You Are My Soft Spot - Bab 355 Yang Memukul Adalah Kamu, Kenapa Kamu Yang Merasa Tidak Adil (2)

Jordan Bo menggendong Stella Han keluar dari hotel, mobilnya diparkir di luar pintu, dia memasukkannya ke sebelah kursi setir. Stella Han duduk di sebelah kursi setir dan menyaksikan pria itu berjalan kembali dengan membawa sepasang sepatu wanita, penampilannya sama sekali tidak ada rasa ketidakmauan, Stella mau tidak mau merasa sedikit tersentuh.

Tersentuh?Apa yang dia pikirkan, apakah dia lupa dengan adegan dimana dia menggendong Bretta Lin pergi dari aula?

Jordan Bo meletakkan sepatu di kakinya, kemudian menutup pintu mobil dan berbalik masuk ke dalam mobil. Mobil melaju keluar dari hotel bintang lima, lampu neon bewarna-warni bersinar menembus dalam mobil.

Stella Han bersandar di sandaran kursi tanpa memandang Jordan Bo, suasana dalam mobil itu suny, Jordan Bo meliriknya dari waktu ke waktu, ia melihatnya sedang memandang ke luar jendela, lalu berkata dengan suara pelan: "Tertidur?"

"Tidak."

Jordan Bo mengamati jalan di depan, dan dia berkata pada dirinya sendiri: “Kondisi Bretta Lin tidak baik, selama periode dialisis ini, efeknya tidak terlalu baik, aku sedang menghubungi para ahli asing di daerah ini untuk memberikan perawatan lebih lanjut."

“Dialisis?” Stella Han menatapnya dengan heran, Bretta Lin sakit?Sejak pertama kali berjumpa, dia menyadari bahwa kulitnya pucat, tapi ia tidak berpikir terlalu banyak, setiap orang kan berbeda-beda, ditambah lagi penampilannya yang kuat di pengadilan, tentu saja dia tidak menganggapnya sedang sakit, tidak disangka dia benar-benar sakit.

"Ya." Jordan Bo tidak banyak bicara, juga tidak mengatakan Bretta Lin menderita penyakit apa, Bretta Lin mengatakan padanya untuk tidak memberitahu siapapun, dia memiliki harga diri yang kuat, agar orang lain tidak merasa kasihan padanya.

Stella Han melihatnya tidak ingin berkata lebih banyak tentang hal itu, jadi dia tidak bertanya lagi, cinta pertamanya menderita penyakit, dia juga pasti merasa cape hati, tidak heran setiap dia pulang malam, selalu ada bau disinfektan dair tubuhnya. Apa lagi yang bisa dia katakan saat ini, apa harus bermurah hati dan mengatakan, pergilah merawatnya, tapi dia tidak bisa mengatakannya, dia tidak selapang dada itu.

Suasana dalam mobil menjadi sunyi lagi, mobil melaju ke Vila Halley City, Stella Han mengenakan sepatunya dan turun dari mobil, melihat Jordan Bo masih di dalam mobil dan tidak berencana untuk turun, Stella memegang pintu mobil dan membungkuk untuk memandangnya, “Kamu tidak turun?”

"Aku masih harus pergi ke rumah sakit, para ahli asing malam ini akan datang, aku mau mendiskusikan rencana perawatan dengan mereka, kamu tidur duluan saja, jangan tunggu aku." Jordan Bo menatapnya dengan tatapan yang dalam.

Stella Han mengerutkan kening, begini lagi, dia tidak mengatakan apa-apa dan langsung menutup pintu mobil, ia berbalik dan berjalan masuk ke dalam vila. Jordan Bo terus mengawasinya menghilang di gerbang sebelum dia melaju keluar dari vila.

Stella Han berdiri di pintu, lampu induksi di pintu tiba-tiba padam, dia jatuh terduduk tak berdaya, ia memegang kepalanya dengan kedua tangannya, tidak tahu bagaimana menghadapi situasi rumit di hadapannya. Tidak peduli bagaimana pernikahannya dengan Jordan Bo bisa terjadi, mereka sudah menjadi suami istri, dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri suaminya pergi menjadi wanita lain selama tiga hari, sedangkan dia tidak bisa melakukan apapun, hanya karena wanita itu menderita penyakit, tapi apa hubungannya dengan Jordan Bo?

Selama beberapa hari, Jordan Bo tidak pulang, Stella Han mengetahui dari mulut asisten bahwa Bretta Lin menyerahkan semua perkara hukumnya kepada rekan-rekannya, tampaknya dia berencana untuk mengambil cuti panjang. Bahkan kolega Bretta Lin di perusahaannya pun tidak tahu Bretta Lin mau pergi kemana, hanya mendengar bahwa dia mengajukan pengunduran diri.

Stella Han tidak menghubungi Jordan Bo dan tidak bertanya mengapa dia tidak pulang, dia hanya bersyukur tidak melibatkan perasaannya terlalu dalam, kalau tidak, menghadapi seorang pria yang masih mencintai mantan pacarnya akan menjadi sebuah tragedi untuknya.

Sekarang, dia masih bisa mempertahankan pernikahan, hanya karena pernikahan ini adalah kontrak, dia bisa mengawali, tapi tidak bisa menyudahi. Dia mengingatkan dirinya lagi, jangan sampai jatuh cinta padanya, jika sampai jatuh cinta padanya maka kamu akan kalah.

Pada akhir bulan November, Stella Han menyelesaikan perkara hukum, saat mengantar orang itu pergi, ia berbalik dan masuk ke dalam WC. Dia berdiri di depan wastafel dan mencuci tangannya, percakapan dari seorang kolega perempuan di dekatnya terdengar, “Seli, kamu bawa softex tidak, aku datang bulan, kali ini juga datang lebih awal lagi, benar-benar mengesalkan.”

Suara rekan perempuan Seli datang dari arah lain, “Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya di kantor.”

"Terima kasih."

Gerakan mencuci tangan Stella Han terhenti, tampaknya ia telah mengabaikan sesuatu, menstruasinya selalu datang di awal bulan, sekarang sudah pertengahan bulan, tapi belum keluar juga. Dia melihat raut wajah pucat seorang wanita di depan cermin, tidak mungkin, dulu sering melakukan pun tidak kenapa-kenapa, bulan ini mereka hanya melakukannya dua tiga kali, tidak mungkin sesial ini sampai hamil kan?

Stella Han tidak mencuci tangannya lagi, dia mengambil tas dan filenya, lalu bergegas keluar dari pengadilan. Karena takut bertemu dengan kolega yang lain, jadi dia sengaja mencari apotek yang sangat jauh, suster bertanya apa yang ia beli, dia mencicit lama sekali, barulah akhirnya berkata ingin membeli testpack.

Setelah membeli testpack, hatinya merasa makin tidak nyaman. Dia duduk kembali di mobil, melihat testpack yang ada di tangannya, ia menelan ludahnya, jika saat ini mengandung anak, apakah baginya ini adalah sebuah hal yang baik atau buruk?

Dia mengemudi kembali ke vila dan melihat sekilas mobil Babos yang telah menghilang selama beberapa hari, terparkir di halaman, dia menoleh melihat ke vila, apakah Jordan Bo sudah kembali?

Pada saat dia termenung, mobilnya sudah menabrak bagian belakang mobil Babos, lampu Babos otomatis menyala dan bel alarm berbunyi, kesadaran Stella Han tiba-tiba kembali, ia cepat-cepat menginjak rem, terkejut dan keluar keringat dingin, setelah mematikan mesin dan turun dari mobil, dia berjalan ke depan mobil, ia melihat bemper mobilnya telah menabrak dan jatuh, sedangkan Babos hanya tergores sedikit.

Fakta sekali lagi membuktikan bahwa kualitas mobil yang baik jauh lebih baik daripada mobil biasa. Dia berjongkok di depan mobil dan berusaha mendapatkan kembali bemper mobilnya, tiba-tiba terdengar suara rendah seorang pria, “Jadi begitukah caramu menyambutku pulang?”

Stella Han berdiri dan melihat ke belakang, matahari terbenam menyinari sosok pria itu, dia memakai kemeja bewarna putih dan mantel parit hitam, ada eksrpresi lelah terlukis di wajahnya, dia menatapnya.

Stella Han memalingkan muka dengan tidak nyaman, ia menatap bagian bawah mobil Barbos dan berkata, "Aku sudah lama tidak melihat mobilmu, mobil Beetle terlalu ramah, jadi tidak bisa menyalahkanku."

Jordan Bo merentangkan kakinya dan berjalan menghampirinya dalam beberapa langkah, ia meraih pinggangnya dan menggoda: “Beetle begitu ramah, bagaimana denganmu?Beberapa hari tidak melihatku, kangen tidak?"

Stella Han memalingkan muka dengan canggung, telinganya memanas, “Kamu masih menginginkankan aku kangen? Mantan pacarmu yang kangen saja sudah cukup.”

Jordan Bo menatapnya dengan senyum, dan juga mengendus tubuhnya dengan sengaja, dalam suasana hati yang baik: “Aroma masam yang pekat, sepertinya seseorang telah menjatuhkan toples cuka."

Stella Han mendorongnya dengan keras, tapi seperti biasa tidak bisa mendorongnya, dia jengkel: “Jangan dekat-dekat, aku tidak kangen padamu, kamu tidak pulang, aku masih merasa nyaman, ranjangnya begitu besar, aku bisa berguling sesukaku.”

Jordan Bo menatapnya dan hanya tertawa, tertawa sampai membuat Stella Han menjadi lebih tidak nyaman, dia berbisik: "Benar-benar tidak kangen padaku?"

“Tidak kangen!” Leher Stella Han menjadi kaku, dia tidak ingin menemani pria yang masih berada di sisi mantan pacarnya.

Jordan Bo menghela nafas pelan, ia memeluknya dengan erat, ia meletakkan dagunya di bahunya, membuka mulutnya untuk menggigit daun telinganya, dan mendesah: "Wanita yang tidak punya hati nurani, bahkan tidak menelepon ataupun mengirim pesan teks, benar-benar kejam."

Stella Han merasa sakit, hatinya seperti ada rasa kecewa yang tidak bisa dijelaskan, dia mengepalkan tinjunya dan memukuli punggungnya dengan tenaga, kebencian meluap padanya, “Pergi kamu, aku bukan anjing peliharaanmu, kamu ingat baru pulang, tidak ingat tinggal biarkan saja sendiri, lepaskan aku, sana peluk mantan pacarmu saja, aku tidak mengijinkanmu memelukku.”

Jordan Bo didorong pergi olehnya, dan dia menempelkannya di wajah tebalnya, dia tidak pernah menyangka, bahwa suatu hari dirinya bisa menjadi seperit ini. Dulu saat berpacaran dengan Bretta Lin, Bretta Lin sangat patuh padanya, tidak mendorong ataupun memukul, selama dia melihat dirinya tidak senang, Bretta akan langsung datang membujuknya

Tapi Stella Han yang ada di hadapannya, jangankan membujuknya, jika dia emosi dan berbalik untuk pergi, Stella akan mengabaikannya sampai akhir, pada akhirnya, dialah yang harus bersabar dan berbaikan dengannya, dia benar-benar dikirim dari langit untuk mengujinya. Di hadapan Stella Han, menjadi dingin itu tidak berguna, emosi tidak berguna, bahkan sengaja tidak menghubunginya pun, ia tidak akan seperti wanita lainnya, yang akan berinisiatif menghubunginya.

Dalam hati Stella, dia adalah opsional.

Dalam beberapa hari terakhir, dia menemani Bretta Lin untuk pemeriksaan seluruh tubuh, membahas rencana perawatannya dengan para ahli dari luar negeri, dan menemaninya untuk melakukan kemoterapi dan dialisis. Jelas-jelas dia sibuk sekali sampai minum pun tidak ada waktu, tapi ia sering sekali mengambil ponselnya untuk melihat apakah Stella Han menghubunginya atau tidak, apakah dia mengirim pesan teks atau tidak.

Wanita kejam ini bahkan tidak mengirim satu pesan teks pun, dia bahkan merasa, jika dia tidak berinisiatif muncul di hadapannya, waktu berlalu lama, dia pasti sudah lupa jika dia memiliki satu orang suami.

Apakah perasaannya sedingin ini?

Tidak, dia memiliki sisi patuh, tetapi kelembutannya diberikan kepada Ned Guo. Dia masih ingat akan pesta yang diadakan setiap beberapa tahun sekali, Ned Guo sedang bersama mereka, Stella meneleponnya setiap sejam sekali, Ned Guo tidak berdaya dan manja, ia berkata pada mereka, pacarnya sangat ketat, tidak memperbolehkan minum alkohol dan tidak boleh merokok.

Pada saat itu, dia tidak tahu bahwa pacar Ned Guo adalah dia, dia hanya berpikir tingkah mereka saat itu, jika dipikirkan saat ini, benar-benar membuatnya iri.

Kalau peduli, barulah ketat, jika tidak peduli, siapa yang peduli kamu mau minum alkohol sampai lambung bolong ataupun merokok sampai terkena kanker paru-paru, dia tidak akan pernah bertanya satu kalimatpun. Setiap kali melihat tidak ada panggilan darinya di ponsel, hatinya menjadi kosong dan tidak nyaman.

Seorang pria berusia tiga puluh tahun, pertama kalinya ingin merasakan dikontrol oleh seorang wanita.

“Jordan Bo, aku membencimu, aku membencimu!” Suara marah Stella Han menarik kembali pikirannya yang jauh, dia mengerutkan kening, amarahnya naik, dan dia menatapnya dengan tidak senang dan melihat matanya merah, tiba-tiba hatinya melunak, “Benar-benar sangat membenciku?”

Stella Han berdebar dan memukul lagi, seperti orang gila, benar-benar mengabaikan citranya, “Aku membencimu, membencimu, kenapa kamu masih kembali, pergi sana temani mantan pacarmu, lagipula aku hanyalah seorang alat yang kau beli untuk melahirkan seorang anak, kamu suka goda baru kamu goda, tidak suka ya sudah taruh saja sebagai pajangan layaknya vas bunga.”

Jordan Bo kesakitan dipukul olehnya, tangannya menggengam tangan Stella Han, dan menekannya ke tubuhnya, dia tidak bisa bergerak, dia masih berjuang, tetapi mulutnya disegel oleh ciuman, Stella membelalakkan matanya, wajah pria itu tercermin di pupilnya, jantungnya tiba-tiba melompat.

Mengapa ada begini jahat di dunia ini? Setelah menghabiskan waktu dengan mantan pacarnya selama beberapa hari, dia menciumnya begitu saja saat kembali, sebenarnya dia menganggapnya apa?Semakin dipikirkan, semakin membuat Stella Han marah, dia mendorongnya sekuat tenaga, tapi tidak mempan, dia semakin cemas, sebelum berpikir jernih, tangannya langsung mengibas di pipinya.

“Plak!”

Halaman tiba-tiba menjadi sunyi senyap, telapak tangan Stella Han terasa panas dan menyengat, dia memandang pria itu dengan takut, wajahnya seperti bokong panci, sedang memelototinya dengan amarah, Stella Han menjadi gelisah dan ingin mengatakan sesuatu, dia membuka mulutnya, tapi satu kata pun tidak dapat terlontar.

"Stella Han, bagus sekali ya kamu! Jika tidak memberimu pelajaran, kamu tidak akan tahu siapa sebenarnya tuan rumah di sini!" Jordan Bo belum pernah ditampar oleh seorang wanita sebelumnya, Stella Han adalah orang pertama yang melakukannya. Dia sangat marah, raut wajahnya menjadi suram, Stella Han tanpa sadar melangkah mundur, tapi sudah terlambat, Jordan Bo tiba-tiba membungkuk untuk menggendongnya, lalu berjalan ke dalam vila.

Stella Han terlempar ke atas bahunya, kepalanya pusing, perutnya menempel di atas bahunya, ia merasa tidak nyaman sesaat. Dia membencinya menggendong di atas pundaknya begitu, ini membuatnya merasa seperti tidak diperlakukan secara manusiawi, tetapi seperti layaknya sebuah barang, benar-benar tidak dihormati sama sekali.

Dia menendang dan memukul lagi, "Jordan Bo, turunkan aku."

Jordan Bo dibuat kesal olehnya, sebuah tamparan mendarat di pantat Stella Han, ia berkata dengan keras:”Patuh.”

Pantat Stella Han terasa sangat sakit, bukan hanya rasa sakit, tetapi juga semacam penghinaan, matanya basah, giginya terkatup agar tidak mengucurkan air mata. Dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba menjadi begini, terlepas dari pertengkaran dan kekerasan di antara mereka, apakah benar-benar tidak ada cara untuk tenang dan berbicara sebentar?

Jordan Bo menggendong Stella Han ke atas, dia menendang pintu kamar utama dengan marah, setelah membawanya masuk, dia menendang pintu lagi dan berjalan beberapa langkah ke tempat tidur besar, dia melemparkannya ke atas tempat tidur.

Stella Han berbaring di atas tempat tidur dan tidak bergerak, dia tidak berjuang atau melawan sekuat sebelumnya, dia terlalu lelah, lelah untuk melawan takdirnya. Sejak awal mereka memang tidak seimbang, mana mungkin dia mengharapkan Jordan Bo akan memperlakukan dirinya sama seperti dirinya memperlakukan Bretta Lin dulu?

Semakin dia pikirkan, semakin sedih hatinya, dia tidak bisa menahan tangis.

Jordan Bo melepas ikat pinggangnya, wajahnya ditutupi oleh roh-roh jahat, dia berencana untuk memperlakukannya dengan baik. dia berlutut di atas tempat tidur dengan satu kaki, lalu menjulurkan tangan meraih pundaknya, ia melihat wajahnya penuh dengan air mata, dia terkejut sesaat, seluruh amarahnya lenyap seketika, ia menatapnya bercucuran air mata, hatinya sakit, amarahnya berubah menjadi senyuman, ia berkata: “Yang memukul adalah kamu, kenapa kamu yang merasa tidak adil?”

Stella Han tidak memandangnya, dia tidak ingin menangis atau menunjukkan kelemahannya, tetapi pada saat ini, dia tidak bisa menahan diri, "Jordan Bo, apakah, aku selamanya tidak akan bisa dihormati olehmu?"

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu