You Are My Soft Spot - Bab 252 Aku Tidak Akan Membuatnya Kecewa (2)

Taylor Shen melipat dahi. Semua hal yang terjadi belakangan ini sangat mencurigakan. Misalnya, waktu mendatangi gudang barang bekas, mayat sudah memenuhi ruangan yang ia datangi sampai ia sangat kaget. Pria itu memijat-mijat peilipis sambil bercerita, “Aku sudah melihatnya.”

“Melihat siapa?”

“Seorang pria yang mengenakan kalung bersimbol elang. Kedip merah kamera CCTV mengarah ke tubuhnya, namun penampilannya tidak begitu jelas. Meski begitu, dari bentuk tubuhnya aku bisa pastikan itu laki-laki.”

Jordan Bo mengernyitkan dahi, “Jadi Vero He punya pelindungi yang kalian tidak ketahui?”

“Benar, kelihatannya sih dia pelindung. Arthur dan orang-orangnya pasti dia yang bunuh. Karena dia tidak pernah menampakkan diri, aku jadi tidak bisa memastikan ia musuh atau teman,” ujar Taylor Shen khawatir. Ia sudah berikan video itu ke Erin, namun bagian terakhirnya sudah ia potong.

Jordan Bo melipat kedua kaki, lalu mengetuk-ngetukkan jari di tempurung lutut. Sambil berpikir mendalam, ia menanggapi: “Simbol elang…… Ada geng jalanan yang pakai simbol itu tidak? Mungkinkah mereka ada hubungannya dengan orang yang membawa pergi Tiffany Song waktu itu?”

“Aku pikir pasti ada hubungannya.”

Jordan Bo mendongak ke si sahabat: “Taylor Shen, kecurigaan-kecurigaan kita ini bisa dijawab oleh satu orang. Kita menebak-menebak di sini tidak ada gunanya. Kita butuh sikap kooperatif dari Vero He, baru kemudian bisa mengetahui fakta sebenarnya kejadian waktu itu.”

“Aku tahu. Aku sudah bertanya pada James He soal hilangnya Tiffany Song selama dua tahun, namun ia tidak bersedia menjawabnya. Aku tidak bisa memaksa.”

Jordan Bo membuang nafas pasrah. Ia bisa memahami pemikiran Taylor Shen. Mereka sekarang mati-matian melindungi Vero He, masak pada saat bersamaan menanyai masa lalu yang ingin dia lupakan? Di belakang ini semua pasti ada konspirasi besar. Ketika konspirasi ini dibongkar, ia sama sekali tidak tahu situasi akan berubah jadi seperti apa.

“Psikiaternya sebenarnya bisa jadi orang yang kita tanyai, sayang dia sudah diserang duluan. Sekarang dia terbaring di ruang perawatan intensif dan tidak jelas bakal tetap hidup atau mati.”

Taylor Shen gigit-gigit bibir. Kalau James He tidak kena masalah dan masuk penjara, ia sampai sekarang masih tidak tahu Vero He punya penyakit psikologis. Ia kemudian berujar optimis: “Semua masalah pasti bisa dipikirkan solusinya. Mobil kalau sudah sampai bukit pasti akan menanjak, kapal kalau melewati jembatan yang sempit pasti akan lurus geraknya.”

“Aku malah khawatir sebelum lewat jembatan sempit kapalmu sudah terbalik duluan.”

“……”

……

Di bawah gedung apartemen, Wayne Shen mondar-mandir tidak jelas. Ia tidak berani naik ke apartemen. Ia tidak tahu bagaimana harus menghadapi tatapan marah Jennifer Li. Hari ini ia memang sudah kehilangan kendali dan memerkosa si wanita, namun ia tidak menyesal sama sekali.

Rasa penyesalan itu tidak muncul karena dia dari dulu sudah menginginkan ini. Empat tahun lalu, waktu Jules Li menyuruhnya melakukan ini, ia anehnya malah membiarkan Jennifer Li pergi. Ia pikir Patrick Song memang jodoh si wanita dan bakal memberikan kebahagiaan padanya. Rencana seringkali tidak seindah realitas. Pada akhirnya, Jennifer Li malah jadi sangat tersiksa.

Kali ini, ia tidak akan mau melepaskan Jennifer Li lagi. Wanita itu harus terus ada di sisinya, sekali pun kalau cara untuk membuatnya jadi seperti itu adalah dengan mengagahinya.

Wayne Shen duduk di sebuah pavilion di sebelah gedung apartemen. Ia mendongak melihat gedung yang terbentang tinggi di depan. Ini pertama kalinya ia merasa pulang ke rumah sendiri sesulit ini. Hmm, bagaimana kalau dia ke supermarket dulu? Kebetulan bahan makanan di rumah sudah mau habis.

Wayne Shen segera bangkit berdiri dan berjalan keluar kompleks apartemen. Tidak jauh dari sana, ada sebuah supermarket besar yang biasa ia kunjungi. Bos wanitanya bahkan sampai kenal dia. Melihat Wayne Shen datang sendirian, si bos wanita bertanya: “Tuan Shen, kok hari ini sendirian? Istri dan anakmu mana?”

Sambil menghentikan dorongan troli belanja, Wayne Shen menjawab canggung, “Mereka istirahat di rumah, jadi ini aku yang beli bahan makanan.”

“Tuan Shen sungguh suami yang baik. Hari ini ada ayam yang baru datang dari peternakan. Baru dibunuh, jadi dagingnya sangat segar. Kamu beli satu terus buatkan sup untuk istrimu tuh. Dia terlalu kurus, nanti tertiup angin loh,” kata bos wanita bersahabat.

Wayne Shen jadi teringat momen saat menyetubuhi Jennifer Li tadi. Tubuhnya memang terlalu kurus. Dia butuh tambahan nutrisi, dan salah satu sumber nutrisi yang paling bagus ya ayam.

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore waktu Wayne Shen keluar dari supermarket. Ia naik lift dan tiba di depan pintu apartemennya. Ia masih belum berani masuk, jadi bergegas ke lift lagi dan kembali turun. Begitu terus dirinya sampai dua kali. Salah satu tetangga, yang keluar untuk membuang plastik sampah, bahkan sampai mengamatinya dengan bingung.

Si pria akhirnya tersadar ia tidak bisa menghindar lagi. Tidak peduli Jennifer Li bakal marah atau apa, dia harus menghadapinya dengan jantan.

Setelah membuka pintu, Wayne Shen berjalan masuk pelan-pelan. Demi menutupi rasa gugup, ia berteriak kencang memanggil si bocah: “Adam Song, papa kembali. Kamu kangen papa kan pasti?”

Yang menjawab pertanyaan adalah keheningan. Wayne Shen langsung panik melihat koper di ruang tamu yang sudah tidak ada lagi. Ia refleks menaruh plastik berisi bahan makanan yang baru dibeli di lantai, lalu lari naik ke lantai atas apartemen.

Ketika membuka pintu kamar tidur utama, si pria menemukan sprei ranjang dalam kondisi sangat rapih. Koper tidak ada, Jennifer Li dan Adam Song pun tidak ada. Hatinya langsung runtuh, namun dengan harapan yang masih sedikit tersisa ia berlari ke ruang pakaian. Di dalam lemari pakaian, yang ada hanya pakaiannya sendiri. Ia melangkah mundur-mundur hingga akhirnya jatuh ke lantai karena kehilangan keseimbangan.

Jennifer Li sudah pergi, pergi tanpa satu dua kata pun. Wanita itu benar-benar marah padanya!

Wayne He menempuk-nepuk wajah untuk kembali bangun dari keruntuhan. Jennifer Li sudah jadi wanitanya. Tidak peduli ke mana pun wanita tiu pergi, ia harus membawanya kembali. Jennifer Li tidak boleh kabur!

Memikirkan ini, Wayne Shen merogoh ponsel dan menelepon nomor yang sudah ia ingat di luar kepala. Nada dering berbunyi tiga kali, lalu panggilan ditolak. Wayne Shen menelepon lagi, namun kembali ditolak. Dalam kepanikan, ia mengirim pesan berisi dua kata padanya.

Jennifer Li tengah berkeliling taman Vanke City dengan Adam Song. Ponselnya dalam keadaan mati. Ketika tiba-tiba menerima telepon dan melihat identitas peneleponnya, jantungnya langsung berdebar kencang. Ia mematikan telepon itu. Ketika ditelepon lagi, ia melakukan hal serupa. Sebuah pesan pendek ia terima semenit kemudian. Pesan itu berisi dua kata saja: “Angkat telepon!”

Ketika ponsel berdering lagi, Jennifer Li langsung mematikannya. Ia benar-benar tidak tahu bagaimana harus mengahadapi Wayne Shen.

Jennifer Li mendorong troli bayi ke danau buatan. Ia ingin memutarinya sekali, lalu kembali ke apartemen dan masak. Selama tinggal dengan Wayne Shen, ia selalu dimasaki pria itu. Untungnya terkadang ia bantu-bantu, jadi kemampuan memasaknya meningkat cukup lumayan.

Wayne Shen kembali mencoba menelepon. Mendengar operator berujar telepon di seberang mati, ia jadi marah dan makin gelisah. Perilaku Jennifer Li yang seperti ini jauh lebih menakutkan daripada memarahi dan memakinya secara langsung. Dengan kepergiannya yang tiba-tiba ini, ia jadi tidak punya kesempatan untuk menjelaskan tindakan tadi pagi.

Si pria meremas ponsel, berbalik badan, dan kembali ke lantai bawah apartemen. Ia mengambil kunci mobil sejenak, lalu berjalan keluar dengan cepat.

Teman Jennifer Li tidak banyak. Dia pun merupakan wanita yang punya harga diri sangat tinggi. Selepas bercerai dari Patrick Song, demi menghindari nyinyiran-nyinyiran di Kota Jiangning, ia setuju kembali ke Kota Tong bersama Wayne Shen. Sekarang, seharusnya sih dia kembali ke rumah keluarga ya.

Memikirkan ini, Wayne Shen langsung melajukan mobil dengan kencang ke Kota Jiangning.

Langit sudah gelap setibanya dia di sana. Ia mengemudikan kendaraan masuk rumah kediaman keluarga Li, lalu segera turun dan berlari ke bagian rumah Jennifer Li. Sepanjang jalan berpapasan dengan para asisten rumah kediaman keluarga Li, ia tidak peduli sama sekali. Ketika sampai di bagian rumah si wanita, ia menemukan rumah itu gelap gulita. Pasti tidak ada orang di sana.

Wayne Shen memegangi tembok sambil menenangkan nafas yang tergesa-gesa akibat berlari. Kalau tidak ke rumah keluarga, maka Jennifer Li ke mana? Si pria berbalik badan dengan pikiran yang kacau. Ketika melewati pekarangan pohon phoenix, kehadirannya disadari Jules Li dan Patricia Ye yang baru habis makan malam. Mereka berdua bertatapan bingung seolah saling bertanya apa yang menyebabkan wajah Wayne Shen muram. Pasti sudah terjadi sesuatu……

“Wayne Shen, kamu mengapa sendirian? Jennifer Li mana?”

Dihampiri Jules Li dan Patricia Ye, Wayne Shen jadi gugup. Ia menjawab terbata-bata: “Jennifer Li di Kota Tong. Aku…… Cuaca dingin, aku…… aku barusan mengambilkan beberapa pakaiannya.”

Patricia Ye menatap tangan si tamu yang kosong: “Terus mana pakaiannya?”

“Pakaiannya…… Pakaiannya…… Aku kelupaan, ini aku mau pergi ambil,” jawab Wayne Shen sambil berbalik badan.

Jules Li menyadari kegugupan luar biasa dalam gerak-gerik Wayne Shen. Ia memberi kode mata pada Patricia Ye untuk menyuruhnya balik kamar dulu. Setelah itu, pria itu menemani Wayne Shen pergi ke bagian rumah Jennifer Li. Ia pun bertanya, “Wayne Shen, apa ada masalah? Kamu bertengkar dengan Jennifer Li?”

“Aku…… Jules Li, kamu ingat tidak empat tahun lalu kamu bilang padaku yang sudah kita makan baru jadi milik kita. Jadi…… Jangan pukul aku, aku menggagahi Jennifer Li,” jawab Wayne Shen sambil menutup mata bagai bersiap ditonjok Jules Li.

Tetapi, tidak ada tinju yang dihempaskan padanya. Ia membuka mata dan melihat si lawan bicara tersenyum menatapnya. Jules Li membalas, “Kata-kata empat tahun lalu masih ingat saja kamu. Kalau waktu itu kamu ikuti kata-kata, coba bayangkan sekarang betapa bahagianya hidup kalian sekarang.”

Wayne Shen menunduk dan berujar setengah menyesal: “Waktu itu aku merasa diriku tidak bersih, jadi tidak layak bersanding dengannya. Ia layak punya pria yang lebih baik.”

“Maka dari itu kamu aku bilang bodoh. Kamu sudah membuang-buang waktu tujuh tahun. Tetapi, sekarang hitungannya juga belum terlambat. Berhubung kamu sudah mengagahinya, maka jadikanlah dia milikmu seumur hidup. Satu catatan dariku, kalau kamu tidak berhasil membuat Jennifer Li bahagia, akan kutinju kamu sampai gigimu lepas semua,” balas Jules Li sambil mengangkat tangan yang dikepal. Ia dari dulu sangat senang melihat Jennifer Li dipacari Wayne Shen. Sayang sekali adiknya itu pada akhirnya malah dinikahi Patrick Song dan pernikahannya gagal total.

Sekarang, melihat Wayne Shen masih rela mendekati Jennifer Li yang sudah berstatus janda dan bahkan punya anak, hatinya terenyuh. Ia dalam hati berpikir, di dunia ini, selain si tamu pasti tidak ada lagi pria yang bisa menyayangi Jennifer Li begini rupa.

“Kakak, aku sudah menggagahinya. Aku janji tidak akan membuatnya kecewa,” kata Wayne Shen serius.

Jules Li menepuk-nepuk bahunya: “Aku sudah lama menunggu kamu panggil kakak begini.”

Wayne Shen mengulang panggilan barusan, “Kakak.”

Jules Li mendeham mengiyakan sambil mengangguk. Bila Jennifer Li dan Wayne Shen bersatu, itu akan membuatnya senang tidak terkira.

……

Jam pulang kerja tiba. Vero he dan Erin turun ke lantai bawah bareng-bareng. Tanpa sengaja, di parkiran bawah tanah mereka melihat Rolls-Royce milik Taylor Shen. Mobil itu terpakir bukan di parkiran, melainkan di jalur kendaraan. Sudah seperti milik sendiri saja, bentar lagi pasti bikin kemacetan……

Si pemiliknya sendiri, yang mengenakan mantel abu-abu, tengah bersandar di pintu mobil. Alis pria itu diangkat seolah tengah menggoda semua penatapnya. Orang-orang yang melihat kehadirannya tanpa sadar pada meliriknya beberapa kali. Taylor Shen bukan hanya sedang bersandar, ia juga lagi merokok. Di bawah tempat ia berdiri, ada beberapa puntung rokok bekas yang sepertinya baru habis dihisap.

Vero He tahu Taylor Shen bakal datang. Barusan, pria itu sudah mengiriminya pesan singkat yang mengatakan ia sudah ada di lantai bawah.

Si pria menatap si wanita yang baru turun dari kejauhan. Masih dengan postur berdiri seperti itu, si pria menghembuskan asap rokok dengan santai. Vero He dengan perlahan berjalan ke arahnya.

Erin, sementara itu, segera bergegas ke Lamborghini milik Vero He. Biarlah ruang tadi jadi milik mereka berdua, ia tidak mau ikut-ikutan.

Ketika Vero He sudah makin dekat, Taylor Shen membuang puntung rokoknya dan menginjaknya biar mati. Pria itu lalu membuka kedua tangan lebar-lebar dan memeluk Vero He erat tanpa memedulikan perhatian orang-orang. Ia bertanya lembut, “Hari ini apa saja aktivitasmu?”

Wajah Vero He seketika memerah. Ia ingin melepaskan diri dari pelukannya, namun pelukan itu makin kencang. Itu membuatnya malah jadi agak kehilangan keseimbangan dan makin jatuh ke tubuh si pria. Tangannya mengenai dada Taylor Shen yang bidang. Detak jantung si pria yang cukup cepat membuatnya jadi ikutan deg-degan.

“Baca berkas dan rapat lah, memang apa lagi?”

“Lelah tidak?” tanya Taylor Shen sambil menatap bibir merah Vero He. Ia tidak bisa menahan hasrat untuk menciumnya. Seperti biasa, pria itu menunduk perlahan dan mulai menempelkan bibir.

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu