You Are My Soft Spot - Bab 172 Tidaklah Beruntung Jika Ada Darah di Gaun Pengantin (1)

Begitu keluar dari ruang dokter, Angela He melihat Wayne Shen duduk santai di sisi tembok. Ketika dilihat lebih seksama, meski posisinya terkesan santai, tetapi tubuhnya sangat tegang dan matanya merana. Ia jadi penasaran apa yang bisa membuat suasana hatinya jadi begini?

Angela He mendekat sambil melirik-lirik. Begitu sadar tengah diamati, Wayne Shen buru-buru mengunci ponselnya. Sial, Angela He sudah berhasil melihat foto yang tadi ia amati. Itu foto seorang wanita dengan rambut sepinggang tengah berlutut di depan patung Dewa Pernikahan.

Kalau tidak salah, ini wanita yang membuatnya hampir gagal menikah dengan Wayne Shen. Namanya Jennifer Li, asalnya dari keluarga Li yang berdomisili di Kota Jiangning. Wanita ini adalah cinta pertama Wayne Shen. Suaminya awalnya ingin meniduri Jennifer Li, tetapi malah secara tidak sengaja meniduri dia.

Angela He tersenyum tipis: “Sebenarnya kalau mau lihat foto mantan di hadapanku tidak masalah, toh aku tidak bakal cemburu. Aku jauh lebih sabar dibanding yang kamu bayangkan.”

Wayne Shen menyimpan ponselnya kembali ke kantong, lalu menoleh ke Angela He sambil tersenyum dingin: “Aku takut fotonya jadi kotor kalau dibuka di depan kamu.”

Wajah Angela He langsung pucat. Melihat Wayne Shen bangkit berdiri dan pergi, ia buru-buru mengejarnya. Ia berhasil menahan kerah baju pria itu dan langsung bertanya: “Wayne Shen, apa maksudmu? Jangan lupa, aku sekarang sudah jadi istrimu.”

“Ya terus kenapa? Kamu hanya alat untuk bikin anak kok,” sindir Wayne Shen keras.

Mendengar kata-kata “hanya alat untuk bikin anak”, emosi Angela He semakin terpancing. Ia menahan pergelangan tangan Wayne Shen dan menusukkan kukunya dalam-dalam ke kulit pria itu: “Kamu pikir kamu menarik di mataku? Kamu tidak lebih dari seorang pemerkosa.”

Wayne Shen dalam hati sangat marah, tetapi wajahnya menampilkan senyum. Ia meledek: “Pemerkosa? Malam itu, yang teriak-teriak penuh nafsu di bawahku siapa ya? Sebagai putri keluarga ternama, kamu senakal ini keluargamu tahu tidak sih?”

Angela He langsung mengayunkan tangannya untuk menampar pipi Wayne Shen. Dengan refleks yang super cepat, si pria buru-buru menunduk dan menahan tangan Angela He yang diayunkan itu. Tangan itu ditahan dengan erat sekali sampai si wanita meringis kesakitan. Wayne Shen memperingatkan: “Angela He, lain kali jangan manfaatkan situasiku untuk kepentingan kamu lagi. Kalau pun kamu benar-benar jatuh cinta denganku, aku tidak akan pernah menaruh hormat pada wanita macam kau.”

Si pria kemudian melepaskan tangan si wanita. Karena daritadi memberontak kencang, begitu dilepas, Angela He langsung kehilangan keseimbangan. Ia mundur-mundur dan akhirnya jatuh dalam posisi duduk di lantai.

Wayne Shen agak kasihan melihat wanita itu jatuh, tetapi ia pada akhirnya tetap tidak mau membantunya berdiri. Ia memilih berbalik badan dan pergi entah ke mana.

Angela He terduduk di lantai dengan perut yang tiba-tiba terasa nyeri. Ketika mencoba bangkit berdiri, ia baru sadar dari selangkangannya mengalir sejenis cairan hangat. Wanita itu langsung berteriak panik, “Tolong, tolong, dokter, suster, tolong, tolong selamatkan anakku……”

Mendengar teriakan, dokter dan suster langsung menghampiri sumber suara. Beberapa dokter dan perawat menggendong Angela He ke ruang gawat darurat. Ketakutan Angela He sungguh luar biasa. Ia tidak boleh kehilangan anak ini, ia belum mencapai tujuannya. Anak ini tidak boleh mati begitu saja.

Wayne Shen sudah berjalan jauh. Ia tidak tahu sama sekali apa yang terjadi di rumah sakit. Begitu Tuan Besar Shen meneleponnya sambil marah-marah, ia baru tahu Angela He nyaris keguguran.

He’s Corp.

James He tengah duduk di ruang kerja. Begitu menerima kabar dari Nyonya He, ia langsung berangkat ke rumah sakit. Kondisi Angela He kini sudah stabil. Untung saja ia jatuhnnya di rumah sakit, jadi dokter bisa segera memberikan pertolongan pertama. Anaknya tidak kenapa-napa, tetapi untuk sementara ia tetap perlu beristirahat di ranjang.

Setibanya di ruang pasien VIP, yang James He lihat pertama kali adalah Wayne Shen yang berdiri di depan kamar. Ia mengernyitkan alis. Angela He tumbuh besar bersamanya. Meski bukan berasal dari satu ibu, mereka sama-sama punya darah ayah. Di samping itu, meski keluarga He hanya memberikan warisan ke anak laki-laki, hubungan ia dan Angela He sebagai kakak dan adik tetap dekat.

James He menghampiri Wayne Shen dan bertanya: “Bagaimana kondisi Angela He sekarang?”

Wayne Shen tidak cinta Angela He, tetapi ia tetap sangat hormat pada James He, “Baru keluar dari ruang operasi. Anaknya selamat.”

James He menepuk-nepuk pundak Wayne Shen. Sambil menatapnya lekat-lekat, ia memberi nasehat: “Wayne Shen, Angela He adalah anak perempuan satu-satunya di keluarag kami. Ia dari kecil sangat disayang, jadi kepribadiannya manja. Kamu seorang pria, mengalahlah dari dia setiap kali bisa mengalah. Seorang suami yang dewasa harus selalu fleksibel, betul tidak?”

Wayne Shen tidak menjawab dan hanya gigit-gigit bibir.

Mendengar suara di luar, Nyonya He membuka pintu ruang pasien dan memanggil si putra: “James He, masuklah.”

Yang dipanggil melepaskan tangannya dari bahu Wayne Shen, lalu berujar sambil pamit: “Jangan khawatir, Angela He dan anaknya baik-baik saja.”

Wayne Shen jadi ingin bertanya, memang ia kelihatan khawtir ya?

James He menatap Wayne Shen sekali lagi sambil membuang nafas pasrah. Sepasang suami istri ini ada saja masalahnya. Ia kemudian melangkah masuk ke ruang pasien dan menutup pintu. Angela He sudah siuman. Mungkin karena tadi ketakutan, wajahnya masih pucat. Matanya juga bengkak.

James He menghampiri sisi ranjang. Ia memegang tangan Angela He dan bertanya lembut: “Angela He, sudah baikan kamu?”

“Kakak Besar, aku ingin cerai!” teriak Angela He pelan. Ia sungguh takut dengan suaminya. Untuk saat ini, yang ia mau hanya satu hal: cerai.

“Lah, waktu itu yang bersikeras ingin menikah dengan Wayne Shen siapa? Baru nikah sebentar masak sudah mau cerai?”

“Kakak Besar, Wayne Shen mendorongku, dia sengaja mendorongku sampai tersungkur di lantai supaya aku dan anakku mati. Aku tidak mau hidup dengannya lagi, aku mau cerai.” Angela He merinding mengingat kejadian tadi. Ia tadi lemas sekali melihat cairan hangat mengalir keluar dari selangkangan. Sebenci-bencinya ia dengan anaknya, ia tetap tidak mau kehilangan anak itu.

James He melipat dahi, “Imajinasi apa ini? Seemosi-emosinya Wayne Shen, ia tidak mungkin mendorongmu.”

“Kakak Besar, aku tidak ingin hidup dengannya lagi. Aku ingin cerai, katakan pada papa bahwa aku ingin cerai dari dia,” kata Angela He tidak berdaya. Ia benar-benar tidak ingin berurusan dengan Wayne Shen lagi. Pria ini bukan hanya tidak mencintainya, tetapi juga ingin membunuhnya.

“Kamu pikir pernikahan itu mainan? Waktu kamu bersikeras menikah dengan dia, aku sudah memperingatkanmu untuk pikir secara seksama. Kalau waktu itu kamu mau dengar kata-kataku, situasimu hari ini pasti tidak akan serumit sekarang. Seluruh penjuru kota tahu soal pernikahan kalian, kalau baru beberapa bulan sudah keluar kabar perceraian, kamu mau keluarga He dan keluarga Shen jadi bahan tertawaan?” ujar James He keras sambil menatap adiknya tajam.

Wajah Angela He pucat. Ia paham ia tidak bisa menghancurkan begitu saja pernikahan bisnis antara keluarga He dan keluarga Shen. Tetapi, kalau ia harus langsung berhadapan dengan Wayne Shen, ia juga tidak sanggup. Angela He terpikir jalan tengah, “Kalau begitu, boleh aku tinggal di rumah dulu untuk beberapa saat?”

“Nanti setelah dokter mengizinkan pulang ya boleh-boleh saja. Ingat, soal percerian, papa dan kakek tidak akan mengizinkanmu melakukannya. Jangan bicarakan ini di depan mereka, aku takut mereka murka,” angguk James He.

Nyonya He mendengarkan di sebelah mereka dengan tidak senang. Wayne Shen sudah membuat anaknya nyaris keguguran, masa ia tidak dapat hukuman apa-apa? Dengan wajah muram, ia memanggil James He: “James He, ayo kita ke ruang tamu sebentar. Aku ingin bicara denganmu.”

Melihat wajah muram Nyonya He, si pria kurang lebih paham apa yang akan dikatakannya. Ia mengelus-elus bahu Angela He, lalu pergi ke ruang tamu.

Nyonya He menutup pintu ruang tamu dan protes: “James He, kok kamu berpihak pada Wayne Shen? Ia nyaris membuat adikmu mati dalam keadaan hamil.”

James He mengernyitkan alis, “Ma, sikap Angela He ini kekanak-kanakkan, kamu sendiri masa juga tidak bisa menghtiung situasi saat ini? Malam itu kita tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ada satu hal yang bisa dipastikan, yakni Wayne Shen tidak kekurangan pilihan wanita selain Angela He. Kalau kamu mau paksa Wayne Shen bertanggung jawab dan membiarkan Angela He cerai darinya, kamu mau kita merugi dan jadi bahan tertawaan semua masyarakat kelas atas?”

“Aku……” Nyonya He merasa kata-kata James He ada benarnya juga. Meski begitu, hatinya masih tidak begitu senang melihat anaknya diperlakukan begini. Masa ia harus memaafkan menantunya yang sudah kasar begini begitu saja?

“Angela He terluka gini, si Wayne Shen juga bukannya tidak peduli dan tidak khawatir kok. Ia buru-buru datang kemari, itu tanda ketulusan dan kerendahan hatinya. Sudahlah, jangan besar-besarkan masalah ini.” James He bukan tidak ingin membebaskan Angela He dari penderitaannya, tetapi kalau pun ia menampar Wayne Shen ratusan kali, itu tidak akan berarti banyak bagi sip ria. Yang terpenting sekarang adalah memanfaatkan insiden ini untuk menimbulkan rasa bersalah dalam diri Wayne Shen. Siapa tahu kejadian ini bisa jadi titik balik hubungan pernikahan adiknya ke arah yang positif.

Nyonya He untuk sementara hanya bisa menerima saran James He. Walau bagaimana pun jga, anaknya sudah menikah dengan Wayne Shen. Ia tiba-tiba teringat satu hal lain, “James He, dengar-dengar belakangan ini kamu rutin berhubungan dengan Tiffany Song yang dari Tiffalor Design Corp itu?”

James He heran ditanya begini. Nyonya He sebelumnya tidak pernah menanyakan urusan pribadinya. Ia menjawab: “Aku baru beli vila baru dan meminta perusahaannya merenovasinya. Tidak bisa dibilang berhubungan dekat sih.”

Nyonya He berusaha membujuk, “James He, kamu sudah besar. Aku bukannya ingin mengaturmu seperti anak kecil lagi, tetapi kamu tahu kan yang Angela He ingin nikahi awalnya adalah Taylor Shen? Gara-gara Tiffany Song, ia jadi terpaksa menikah dengan Wayne Shen. Jadi, ketidakbahagiaannya sekarang ini secara tidak langsung disebabkan oleh Tiffany Song. Kalau kamu bisa menjauh darinya, aku harap menjauhlah, daripada adikmu kesal.”

James He mendebat, “Kata-katamu ini tidak masuk akal. Apa yang kamu maksud dengan “ketidakbahagiaannya sekarang ini secara tidak langsung disebabkan oleh Tiffany Song”? Taylor Shen tidak tertarik pada Angela He itu memang sebuah kenyataan, kok yang disalahkan malah Tiffany Song?”

Nyonya He menyudahi dengan otoriter, “Sudah dengarkan saja kata-kataku. Ya sudah, Angela He aku yang jagain. Kamu balik kerja sana.”

James He keluar dari ruang tamu. Ia lalu langsung keluar dari ruang pasien tanpa pamit pada adiknya.

Wayne Shen masih berdiri di depan ruang pasien. James He berujar padanya: “Angela He sedang istirahat. Pulanglah dulu, besok datang lagi.”

Wayne Shen pun bergegas ke lift bersama James He.

……

Ketika jam makan siang sedikit lagi tiba, Christian kembali dari gedung pengadilan. Ia masuk ke ruang kerja Tiffany Song dan melapor: “CEO Song, Hakim He sepertinya tidak begitu senang melihat kedatanganku. Ia berharap kamu sendiri yang datang.”

“Kok gitu?” tanya Tiffany Song heran. Kemarin mereka sudah kelar mendiskusikan detail-detail kontrak, desain dekorasinya juga sudah direvisi sesuai kemauan Felix He. Pria itu dari dulu sangat bersahabat, kok menjelang penandatanganan kontrak dia malah berubah begini?

“Ia menitipkan pesan padaku, yang terjadi kemarin di toilet sungguh di luar kendali dia. Ia ingin minta maaf langsung di depanmu. CEO Song, kemarin sebenarnya ada kejadian apa sih di toilet? Begitu keluar dari sana, air mukamu sungguh berubah.” Christian kemarin sangat khawatir dengan bosnya. Hari ini, begitu Tiffany Song dan CEO Song mengabarkan pada khalayak umum mereka akan menikah, ia baru tenang sedikit.

Tiffany Song menjawab dengan mata menatap meja: “Tidak terjadi apa-apa. Kalau itu maunya, ya sudah tolong jadwalkan ulang pertemuan dengannya. Aku sudah menghabiskan banyak tenaga dan waktu untuk proyek ini, jangan sampai jadi gagal hanya karena alasan pribadiku. Aku siap bernegosiasi langsung dengannya.”

Wajah Christian terlihat khawatir. Mulutnya bergerak-gerak seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi ia akhirnya tidak jadi bicara.

Tiffany Song menyadari sikap Christian. Ia tersenyum: “Kak Yan, kamu mau berkata apa? Katakan saja, jangan takut.”

“Hakim He dari luar terlihat lurus, tetapi melihat dia memaksamu untuk datang menemuinya, aku jadi khawatir ia punya motif tersembunyi,” tutur Christian.

Ketika bekerja di Winner Group, pertama kalinya Tiffany Song pergi ke luar untuk urusan proyek, ia menemui klien yang “tidak lurus”. Tiffany Song paham betul Christian sekarang khawatir karena kejadian itu. Ia mencoba menenangkan: “Kak Yan, Hakim He bukan orang yang seperti itu. Dia orang yang baik dan tidak akan melakukan apa-apa yang kelewatan padaku, kamu jangan khawatir.”

“Mungkin aku memang berpikir terlalu jauh. Tidak peduli kekhawatiranku ini nyata atau tidak, aku harap kamu selalu waspada setiap berhadapan dengannya,” pesan Christian.

“Baik, aku akan selalu waspada,” angguk Tiffany Song.

Christian segera menjadwalkan pertemuan keduanya. Felix He sore harinya ada satu sidang. Begitu sidang berakhir pukul empat, dia memberitahukan Christian ia bisa datang ke kantor Tiffalor Design Corp pukul setengah lima. Christian merasa jauh lebih tenang mereka jadinya bertemu di kantor Tiffany Song sendiri. Ia mengubah jadwal sore bosnya itu sedikit-sedikit.

Tepat pukul setengah lima, Felix He tiba di kantor Tiffalor Design Corp. Ia langsung diantar Christian ke ruang rapat. Tiffany Song, yang sudah menunggunya di sana daritadi, bergegas menyalami, “Tuan He, maaf sudah merepotkanmu untuk datang kemari.”

Melihat Tiffany Song mengenakan baju terusan merah, Felix He langsung teringat sebuah wajah yang mirip dengannya. Ia pernah berhubungan dengan si pemilik wajah hingga punya anak bernama James He. Sayang, karena wanita itu anak sebatang kara, keluarga He tidak merestui kelanjutan hubungan mereka.

“Amelia……” panggil Felix He pelan.

Tiffany Song berusaha menghindari tangan Felix He yang mau mengelus pipinya sampai mundur-mundur. Ia menegur, “Tuan He, tolong kendalikan diri!

Felix He baru sadar apa yang ia lakukan barusan. Ia buru-buru menarik tangannya dan berujar dengan rasa bersalah: “Maaf, Nona Song. Tindakanku barusan sangat impulsif, sungguh maaf.”

Tiffany Song mengernyitkan alis. Saat Christian mengingatkannya untuk berhati-hati, ia masih percaya Felix He adalah orang yang sepenuhnya lurus. Tapi, tingkahnya barusan membuat keyakinannya ini agak goyah. Kalau saja belum menghabiskan banyak tenaga dan waktu untuk proyek ini, ia sungguh ingin membatalkan kerjasama mereka.

Tiffany Song akhirnya menahan ketidaksenangannya dan mempersilahkan Felix He duduk.

Wajah Felix He masih dipenuhi rasa bersalah. Ia menarik bangku dan duduk. Christian menyerahkan kontrak ke hadapannya. Setelah membaca dengan cepat satu kali, ia langsung membubuhkan tandatangan di bagian pihak kedua.

Tiffany Song keheranan dengan ketergesa-gesaannya. Ia mengingatkan: “Tuan He, kamu sudah baca kontraknya dengan seksama? Kalau sudah ditandatangani tidak boleh dibatalkan loh.”

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu