You Are My Soft Spot - Bab 87 Foto Lima Tahun Lalu (1)

Tiffany Song memapah Karry Lian berjalan keluar pengadilan, sementara Stella Han tengah bersandar di tiang depan gedung pengadilan. Stella Han baru saja selesai mengurus satu kasus perceraian, dan mendengar bahwa Karry Lian dan William Tang ribut di ruang sidang, ia jadi super penasaran.

Stella Han awalnya mau menghadiri sidang mereka untuk memberikan saksi, namun kemudian menerima kabar bahwa sidang tersebut berstatus sebagai sidang tertutup. Kalau saja William Tang dan Karry Lian tidak ribut, satpam pengadilan saja bisa-bisa tidak boleh masuk.

Melihat kedatangan mereka, Stella Han langsung bergegas menghampiri. Yang paling ia pedulikan adalah Tiffany Song, sebab dia juga lah yang paling menderita dalam hubungan ini. Tiffany Song pernah mencintai William Tang dengan sangat dalam, jadi seingin-inginnya wanita itu bercerai dengan William Tang, hatinya pasti tetap sakit ketika melepasnya.

“Tiffany Song, kamu baik-baik saja?”

Karry Lian menatap Tiffany Song. Karena cemas pertanyaan Stella Han tadi akan membuat Tiffany Song jadi sedih, ia menjawab duluan sebelum Tiffany Song: “Yang ada masalah kan aku, kok kamu tidak menanyakan aku?”

Stella Han sebenarnya ingin menanyakan keadaan Karry Lian juga, namun teringat hukuman yang dijatuhkan Jordan Bo padanya karena menumpang mobil pria itu, ia jadi takut. Jordan Bo sungguh pria yang tidak kenal rasa ampun. Malam itu, Jordan Bo menghimpitnya di tembok sambil bertanya meledek, “Senang naik mobil pria lain ya?”

Stella Han sejak itu jadi paranoid sendiri. Emosi Jordan Bo yang sulit ditebak membuatnya jadi takut melakukan apa-apa. Setiap kali dianggap melakukan kesalahan, Jordan Bo pasti akan mendesaknya dengan memberi ancaman fisik. Ia kala itu memberanikan diri menjawab: “Aku habis menjenguk Tiffany Song yang habis kecelakaan. Kebetulan Kakak Senior Karry juga ada di sana, ia bilang ia bisa mengantarku pulang karena jalannya searah. Aku rasa malam-malam begini naik taksi tidak terlalu aman, jadi……”

“Jadi sekalian ikut dia karena kamu suka dengannya ya? Hatimu sedang berbunga-bunga nih sekarang?” sindir Jordan Bo lagi.

Stella Han mendebat: “Hati siapa coba yang berbunga-bunga? Hati siapa? Jordan Bo, kamu jangan buat-buat masalah baru. Aku sangat lelah, aku mau pulang dan istirahat.”

Stella Han mencoba mendorong dada Jordan Bo dengan kedua tangannya. Ia ingin melepaskan diri dari pria ini. Namun, sekuat apa pun ia berusaha mendorong, ia tidak bisa menggerakkan pria itu sedikit pun. Stella Han bergumam, “Dadamu terbuat dari apa sih? Kok keras sekali?”

Jordan Bo menatap Stella Han risih. Ia menurunkan kedua tangan wanita itu dan menahannya dengan kedua tangannya sendiri. Ia kemudian berbisik persis di samping telinga Stella Han: “Ada satu bagian lagi yang lebih keras dari ini.”

Begitu sadar bagian apa yang dimaksud Jordan Bo, wajah Stella Han sontak menjadi merah, apalagi telinganya. Ia langsung melepaskan tangannya dari cengkraman Jordan Bo.

Pria sialan ini benar-benar tidak waras!

Jordan Bo menahan lagi tangan Stellla Han dan menariknya ke garasi, “Stella Han, sekarang juga aku peringatkan kamu, naik mobil pria lain ada konsekuensinya.”

Dari kata-kata Jordan Bo, Stella Han paham apa yang pria itu ingin lakukan padanya. Ketika pintu otomatis garasi perlahan terbuka ke atas, ia jadi sangat ketakutan. Ia berhasil melepaskan tangannya dari tangan pria itu dan langsung berlari kabur.

Baru berlari beberapa langkah, pinggangnya sudah ditahan oleh Jordan Bo. Ia ketakutan hingga berteriak. Pria itu memaksanya kembali ke garasi. Dengan pintu garasi yang dibiarkan terbuka, Jordan Bo langsugn menyambar tubuhnya. Jordan Bo menikmati tubuh Stella Han semalaman. Setiap kali Stella Han nyaris terlelap, ia langsung terbangun dengan “aksi-aksi” Jordan Bo di tubuhnya. Ia akhirnya memohon lemas, “Cukup. Aku mau tidur.”

Saking bagusnya kekuatan fisiknya, Jordan Bo masih belum kelelahan juga. Ia menatap wajah wanita yang ia cintai setengah mati itu, lalu bertanya nyinyir: “Cukup? Cukup tapi kamu masih punya tenaga untuk memikirkan pria lain?”

Stella Han sebenarnya sungguh tidak paham. Jordan Bo selalu memperlakukannya bukan sebagai istri, melainkan sebatas sebagai teman bercinta. Di rumah memang ada pembantu dan asisten, tetapi setiap kali Jordan Bo terangsang, ia akan memaksa Stella Han bercinta dengannya di mana saja. Para pembantu dan asisten sebaliknya juga tahu diri. Setiap melihat Jordan Bo pulang, mereka langsung masuk kamar masing-masing tanpa disuruh.

Selama menikah satu bulan lebih ini, Jordan Bo selalu memaksa Stella Han bercinta setiap hari. Pria itu tidak pernah jenuh, bahkan selalu bisa terpikir posisi-posisi seks baru. Pria yang kata Christian sangat pandai mengendalikan diri di seberang sungguh bukan lawan Jordan Bo. Sedikit saja merasa terangsang, Jordan Bo pasti langsung menggeliati tubuh Stella Han semalaman.

Stella Han pada akhirnya terpikir sebuah kesimpulan: Jordan Bo sangat narsis hingga terus berusaha membuktikan kemampuan bercintanya tanpa peduli tempat dan waktu!

“Stella Han, kamu kepanasan ya? Kok wajahmu merah sekali?” Tiba-tiba terdengar suara Tiffany Song yang terkejut di telinga Stella Han. Stella Han merasa canggung sampai tidak berani bertatapan dengan mereka. Ia menjawab: “Aku tidak apa-apa. Eh, Kakak Senior Karry, kamu hari ini hebat sekali. Aku dari awal sudah tidak sreg dengan pria bajingan itu. Andai saja aku bisa menang lawan dia, aku pasti sudah memukulinya dari awal.”

“Kalau begitu harusnya aku tinju dia beberapa kali lagi, sekalian hitung punyamu.” Karry Lian berbicara sambil menatap rasa nyeri dari luka bibirnya. Melihat wajah Karry Lian yang meringis, Stella Han langsung tertawa terbahak-bahak.

Tiffany Song diam-diam juga tersenyum melihat tingkah Karry Lian ini. Ia berkata: “Pengacara Lian, ayo jalan, aku antar kamu ke rumah sakit.”

“Tidak perlu, di depan sana ada toko obat kok. Aku tinggal oleskan sedikit obat saja,” geleng Karry Lian. Ia pernah menderita luka yang lebih parah dari ini dan tidak ke rumah sakit, jadi buat apa harus manja sekarang?

Melihat percakapan Tiffany Song dengan Karry Lian, Stella Han merasa sepertinya ada ketertarikan dalam diri mereka berdua. Bisa jadi Kakak Senior Karry membantu Tiffany Song keluar dari jeratan pria sialan sambil menarik perhatiannya sekaligus. Ia tidak boleh jadi “nyamuk”, jadi ia berkata: “Tiffany Song, aku masih ada urusan yang harus dibicarakan dengan klienku. Kalian jalan saja dulu, nanti aku ke toko obat cari kalian.”

Stella Han langsung berbalik badan dan berjalan masuk ke gedung pengadilan.

Motif Stella Han kelewat jelas. Tiffany Song menoleh menatap Karry Lian dengan canggung. Saking canggungnya, ia ingin melepas tangannya dari tangan pria itu, tapi pria itu malah langsung kehilangan keseimbangan. Ia buru-buru memapah tangannya lagi, “Pengacara Lian, sungguh maaf. Kepolosanku sudah membuatmu kewalahan.”

“Ah, jangan bicara begitu. Kamu klienku. Aku bukan hanya harus memenangkan kasusmu seperti yang kamu harapkan, namun juga harus melindungi keamananmu. Tiffany Song, jangan merasa bersalah dan terus menyalahkan dirimu sendiri. Aku tahu kamu juga tidak mau semua ini terjadi kok,” ujar Karry Lian lembut. Tiffany Song ternyata jauh lebih tabah dari yang ia bayangkan. Sejak keluar dari ruang sidang, wanita itu tidak meneteskan air mata satu tetes pun.

Tetapi ketabahan ini tidak selalu berarti baik. Ada luka yang bisa membaik dengan ditangisi, tapi ada juga luka yang saking parahnya jadi tidak bisa ditangisi karena tersimpan terlalu dalam di hati. Ia berharap Tiffany Song bisa menangis, sekaligus berharap ia bisa jadi pria yang menghapus air matanya dan memotivasinya untuk terus melangkah maju.

Mendengar kata-kata Karry Lian, hati Tiffany Song berdesir. Matanya berkaca-kaca, dan ia pun langsung buru-buru menenangkan emosinya agar tidak menangis. Ia berkata pelan: “Ayo jalan, setelah lukamu diurus baru kita bicara lagi. Kamu setampan ini kalau luka bisa-bisa para wanita jadi tidak suka lagi loh.”

……

Karry Lian duduk tenang di bangku panjang depan toko obat. Meski wajah tampannnya babak belur, ia tetap menarik perhatian banyak wanita.

Tiffany Song keluar dari toko obat dan langsung menghampirinya. Ia melihat wanita-wanita mencuri pandang pada Karry Lian sambil berujar: “Wah, tampan sekali! Aku ingin punya pacar tampan seperti ini.”

Tiffany Song duduk di sebelah Karry Lian. Ia membuka botol obat sambil mengingatkan: “Agak sedikit perih, kamu tahan ya.” Tiffany Song kemudian menuang obat oles ke kapas, mendekatkan badannya ke badan pria itu, kemudian menempelkan kapasnya ke sudut mata Karry Lian. Begitu kapas menempel di sudut matanya, Karry Lian langsung meringis perih.

Melihat reaksi Karry Lian, Tiffany Song buru-buru menarik tangannya, “Perih sekali ya? Atau kamu lakukan sendiri?”

“Tidak apa-apa, aku bisa tahan,” geleng Karry Lian. Sudut matanya terluka karena tinju William Tang. Untung saja ia berikutnya refleks menghindar, kalau tidak bola matanya pasti juga akan jadi korban. William Tang, aku dendam padamu!

Tiffany Song memelankan gerakannya agar Karry Lian tidak merasa senyeri tadi. Ia mengoleskan obat sambil sesekali meniup area yang ia oleskan itu, dengan harapan tiupannya bisa ikut meredakan kenyerian. Saking berkonsentrasinya mengoleskan obat, Tiffany Song tidak sadar mereka berhimpitan sangat dekat sekarang.

Karry Lian sekilas melirik Tiffany Song. Kulit wanita itu putih mulus, dan badannya juga harum. Jantungnya jadi berdetak kencang.

Karry Lian bisa menyadari tatapan Tiffany Song di bibirnya. Lidahnya tiba-tiba jadi kering. Ia buru-buru menelan ludah, dan terdengarlah suara tenggorokannya.

Tiffany Song awalnya sangat berkonsentrasi mengoleskan obat di wajah Karry Lian, tapi suara tenggorokan pria itu membuyarkan konsentrasinya. Ia menoleh ke luar sekilas, dan terlihatlah sebuah mobil Bentley Continental bergegas pergi dari sisi jalan. Tiffany Song bahkan sempat melihat bayangan wajah tampan yang muram di dalam mobil itu.

Tiffany Song refleks berdiri. Melihat Bentley Continental itu lenyap di jalanan depan sana, ia gigit-gigit bibir. Bagaimana bisa Taylor Shen ada di sini? Bukankah ia sedang dinas ke luar kota?

Karry Lian ikut menengok ke arah yang ditatap Tiffany Song. Ia hanya keburu melihat sepintas sebuah Bentley Continental. Ia menoleh ke Tiffany Song: “Kenal mobil itu?”

Tiffany Song langsung menggeleng, “Tidak.” Ia kembali duduk dan mengoleskan obat di wajah Karry Lian. Kali ini yang ia olesi adalah sudut bibirnya.

Beberapa saat kemudian, Karry Lian menyadari, sejak melihat Bentley Continental tadi, Tiffany Song langsung tidak berkonsentrasi. Ia dalam hati bertanya-tanya, ada siapa di mobil itu sampai Tiffany Song kehilangan konsentrasi seperti ini?

Ponsel Tifffany Song tiba-tiba berdering. Ia mengeluarkannya, lalu begitu melihat layar, ia langsung gugup. Ia berdiri dan berkata pada Karry Lian: “Aku angkat telepon dulu.”

“Aku tunggu kami di sisi jalan, cepat kamu ke sini!”

Melihat bayangan tubuh Tiffany Song yang buru-buru pergi, Karry Lian jadi semakin bertanya-tanya.

Tiffany Song berdiri dekat tiang listrik yang agak jauh dari Karry Lian. Ia mengangkat telepon itu, dan terdengarlah suara yang dingin dari seberang: “Aku tunggu kamu di belokan, cepat ke sini!”

“Bukannya kamu bilang kamu sedang pergi dinas? Kamu memang kembali sejak kapan?” tanya Tiffany Song bingung. Sore kemarin lusa, proyek di Kota C ada sedikit masalah, jadi Taylor Shen segera berangkat ke sana. Pria itu terus mengabaikan pesan dan teleponnya. Ia pikir Taylor Shen masih di sana.

Taylor Shen tertawa sinis, “Kalau aku belum pulang, bagaimana aku bisa menikmati kejutan yang kamu berikan padaku?”

Tiffany Song langsung menengok ke Kally Lian yang duduk di bangku sana. Ia berujar, “Tunggu sebentar.” Ia kemudian mematikan telepon itu dan menghampiri Karrry Lian.

Sambil berdiri di sebelahnya, Tiffany Song meminta maaf: “Pengacara Lian, aku ada sedikit urusan, jadi harus jalan duluan. Kamu sendirian tidak masalah kan?”

“Kalau aku bilang ada masalah, memang kamu akan tinggal di sini?” tanya Karry Lian. Sekujur tubuh pria itu sangat tampan. Luka di sudut bibir dan sudut matanya anehnya malah bikin ia terlihat macho.

Tiffany Song gigit-gigit bibir dengan gugup.

Karry Lian menggeleng sambil tersenyum, “Bercanda kok. Silahkan saja jalan duluan, nanti kita kontak-kontak lagi.”

Tiffany Song jadi semakin bersalah. Karry Lian sudah ribut dengan William Tang demi dia, sementara ia malah meninggalkan pria itu di sini. Ia berseru: “Baik. Berikutnya aku traktir kamu makan, terima kasih atas semua yang kamu lakukan untukku hari ini.”

“Baik.” Karry Lian mengangguk. Melihat Tiffany Song pergi tanpa ragu, ia jadi menertawai dirinya sendiri.

Tiffany Song berlari pelan menyeberang jalan. Sesampainya di belokan, ia langsung melihat Bentley Continental milik Taylor Shen. Ia berhenti sebentar, menenangkan diri, lalu baru mendekat ke mobil.

Entah mengapa, sejak keluar dari pengadilan, yang Tiffany Song paling ingin lihat adalah Taylor Shen. Namun, ia tahu ini tidak mungkin. Kalau pria itu menunggu di depan pengadilan, ia tidak bisa membayangkan seberapa parah pertengkaran pria itu dengan William Tang.

Tiffany Song menghampiri sisi samping mobil, namun tidak juga dibukakan pintu.

Taylor Shen duduk tenang di kursi supir sambil merokok. Ia memang menatap ke depan, namun sudut matanya bisa menangkap bayangan Tiffany Song berjalan mendekat dan berhenti di depan pintu mobilnya. Ia terus menunggu, namun wanita itu tidak juga membuka pintu. Ia menoleh kesal, dan yang ia lihat adalah wajah Tiffany Song yang tersenyum kebingungan, “Marah denganku?”

Siapa pun yang melihat wajah tersenyum kebingungan seperti ini pasti tidak akan bisa marah. Taylor Shen bertanya lagi dengan datar: “Perlu aku bukakan pintu dan persilahkan masuk?”

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu