You Are My Soft Spot - Bab 152 Tidak Ada Orang yang Bisa Melepaskan Dirinya Sendiri (1)

Taylor Shen tidak percaya foto ini nyata adanya. Tiara ternyata ada di sebelahnya dari dulu, bahkan disakiti habis-habisan oleh Jason persis di hadapannya tanpa ia tahu. Mengapa setragis ini?

“Adik Keempat, suaraku terdengar tidak?” tanya Jordan Bo karena Taylor Shen tidak jawab-jawab.

Hati Taylor Shen sakit sekali. Ia menjawab serak, “Aku sudah tahu siapa dia. Ternyata Tiara selalu ada di sisiku, hanya akunya saja yang tidak mengenalinya. Kalau aku tahu dari awal dia……”

Kalau ia tahu dari awal Angelina Lian itu Tiara, bukankah ia bisa mencegah segala hal buruk yang terjadi padanya? Orang yang selama ini cari-cari ternyata ada di depan matanya, namun ia selalu mengabaikannya. Ia tidak pernah memerhatikan Angelina Lian dengan seksama, jadi ia tidak sadar wanita itu sebenarnya bermata sipit juga.

Jordan Bo pikir Taylor Shen masih mengira Tiffany Song adalah Tiara. Ia buru-buru mengklarifikasi: “Adik Keempat, bukan Tiffany Song, tapi orang lain.”

Taylor Shen duduk lemas di sofa sambil memandangi anak kecil dalam foto yang ia pegang. Anak kecil itu tersenyum lebar seolah tidak punya kekhawatiran apa pun, namun yang nampak di mata Taylor Shen adalah pemandangan ketika Jason menyakiti Angelina Lian persis di hadapannya.

Tiara, maaf, Kakak Keempat sungguh minta maaf padamu!

Taylor Shen memejamkan mata. Ia berujar: “Aku sudah tahu. Bukan Tiffany Song, tapi Angelina Lian. Ternyata Tiara selalu ada di sisiku.”

“Jadi kamu sudah menemukannya?” tanya Jordan Bo.

“Iya, sudah ketemu. Kakak Tertua, terima kasih,” ujar Taylor Shen. Bertahun-tahun lamanya mereka berteman, Jordan Bo sudah menganggap dia sebagai adiknya sendiri. Setiap kali terjadi sesuatu pada Taylor Shen, Jordan Bo pasti akan mengulurkan tangan untuk membantu. Karena bantuannya pula Taylor Shen bisa dengan segera merebut kembali Shen’s Corp.

Jordan Bo membuang nafas lega, “Tidak perlu bilang terima kasih padaku. Berhubung kamu sudah menemukan Tiara, ya sudah aku bisa tenang.”

Setelah mematikan telepon, Jordan Bo melihat matahari yang perlahan bergerak semakin naik. Hari yang baru telah tiba. Ia berbalik badan menatap Stella Han yang masih tertidur lelap, lalu duduk di sisi ranjang sambil memandanginya. Melihat wajah Stella Han yang putih bersih, hatinya menggebu-gebu.

Ia meraba pelan tangan Stella Han. Wanita itu menggumam pelan lalu kembali larut dalam tidurnya. Posisi tidur Stella Han yang manja ini membuat nafsu Jordan Bo bergelora. Ia menunduk dan menciumi bibir wanita itu dengan agresif.

Stella Han terganggu dan langsung membuka mata. Yang dilihatnya pertama kali adalah wajah Jordan Bo yang tampan. Ia memegang dada pria itu sambil mencengkeram piyamanya, entah ingin menariknya untuk mendekat atau mendorongnya untuk menjauh.

Jordan Bo mendongak dan bertanya, “Sudah bangun?”

Tatapan Jordan Bo terasa sangat mengintimidasi. Stella Han buru-buru mengalihkan padangannya ke arah yang lain sambil menjawab: “Hari sudah terang, kamu tidak olahraga pagi?”

Jordan Bo punya kebiasaan bangun pukul enam dan olahraga pagi sejak lama. Sekarang setidaknya sudah pukul tujuh lebih, kok dia masih ada di atas ranjang begini?

“Sekarang baru mau nih……” Jordan Bo tersenyum misterius dan berbaring menindih Stella Han. Tidak lama kemudian dari dalam kamar pun terdengar suara denguhan dan erangan.

……

Taylor Shen kembali memandangi foto setelah berteleponan dengan Jordan Bo. Ponselnya kembali berdering, kali ini nomor yang meneleponnya adalah nomor Amerika. Ia mengangkatnya dan orang seberang langsung berbicara panjang-lebar dalam Bahasa Inggris. Taylor Shen mengucapkan terima kasih, mematikan telepon, lalu menyalakan komputer dan membuka e-mail-nya.

Di kolom pesan masuk ada dua laporan hasil tes DNA. Semuanya tertulis dalam Bahasa Inggris. Bagian paling bawah keduanya adalah “tidak ada hubungan darah ayah-anak” dan “tidak ada hubungan darah kakak-adik”. Meski sudah tahu akan keluar hasil begini, hati Taylor Shen tetap membuncah senang.

Tidak ada hubungan darah!

Ia dan Tiffany Song bukan kakak-adik. Ini jelas sesuatu yang menggembirakan, tetapi begitu tahu siapa sebenarnya Tiara, awan gelap langsung menggantung di atas kepala Taylor Shen. Tiara, Kakak Keempat mohon beribu maaf padamu. Kedepannya Kakak Keempat tidak akan membiarkanmu sendirian lagi.

Eden Zhu menghampiri meja kerja Taylor Shen. Melihat perubahan mendadak pada raut wajah bosnya, ia bertanya hati-hati: “CEO Shen, hasil tes DNA sudah keluar? Nona Song bukan Tiara kan?”

“Sudah, iya bukan. Kita sudah memusingkan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.” Taylor Hhen melihat kedua anak di foto satunya. Mereka bergandengan tangan dengan akrab. Ternyata Tiffany Song dan Tiara saling kenal saat kecil, bahkan berteman akrab. Hatinya kini dipenuhi dua perasaan yang bertolak belakang. Di satu sisi, ia senang Tiffany Song bukan Tiara. Di sisi lain, ia merasa bersalah tidak tahu Angelina Lian adalah Tiara dari dulu.

Eden Zhu berujar senang: “CEO Shen, ini berita baik. Berhubung Nona Song bukan Tiara, kamu dan Nona Song berarti bisa bersama.”

“Iya. Kami akhirnya bisa bersatu tanpa mempertimbangkan norma sosial lagi,” jawab Taylor Shen.

Eden Zhu bisa membaca suasana hati Taylor Shen sebenarnya tidak begitu baik. Ia memutuskan bertanya: “CEO Shen, ini kan kabar baik, kok kamu kelihatannya tidak senang?”

“Eden Zhu, aku sudah memintamu melakukan penyelidikan bertahun-tahun begini, sungguh tidak disangka Tiara ternyata ada di sisiku. Ia bahkan banyak menghadapi kesulitan gara-gara aku. Aku sungguh bukan kakak yang baik,” tutur Taylor Shen menyalahkan diri sendiri. Angelina Lian adalah Tiara. Sekalinya teringat semua kemelaratan yang dijumpai Angelina Lian, bagaimana bisa ia memaafkan kesalahannya ini?

“CEO Shen, jadi Tiara itu Nona Lian?”

“Betul. Beberapa waktu lalu aku bertemu Kakek Lian untuk menanyakan mengapa dia mengusir Angelina Lian. Kakek Lian tidak mau cerita. Firasatku mengatakan itu pasti ada hubungannya dengan identitas Angelina Lian serta kecelakaan yang dialami Arvin Lian dan istrinya.” Taylor Shen ingat ia sempat bertemu Kakek Lian untuk meminta pria tua itu kembali menampung Angelina Lian di rumahnya. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak-tidak pada hubungannya dengan Tiffany Song. Ia merasa kelewatan tega sampai terpikir melakukan itu.

Langit sudah menaruh Angelina Lian di sebelahnya, tetapi ia tidak merawatnya dengan baik dan malah membiarkan dia hidup menderita. Kakak macam apa ini?

Eden Zhu ingat Christian pernah cerita sesuatu. Waktu itu, ketika Taylor Shen menghabisi mantan bosnya di Wall Street yang bernama Jason, Jason langsung melancarkan balas dendam. Ia ingin membunuh Taylor Shen, tetapi Angelina Lian berhasil menyelamatkannya. Ketika polisi datang dan menemukan mereka berdua, sekujur tubuh Angelina Lian penuh luka-luka bekas dilecehkan oleh sekelompok pria suruhan Jason.

Kalau Angelina Lian memang Tiara, melihat adiknya diperkosa oleh orang lain dengan mata kepalanya sendiri, bayangkan saja seberapa sakitnya hati Taylor Shen. Itu baru satu hal. Yang satunya lagi, waktu kecil Tiara diculik pelaku trafficking karena keteledorannya dan saat besar kembali disakiti oleh musuhnya sendiri di depan matanya. Rasa bersalah Taylor Shen pastilah sangat besar.

Ini kelewat tragis!

Melihat Taylor Shen terus memandangi foto, Eden Zhu membuang nafas panjang untuk memenangkan diri, “CEO Shen, tidak perlu menyesali masa lalu. Sekarang kamu kan sudah menemukan Tiara, ya sudah kamu rawat dia baik-baik untuk mengompensasi masa lalu itu. Aku percaya ia pasti akan memaafkan kesalahan-kesalahanmu kok.”

Wajah Taylor Shen sangat muram. Ia mengangguk, menaruh foto di meja, lalu menatap Eden Zhu dan berujar: “Selama ini aku sudah suruh kamu kesana-kemari untuk cari Tiara. Terima kasih banyak ya, aku sungguh menghargai kinerjamu. Mulai besok, kamu bisa kembali kerja di kantor.”

“Tidak perlu berterimakasih, CEO Shen. Aku malah senang dipercaya kamu untuk melakukan tugas sesulit ini. Untung saja aku pada akhirnya bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan tidak mengecewakan harapan CEO Shen,” ujar Eden Zhu sungkan.

Taylor Shen bangkit berdiri, berjalan melewati meja kerjanya, lalu menepuk-nepuk pundak Eden Zhu, “Pulang dan istirahatlah, besok kerja lagi.”

“Baik, CEO Shen.” Eden Zhu mengangguk lalu keluar.

Ruang kerja Taylor Shen langsung kembali hening. Pria itu berjalan ke jendela dan menyalakan rokoknya. Wajahnya sangat muram. Mama, Angelina Lian adalah Tiara. Aku sudah melangkahi janjiku pada Mama. Aku tidak berhasil melindunginya dari segala bahaya dunia.

Tiffany Song langsung masuk ke ruang kerjanya setelah masuk gedung. Ketika membuka pintu ruang kerja, ia langsung melihat Taylor Shen tengah bersandar di jendela. Entah sudah berapa lama ia “berpose” begitu, kelihatannya sedang ada masalah.

Tiffany Song terdiam di depan pintu beberapa menit. Ia kemudian sengaja mengetuk pintu beberapa kali untuk memberitahukan kehadirannya.

Taylor Shen menoleh. Melihat Tiffany Song berdiri di depan pintu, ia langsung mematikan rokoknya dan berjalan menghampiri wanita itu.

Melihat Taylor Shen semakin lama semakin mendekat, jantung Tiffany Song berdebar kencang. Ia merasakan akan terjadi sesuatu yang kelewat batas sebentar lagi. Ia refleks ingin kabur, tetapi kakinya terpaku di lantai yang ia pijak dan tidak mampu digerakkan sedikit pun.

Tiffany Song mendongak menatap Taylor Shen dan membuka mulutnya sedikit: “Kamu……”

Satu detik kemudian, Taylor Shen sudah memegangi wajahnya dan mendaratkan ciuman hangat di bibir. Tiffany Song panik. Ia takut setengah mati dengan keagresifan Taylor Shen ini.

Taylor Shen menciuminya sampai punggungnya tidak sengaja menabrak pintu. Ia kesakitan. Pikirannya penuh rasa was-was. Tiffany Soong berusaha melawan sekuat tenaga, “Taylor Shen, kamu tidak boleh……”

Taylor Shen memegang pinggang Tiffany Song dan membopongnya. Dengan satu tangan, pria itu mengunci pintu ruang kerja.

Krek! Suara pintu terkunci terdengar sampai ke telinga Tiffany Song. Ia jadi makin panik. Ia menatap Taylor Shen dengan takut sambil menggelepar-gelepar bak ikan. Tiffany Song menggeleng, “Taylor Shen, jangan begini. Ini tidak etis dan tidak bermoral.”

Taylor Shen sengaja tidak memberitahukan hasil tes DNA barusan pada Tiffany Song. Melihat Tiffany Song ketakutan setengah mati, ia memegangi dagu wanita itu sambil mendaratkan ciuman lagi. Ia lalu berujar serak: “Tiffany Song, aku ingin kamu!”

Mata Tiffany Song membelalak. Tatapan Taylor Shen sama sekali tidak mengandung sedikit pun maksud bercanda. Pria ini bersungguh-sungguh dengan keagresifannya. Kalau pun Taylor Shen menganggap norma sosial sebagai omong kosong, ia tetap saja tidak boleh berbuat begini.

“Tidak mau, aku tidak mau kamu. Taylor Shen, jangan begini. Masuk neraka kita nanti.” Tiffany Song terus berusaha keras melepaskan diri dari Taylor Shen, tetapi hasilnya tetap nihil. Ia mulai menangis.

Taylor Shen kembali mencium bibir Tiffany Song. Ia kemudian melepaskan jaketnya sambil berseru tegas: “Asalkan bisa bersama denganmu, kalau pun harus masuk neraka, aku tidak peduli!”

“Benar-benar sudah gila kamu!” Tiffany Song tidak bisa menghindar dari ciuman Taylor Shen. Ia dalam hati sungguh merasa putus asa. Air matanya tidak berhenti mengalir. Taylor Shen berjalan membopongnya ke sofa.

Ketika dilempar ke sofa, yang Tiffany Song pikirkan pertama kali adalah kabur. Tidak boleh, mereka tidak boleh begini. Sayang, ketika ia mau bangkit berdiri, Taylor Shen sudah terlebih dahulu menindih tubuhnya. Tiffany Song berteriak ketakutan.

“Taylor Shen, kamu……” Gerakan perlawanan Tiffany Song tiba-tiba berhenti.

Taylor Shen menatapnya tajam. Pria itu memegang dagunya, lalu bertanya dengan nada kecewa, “Tiffany Song, pernahkah sekali saja kamu menemaniku menerobos ke depan, tidak peduli apakah depan itu neraka atau jurang dalam?”

Tiffany Song tidak melawan lagi. Segalanya sudah terlambat. Ia memejamkan mata sambil tetap menangis, “Taylor Shen, mengapa kamu harus memaksaku begini? Kamu jelas tahu aku plin-plan dan mudah dipengaruhi, mengapa kamu masih sengaja begini?”

“Karena aku sayang kamu. Kamu adalah diriku yang satunya lagi. Tidak ada orang yang bisa melepaskan dirinya sendiri,” jawab Taylor Shen.

Jelas-jelas di depan terpampang neraka panas, mengapa ia masih saja berani berjalan ke depan dan tidak rela melepaskan Taylor Shen?

Taylor Shen lagi-lagi mendaratkan ciuman di bibir Tiffany Song. Hatinya meringis iba. Tiffany Song bukan Tiara, bukan juga Nini, jadi dia siapa?

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu