You Are My Soft Spot - Bab 342 Tanpa Persetujuanku, Tidak Boleh Melepaskan Cincin (1)

Sate pun dihidangkan dengan sangat cepat, diatasnya berair dan terdapat sedikit lemak , sebuah aroma jinten tercium di hidung, begitu wangi, membuat jari telunjuk orang bergerak.

Stella mengambil sebuah sate kambing , memberikannya kepada Jordan. Mengira ia akan sangat membencinya, tidak disangka ia langsung menerimanya dan melahapnya, pria itu sambil makan sambil dengan sedikit mengeluh berkata: “Kualitas daging terlalu tua, rasa jinten terlalu berat, kamu tengah malam memakan makanan yang ekstrim , tidak takut gemuk?”

Wanita sekarang. Yang mana yang tidak diet untuk menjaga kerampingan tubuh?

Sebenarnya proporsi postur Stella sangat baik, bagian yang seharusnya kurus itu kurus, bagian yang seharusnya montok juga cukup montok, kulit nya lembut,sentuhan tangan sangat baik. Pernah makan bersama dengannya, dia bukanlah wanita yang sangat pemilih, apapun dimakannya, tentu saja polos dan sederhana.

“Postur badan ku ini, naik 5 kg lagi juga tidak masalah. Apa yang aku takutkan?” Stella dengan percaya diri membusungkan dada, tatapan pria itu dengan penuh gairah menatap ke 2 daging lembut yang bergetar itu, seketika menjadi begitu mendalam, menyembunyikan percikannya.

“Memang boleh naik 5 kg lagi, 1 sisi 2,5 kg, maka kamu pun akan menjadi sapi besar.” Perkataan Jordan ini benar-benar tidak mempunyai makna ambigu.

Namun terdengar di telinga Stella, malah terasa dia sedang menggoda nya, sepasang tangannya memeluk dada, menghalangi pandangan nya yang lurus itu, pipinya memerah, dia melihat ke sekeliling, melihat tidak ada orang yang memperhatikan mereka, barulah dia dengan sedikit marah berkata: “Omong kosong apa yang kamu katakan? Tidak beres!”

Jordan menggigit sate daging kambing itu lagi. Ujung lidah nya sudah merasakan rasa pedasnya, pose dia dengan sepasang memeluk dada, membuat sepasang bulat sempurna itu mendesak bersama, memberikan sebuah tekanan yang besar pada indera penglihatan. Tidak tahu rasa pedas, atau ditusuk oleh Stella, seketika ia berbicara terlalu banyak, menjulurkan tangan melewati meja, mengambil gelas alkhohol yang ada di depan Stella, lalu meminum bir yang ada di dalam gelas hingga habis.

Bir yang telah di bekukan itu dingin dan menusuk, dari tenggorokan terus mengalir sampai ke lambung, dalam lambung nya terasa kejang. Alisnya pun mengerut. Dia juga mempunyai pengalaman makan di restoran terbuka yang besar dan meminum bir dengan teman seperjuangannya, jika sekarang dipikirkan, seperti sudah merupakan masalah 1 abad yang lalu. Setelah mabuk, aku tidak sanggup mengangkatmu.”

Selesai mengatakan hal itu, ia menuangkan bir ke dalam gelas hingga penuh, sate di 1 tangan, dan bir 1 tangan yang lainnya, dengan santai dan leluasa sambil makan dan minum. Gaya seperti itu sangat memuaskan, seperti duduk di restoran berkelas, sambil mendengar melodi piano yang indah, sambil menikmati steak sapi yang enak.

Jordan menyipitkan mata melihatnya, tiba-tiba merasa sedikit tidak paham, bagaimana dia bisa mempunyai kemampuan untuk membuat situasi makan di pinggiran jalan menjadi begitu elegan seperti di restoran berkelas? Kecepatan dia dalam menyantap makanan sangat cepat, seperti menyapu bersih semuanya, namun gerakan nya sangat elegan , seperti ia sudah belajar etika sopan santun sejak kecil, sama sekali tidak seperti gadis desa.

Sate dihidangkan secara berkelanjutan, dia paling suka menggunakan keping kentang yang renyah membalut daging kambing dan memakannya, rasa itu begitu bahagia. Dengan lahapan yang besar ia menyantap daging, dengan tegukan yang besar ia meminum bir, nafsu begitu baik hingga membuat orang terkagum-kagum.

Jordan melihat sate di atas piring semakin lama semakin sedikit , hal pertama yang ia sadari, wanita ini mempunyai nafsu makan yang terlalu baik, daging yang begitu banyak, bahkan dia belum mengedipkan mata, semuanya pun sudah ludes.

Selesai makan, Jordan mau pergi membayar, Stella menggelengkan kepala menghentikannya, “Sudah dibicarakan dengan baik bahwa aku yang mentraktir , tidak boleh mengingkari janji.”

Selesai mengatakan hal itu, dia pun mencari dompet, Jordan tidak mempedulikannya, mengeluarkan 3 kertas uang yang berwarna pink dari dompetnya, lalu berjalan ke hadapannya, memapah Stella yang sedikit mabuk berdiri, “Kita pulang.”

Ketika Stella di paksa mengikutinya berjalan keluar dari restoran terbuka , dia pun dengan protes berkata: “Kamu makan tidak terlalu banyak, tidak boleh membiarkan mu yang membayar, aku akan mengembalikan uang mu ketika pulang.”

Jordan menurunkan mata melihatnya, mereka menikah sudah begitu lama, dia memberikan kartu ATM sekunder nya pada Stella, namun dari dulu tidak pernah menerima informasi debet kartu dia, bahkan baju dan tas bermerek yang dia belikan untuknya, juga tidak pernah melihatnya memakai atau membawanya, sekarang tidak disangka masih ingin mengembalikan uang makan ini kepadanya.

Dia tidak tahu kenapa Stella berbuat seperti ini, apakah tidak ingin menghabiskan uang nya, untuk menghindari ketercekatan dengan Jordan?

“Aku adalah pria, pria yang membayar ialah sebuah prinsip yang tidak bisa berubah lagi.” Suara Jordan tersirat rasa tidak senang yang kental, tidak suka Stella membagi dengan begitu jelas terhadapnya, sekarang mereka adalah suami istri, meskipun ditambah dengan 1 kata kontrak, namun mereka tidak berencana untuk bercerai, menikah dengannya, maka sudah sepantasnya memperlakukan nya dengan baik.

Stella mabuk dan dengan mata yang kabur menatapnya, menjulurkan tangan menusuk dadanya, otot nya sangat keras, jari tangan Stella menusuk hingga terasa pegal, dia dengan bergumam berkata: “Sauvinisme pria.”

Jordan melihatnya, teringat kemari ketika Stella mabuk ia pergi ke WC pria untuk menggoda nya, lalu, dia tidak bisa membiarkannya untuk minum alkhohol lagi, dia bukan lah peminum alkhohol yang baik, sekali mabuk ia suka menggoda orang lain, saat ini masih naik- turun meraba badannya, sambil meraba sambil berkata: “Kenapa dada mu begitu keras?”

Jordan merespon karena diraba olehnya, dia pun langsung menangkap tangannya, untuk menghindari dirinya kehilangan kontrol karena diraba oleh nya seperti ini, dia menegangkan tubuhnya, dengan serius memberi peringatan berkata: “Stella, jika kamu tidak menjaga sikap sedikit, jangan salahkan aku jika tidak sungkan terhadap mu.”

Stella langsung menyimpan kembali tangannya, Jordan memapahnya ke samping mobil, lalu memasukkan nya ke dalam tempat duduk samping pengemudi, dia berbalik dan naik ke mobil, memasangkan sabuk pengaman, menghidupkan mobil lalu pergi.

Stella bersandar di sandaran kursi, membalikkan kepala melihat pria yang ekspresi wajahnya sangat jelek itu, sekali-kali cahayang lampu jalanan menyinari wajahnya, ia menggigit giginya, ekspresi wajahnya tegang, kelopak mata Stella semakin lama semakin berat, perlahan ia pun tertidur.

Ketika ia terbangun, ialah terbangun karena ditekan oleh barang yang berat, dia dengan linglung membuka mata,pun melihat sebuah kepala yang hitam,dengan tanpa ragu melakukan sesuatu yang tidak baik di depan dadanya. Atas badannya terasa dingin, bajunya setengah lutut, dia ditahan di kursi, dan sedikit tidak bisa menghela nafas.

Dia menjulurkan tangan mendorong kepala pria itu, namun pergelangan tangannya digenggam olehnya, ditekan balik di kedua sisi kursi, ruangan di dalam mobil Beetle sangat kecil, sama sekali tidak bisa bebas merentangakn, namun pria itu tidak bisa menunggu setengah detik pun, melewati tempat duduk, menekan di badannya.

Stella minum alkhohol, saat ini kepalanya terasa pusing, dia ingin mendorongnya, namun badannya sama sekali tidak memiliki tenaga, “Jordan, kamu jangan menekan ku, sakit.”

“Nanti tidak sakit lagi.” Jordan berkata dengan suara serak, saat ini ia sudah berada di ujung dan tidak bisa kembali lagi, harus di keluarkan, tidak peduli lagi dia sakit atau tidak?

Tidak lama, badan mobil pun bergoyang, sekali-kali terdengar suara jeritan Stella yang tajam, “Jordan, kamu sudah selesai belum....... Aku tidak tahan lagi........”

……

Pulang ke kamar, Stella digigit oleh Jordan sekali lagi, dibandingkan dengan di mobil yang susah untuk bebas merentangkan kaki dan tangan, di atas ranjang barulah momen ia memancarkan kekuatan dan kehebatannya secara menyeluruh. Pada akhirnya Stella menjerit hingga tenggorokan nya sedikit serak, saat ini barulah Jordan melepaskannya .

Stella berlinang air mata, dengan merasa tersakiti ia tidur di bawah lapisan selimut.

Keesokan hari nya, ketika ia bangun, sekujur badannya terasa pegal seperti di pukul oleh seseorang, teringat akan kegilaan di garasi mobil lantai bawah semalam, ia pun menutup wajahnya dengan selimut, malu untuk bertemu dengan orang lagi.

Jordan si brengsek itu, masih mengatakan dia ekstrim , dia sendiri lah yang paling ekstrim . Stella ingin menangis namun tidak bisa, kelak tidak boleh mabuk lagi, jika tidak dirinya sendiri di makan dan ditelan orang lain pun tidak tahu.

Dia duduk, tubuhya terasa tidak enak dan jijik, dia bangkit dan turun dari ranjang, dan lalu pergi ke kamar mandi untuk mandi.

Selesai mandi, untuk pertama kalinya dia melihat dalang kejahatan itu masih di rumah, dia pun seketika menghentikan langkah kakinya, dia mengusap mata, menyadari Jordan masih di rumah, dengan beberapa langkah ia langsung berjalan turun, bertanya: “Kenapa kamu masih di rumah?”

Jordan mengangkat kepala dari koran , lalu dengan datar menjuling nya, tatapannya pun kembali melihat ke koran tersebut, dia berkata: “Sangat aneh kah jika aku berada di rumah?”

“Omong kosong, dulu ketika aku bangun, tidak peduli pagi atau malam, kamu sudah pergi, hari ini melihat kamu masih di rumah, tentu saja aneh.” Stella berjalan kesana, melihat gaya dia yang bersinar dan bersemangat pun merasa kesal. Orang yang mengeluarkan tenaga semalam ialah dia, kenapa energi dia nampaknya begitu bagus, namun dia sendiri seperti 1 hari 1 malam tidak tidur, sama sekali tidak berenergi.

Jordan melipat korannya, lalu meletakkannya kembali di atas rak koran, “Pergi makan sarapan, selesai makan temani aku pergi ke kediaman Bo.”

“Ha?” Dagu Stella hampir terjatuh ke atas lantai, pantas saja tirani bisa di rumah, ternyata karena mau pergi ke kediaman Bo. Keluarga Bo Keluarga Bo, kakek Bo dan Darry Bo cukup baik, namun teringat akan Nyonya Bo, hati nya pun ketakutam, “Bisakah aku tidak pergi?”

“Menurut mu?” Jordan dengan senyuman palsu berkata.

Stella menekan bibirnya, “Hari ini akhir pekan, akhir pekan, bisakah kamu membiarkan ku mempunyai sebuah liburan yang indah?”

Jordan hanya melihat nya, namun tidak berkata apa-apa, tatapan yang seperti listrik bervoltase tinggi itu membuatnya takut dan gugup, dia dengan enggan berkata: “Baik lah , aku pergi!”

Teringat mau pergi ke kediaman Bo nantinya, Stella pun tidak nafsu memakan apapun lagi. Selesai makan, ia di tarik Jordan ke atas, kedua orang itu masuk ke ruang berpakaian, Jordan berdiri di depan lemari , jarinya melewati sebaris demi sebaris baju tersebut, akhrinya mengambil sebuah rok korset yang berwarna merah cerah melemparkannya ke pelukan Stella, dengan suara mendalam berkata: “Aku beri kamu waktu 2 menit, selesai ganti pakaian langsung keluar.”

Stella melihat rok yang ada di tangannya, merah cerah dilihat pun begitu vulgar, dia menatapnya bayangan punggungnya, “Kamu membuat ku berpakaian seperti lampion, akan ditertawakan oleh orang lain.”

Jordan menghentikan langkah kakinya, tidak mempedulikan protesnya , berkata: “Sudah berlalu 10 detik, mau aku yang langsung membantu mu berganti kah?”

“Aku sudah tahu, aku sudah tahu.” Stella berjalan kesana, mendorongnya keluar dari ruang berpakaian, menarik pintu gesernya, dari luar terdengar suara pria yang rendah dan mendalam, “Sudah 30 detik.”

Stella tidak sanggup berkata apa-apa , langsung melepaskan baju kaos dan celana jeansnya, dnegan cepat mengenakan rok korset yang berwarna merah cerah. Dia membalikkan tangan menarik resleting, menarik sampai setengah resleting itu pun macet, dan bagaimana pun juga tidak bisa naik lagi.

Dia panik hingga kening nya terus bercucuran keringat, pintu geser tiba-tiba dibuka,Jordan berjalan masuk, melihat dia membalikkan tangan menarik resleting, dengan langkah besar ia berjalan kesana, dengan ringan memindahkan tangan Stella, menggeser rambut lurus nya ke depan dada, terpancar sebuah punggung indah yang mulus.

Tatapannya menjadi gelap, dengan teliti melihat resletingnya, dengan suara rendah berkata: “Ujung resletingnya macet, tunggu sebentar.”

Stella merasakan nafasnya yang panas itu di belakang punggungnya, wajahnya sedikit memerah, mengangkat mata melihat ke cermin, dari cermin terpancar tatapannya yang begitu fokus, seketika detak jantungnya berdebar begitu kencang hingga.

Tangan Jordan menjulur masuk ke dalam bajunya, memegang ujung resletingnya dan menariknya, lalu memegang resletingnya, menaikkan dan menurunkannya beberapa kali, resleting pun sudah bisa bergerak dengan mulus, dia langsung menarik sampai aling ke atas, berkata: “Sudah selesai.”

Stell pun berjalan kedepan 2 langkah, meninggalkan ruang lingkup yang ditutupi oleh aura Jordan, dimana ada dia, selalu ada rasa tertekan, dia bercermin, harus diakui, selera nya cukup baik, rok korset merah yang kelihatannya seperti lampion ini, ada sedikit mode kerajaan Inggris abad 18, di bagian belakang baju juga ada sebuah simpul kupu-kupu, membuat garis pinggangnya terikat dengan begitu sempurna, juga terlihat semakin muda.

Stella bercermin di kaca, semakin bercermin semakin puas, dirinya sendiri akhirnya bisa kembali muda. Dia melihat pria yang berdiri di belakangnya di depan kaca, menaikkan alis berkata: “Apakah aku mirip dengan pengantin wanita yang baru menikah?”

Ujung bibir Jordan tersenyum, 1 tangan melipat di depan dada, 1 tangan menunjuk lengannya, ibu jarinya menopang di dagu, dengan tertawa ringan berkata: “Lantas apakah kamu bukan pengantin wanita yang baru menikah?”

Stella tersentak oleh senyuman pria ini, dia dengan ekspresi datar memindahkan pandangannya, telinganya sedikit memerah, dia menjulurkan tangan, “Hanya mempunyai pakaian mewah, bagaiamana bisa sepadan berdiri di samping mu, bagaiamana dengan perhiasan yang kamu janjikan?”

Jordan melihat gaya dia yang tergila-gila dengan uang itu, pun tidak merasa benci, namun merasa imut. Dia mengeluarkan sebuah kotak velvet merah, dalam kotak berisi 2 buah cincin pasangan, tidak ada tataan permata yang berlebihan, juga tidak ada model yang mencolok, model yang sangat sederhana, dia mengambil cincin wanita, memegang jari Stella, ingin memasangkannya.

Jari tangan Stella disimpan, pria itu dengan tenaga menariknya, dengan tatapan yang mendalam meliaht, hati Stella sedikit gemetar, ketika menandatangani kontrak, dia tidak gugup, pindah tinggal bersama dengannya, dia tidak gugup, bahkan dia melewati tubuhnya, ketika menjadi pria pertamanya,dia juga tidak gugup.

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu