ia pasti sudah mengorok. Sayang, si wanita tidak bisa meladeni rasa kantuknya sekarang.

Erin bercerita soal suster: “Suster jaga yang sebelumnya sudah aku pecat, ini aku sudah cari suster jaga baru. Kalau kamu tidak puas dengannya kabari saja aku, nanti aku carikan lagi.”

Tanpa perlu menanyakan alasannya mengganti suster, Bibi Yun pun sudah paham. Ia pun Cuma mengangguk saja. Erin kini harus pergi ke kantor. Sebelum pergi, ia menatap mamanya dengan mulut yang ingin melontarkan sesuatu. Akhir-akhirnya, tanpa sempat berucap apa pun, ia berbalik badan dan pergi.

Setelah keluar dari ruang pasien, Erin duduk di bangku panjang luar untuk menunggu kedatangan suster baru. Tidak lama kemudian, seorang gadis muda datang menghampiri. Usianya sekitar dua puluh, penampilannya juga sangat menarik. Dari percakapan singkat mereka, Erin yakin suster yang satu ini tahu diri dan tidak gemar menggosip seperti suster sebelumnya. Si wanita pun menyerahkan mamanya pada dia tanpa kekhawatiran apa pun, lalu masuk lift dan turun ke lantai bawah.

Baru keluar dari lift, ia masuk dalam dekapan seseorang. Ketika mendongak, si wanita melihat sosok yang lagi tersenyum padanya. Ia membuang nafas lega dan melepaskan tangan James He dari pinggang: “Ngapain kemari?”

Sembari berucap dan menunggu jawaban si pria, Erin terus melihat ke segala sisi dengan waspada. Ia tahu mamanya masih ada di kamar, tetapi entah mengapa ia merasa takut si mama melihat mereka lgai berbincang. Erin benar-benar tidak ingin membuat mamanya makin stress. Kalau mamanya semakin tertekan dan mengalami sesuatu, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

James He kembali merangkul pinggang Erin. Pria itu menjawab: “Kamu tidak pulang semalaman, aku jadi khawatir dan ingin menemuimu. Bibi Yun sudah tidak demam kah?”

Si pria mengamati wajah si wanita. Air mukanya tidak begitu bagus, kantung matanya juga sangat tebal. Dia sepertinya berjaga semalaman deh……

Erin menguap lebar saking tidak bisa menahan rasa kantuk. Ia mengangguk: “Sudah, tadi pagi sudah baikan. Aku barusan juga menemani dia sarapan bubur dan setengah mantou. Setelah ia lebih berenergi, aku baru berani meninggalkannya.”

Omong-omong, setengah mantou yang ia sebut barusan adalah yang bekas ia makan.

James He lega mendengarnya. Melihat mata Erin langsung berkaca-kaca sekalinya menguap, ia bertutur: “Hari ini tidak usah kerja, kamu pulang dan istirahat saja. Melihatmu seperti ini, aku jadi menyesal mengapa yang semalam berjaga bukan aku.”

Hati Erin terenyuh karena diberi perhatian. Ia masuk dalam dekapannya, “Kalau kamu yang berjaga, dia bisa ngoceh-ngoceh sepanjang malam tahu. Hoam, ngantuk sekali!”

Melihat mata Erin yang berkaca-kaca, tanpa memedulikan ada banyak orang di sini, James He membopongnya dan melangkah cepat keluar rumah sakit. Si wanita kaget setengah mati, lalu segera memintanya untuk melepaskan.

Hati James He senang melihat satu per satu pengunjung rumah sakit mengamati mereka. Ia mengancam: “Sekali lagi kamu melawan, orang yang mengamatimu bakal makin banyak. Nanti gawat loh kalau ada yang melapor ke Bibi Yun.”

Erin seketika tidak bergerak lagi.

Si pria membopong si wanita ke parkiran, lalu mendudukkannya di kursi penumpang depan. Mobil kemudian dilajukan ke He’s Corp. Merasa sangat mengantuk dan lagi berada di sebelah James He, Erin tertidur sangat lelap.

James He belakangan menyadari Erin sering mengantuk, juga menyadari porsi makannya bertambah. Ia senyum-senyum sendiri sembari menatap perut datar Erin, lalu mengecupi bibirnya waktu lampu merah. Ketika lampu lalu lintas kembali hijau, ia melajukan mobil lagi.

Bayiku belum mau muncul, jadi beberapa hari ini aku masih bisa senang-senang dulu!

Mobil tidak lama kemudian berhenti di parkiran He’s Corp. Berhubung Erin tertidur sangat lelap, James He tidak tega buat membangunkannya dan lebih memilih membopongnya naik lift. Sepanjang jalan, semua orang mengamati wajah wanita yang lagi dibopong. Mereka dalam hati berpikir, wah sebentar lagi CEO bakal punya istri nih……

James He menidurkan Erin di ranjang ruang istirahat. Si wanita terbangun karena kaget, namun begitu melihat wajah tampan yang familiar buatnya, ia lanjut tidur lagi.

Si pria menyelimuti si wanita, mengecum jidatnya, dan bergegas keluar.

Rencana awal James He sebenarnya mengantar Erin pulang ke apartemen, namun ia berpikir wakutnya tidak cukup. Selain itu, ia juga lagi kangen dengannya karena semalaman tidak berjumpa. Dengan menidurkan Erin di kantor, James He berharap bisa curi-curi waktu untuk bermesraannya ketika lagi stres dengan pekerjaan.

Tetapi, kenyataan yang terjadi tidaklah sesuai dengan harapannya. James He sibuk tanpa henti, ia sama sekali tidak punya waktu buat menengok Erin.

Setelah demamnya menurun, Bibi Yun sama sekali tidak mengantuk. Hatinya terasa pilu ketika kembali mengingat Erin. Ia mengambil ponsel dan menelepon sebuah nomor.

Orang seberang tahu siapa yang meneleponnya. Orang itu langsung bertanya: “Barang yang kamu inginkan sudah siap. Kamu mau ambil sendiri atau aku antarkan?”

“Kamu antarkan saja. Jangan datang malam-malam tapi ya,” jawab Bibi Yun. Si bibi ingin segera mengerjakan sesuatu dengan barang ini. Kalau bergerak lambat, ia khawatir dirinya tidak bakal keburu mencegah Erin menikah dengan James He.

“Baik. Siapkan saja uangnya, aku sebentar lagi berangkat.”

Bibi Yun mengernyitkan alis, “Khasiatnya yakin kuat kan?”

“Setelah pakai obat ini, pria bertubuh kekar berubah jadi anak kucing dalam hitungan detik. Kamu masih mau meragukan apa lagi?” Orang di seberang tertawa meledek. Ini obat perangsang gairah yang sangat terkenal. Setelah meminum obat ini, wanita-wanita konservatif yang tidak mau berhubungan seks sebelum menikah pasti bakal berubah pikiran. Terus, para kakek-kakek juga suka memberikan obat ini pada istrinya yang juga sudah tua.

Bibi Yun seumur hidup belum pernah melakukan beginian, apalagi dengan menjadikan anaknya sendiri sebagai target. Sehabis mematikan telepon, ia menatap pintu ruang pasien sambil gigit-gigit bibir. Si wanita dalam hati berseru: “Erin, jangan salahkan mama!”

Erin bermimpi sesuatu. Ia mimpi lagi ada di tengah tembak-tembakan yang tidak berkesudahan, lalu di depan ada seseorang yang melindunginya. Tiba-tiba, tubuh kekar orang di depan terkena hembusan banyak sekali peluru. Bercak darah langsung mengucur keluar, lalu ia melihat James He jatuh menubruk lantai.

Si wanita dengan panik menghampiri si pria. Melihat tubuh James He dipenuhi peluru dan terus meneteskan darah, Erin ketakutan sampai tidak berani menyentuhnya. Ia ingin teriak sekencang-kencangnya, namun tidak kuasa mengeluarkan suara sekecil apa pun.

Sembari berbaring di lantai, James He tersenyum lembut pada Erin seperti lagi menenangkannya. Pria itu lalu memejamkan mata dalam-dalam.

Erin berteriak “Jangan!” kencang-kencang, kali ini suaranya keluar dengan normal. Saat terbangun, wanita itu mendudukkan diri dan menatap ke depan dengan pikiran kosong. Berhalusinasi bahwa ruang istirahat lama-lama dipenuhi darah yang mengalir dari lantai, ia langsung melempar selimut, turun dari ranjang, dan berlari keluar. Wanita itu ketakutan sejadi-jadinya!

James He, yang lagi sibuk baca berkas, langsung berlari ke arah kamar istirahat waktu mendengar teriakan Erin. Menjumpai sosok prianya ketika berlari keluar, Erin langsung memeluk dia kencang-kencang. Ia lalu bicara dengan nada bergetar, “Bikin aku ketakutan aja, untung kamu tidak apa-apa.”

James He mengernyitkan alis. Ia tidak pernah melihat Erin ketakutan begini, namun hatinya tetap senang karena mendapat pelukan mendadak dari si wanita. Ia mengelus punggungnya dan menenangkan: “Mimpi buruk ya? Yang terjadi bakal berkebalikan dengan yang dimimpikan kok, jadi jangan buat dirimu sendiri ketakutan.”

James He mengajak Erin kembali ke ruang istirahat, lalu si wanita membaringkan diri dengan lemas di ranjang. Masih terbayang mimpi tadi, Erin menarik James He dengan erat saampai pria itu ikutan terjerembab ke ranjang. Takut dirinya menindih Erin, James He refleks menahan tubuhnya di ranjang dengan kedua tangan. Ia lalu menggoda wanitanya: “Tumben bisa seramah ini? Tidak berjumpa sebentar denganku, kamu kangen setengah mati ya?”

Erin merangkul leher James He dan menarik kepalanya biar lebih dekat lagi. Selain itu, ia juga melingkarkan kedua kaki pada pinggangnya. Wanita itu mengikuti gaya James He waktu mengernyitkan alis, “Iya lah, kangennya sampai mau nangis. Tidakkah kamu harus melakukan sesuatu buatku karena sudah dikangeni?”

Melihat wanita di bawahnya semakin berani, James He menempelkan bibir ke bibirnya. Gerakannya awal-awal sangat lembut, mana dia tahu bahwa Erin yang habis ketakutan malah ingin yang agresif daripada yang lembut? Dengan pancingan si wanita, si pria pun semakin mengganas.

Ketika mau “begituan”, James He kembali mengkhawatirkan kemungkinan bahwa Erin sudah hamil. Ia pun “bermain” dengan lembut, meski akhir-akhirnya tidak puas sih……

Sesudahnya, James He membopong Erin ke kamar mandi. Mereka duduk berduaan dalam bathtub, lalu si pria membasahi tubuh si wanita dan menyabuninya. Ia lalu bertanya serak: “Barusan mimpi apa sampai ketakutan begitu?”

Erin gigit-gigit bibir. Dengan takut, ia membenamkan diri dalam pelukan James He. Si pria jelas kembali tergoda buat macam-macam, namun ia benar-benar khawatir dengan bayi yang mungkin tengah dikandung Erin. Ia menahan tubuh lembutnya dan mengingatkan: “Kalau kamu goda-goda lagi, jangan salahkan aku bila aku berbuat macam-macam.”

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu