You Are My Soft Spot - Bab 69 Taylor, Kamu Menyukaiku Bukan? (2)

Tiffany dengan segera berjalan kesana, duduk di sampingnya, “Stella, terjadi masalah apa? Kamu jangan menangis dulu, katakan pada ku, kita bersama-sama memikirkan cara untuk mengatasinya.”

Stella sama sekali enggan untuk memikirkan kembali seberapa memalukan dirinya hari ini, pagi ini dia menaiki taxi dan tiba di lantai dasar Bo’s Corp, bertepatan dengan waktu apik pergi bekerja, karyawan Bo’s Corp tergesa-gesa berjalan masuk kedalam perusahaan, dalam hati ia berpikir ini adalah kesempatan yang bagus.

Pun terlebih dahulu membuka siaran yang sudah direkam, keluhan dia yang dikatakan dengan suara yang penuh tangisan seketika menarik perhatian banyak orang, satpam berlari kemari, lalu menarik ia pergi,dia pun menjerit minta tolong, ada orang yang mau memukul ibu hamil.

Satpam tidak berani menyentuhnya, dalam hatinya diam-diam senang, asalkan ia mengandalkan Jordan muncul, pun sudah terkira sukses. Lewat beberapa menit, dia melihat mobil Jordan melaju kemari, gaya agung yang sangat besar, didepan 2 mobil melaju, ditengah adalah fatamorgana sebuah Rolls-Royce, dibelakang masih diikuti beberapa mobil yang tidak ia kenali.

Mobil melaju masuk, karyawan yang mengelilingi melihat seketika lari terpontang-panting, lalu mobil tersebut pun berhenti di depan pintu masuk perusahaan, satpam membuka pintu mobil, ada beberapa pria paruh baya yang mengenakan setelan bergaya barat turun dari mobil. Dia menjabat sebagai penasehat hukum Bo’s Corp selama 1 tahun, pernah bertemu dengan mereka, itu ada pemegang saham Bo’s Corp, dia baru teringat, hari ini adalah konfesi pemegang saham Bo’s Corp.

Dalam hatinya merasa sangat tidak enak, konfesi pemegang saham Bo’s Corp 1 tahun 1 kali, dia malah disini merusak situasi, sungguh membuat Jordan malu, jika dia masih membiarkan pekerjaan mereka lanjut menjadi penasehat hukum Bo’s Corp barulah aneh.

Baru saja ia berniat untuk melarikan diri, dari belakang terdengar suara yang dingin, “Nona Stella!”

Stella berbalik badan, Jordan sudah dekat didepan mata, dia memakai setelan yang sederhana jas hitam dan kemeja putih, kedua tangannya dengan santai dimasukkan ke dalam saku celana, kelihatannya santai, namun malah memberikan seseorang perasaan teror untuk tidak berani melihat langsung.

Stella terkejut hingga muncur selangkah, dia sebelum datang sudah dipersenjatai secara lengkap, tidak disangka malah ketahuan oleh dia dengan begitu mudah, dia tertawa dengan canggung: “Bo, CEO Bo, anda sungguh mempunyai kekuatan penglihatan yang baik, ibu ku bahkan tidak mengenali ku.”

Pandangan Jordan sangat dingin, menunjuk ke terompot diantara pinggulnya, “Kamu mengandung anakku?”

Stella melihat terompet yang ia beli di pasar masih berbunyi, dengan segera ia menutupnya, akhirnya meskipun sudah ditutup tetap saja berbunyi, dari sana terdengar dia meratap seolah sambil menangis dan mengeluh, “Jordan, kamu ini pengkhianat cinta yang menelantarkan istri dan anak, membuat ku hamil, malah membalikkan wajah tidak mengakui kenyataan.......”

Wajahnya seketika menghitam, dengan takut melihat Jordan, melihat wajah tampannya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, Stella dengan tenang menepuk-nepuk, barulah terompet itu berhenti, dia mengelap-elap keringat dingin di keningnya, sambil tertawa berkata: “Ini semua adalah kesalah pahaman, salah paham!”

Jordan menatap mata nya, dingin hingga begitu ingin mencubit ia hingga mati, ia berkata: “ Nona Stella, aku sungguh ingin meminta petunjuk mu untuk 1 pertanyaan, pelajaran biologi mu diajarkan oleh guru olahraga kah?”

“Apa?” Stella tertegun melihatnya.

Jordan tiba-tiba menjulurkan tangan kemari, jarinya menunjuk ke bibir Stella, lalu turun kebawah, turun sampai ke perut kecil dia, nada bicaranya lebih lembut dibandingkan tadi, “Kamu katakan padaku, hanya berciuman, cebong bagaimana bisa dari mulutmu berlari hingga ke dalam perut mu?”

Stella merasa dirinya sudah dipermainkan olehnya, jari yang menusuk ke perut kecil itu keras , dibatasi oleh bantal yang begitu tebal, dia bisa merasakan hangat dari jari Jordan, dia malu hingga wajahnya memerah, ketika menjulurkan tangan berniat untuk mengelak tangannya, Jordan tiba-tiba dengan sekuat tenaga menangkap, lalu menarik keluar bantal tipis yang terikat di perutnya, lalu dengan tak berperasaan memukulnya ke wajahnya.

Stella saat itu merasa aliran darah di sekujur tubuhnya sudah melawan arus, dia malu dan merasa bersalah , ingin sekali membuat sebuah lubang di tanah lalu menerobos masuk ke dalam. Jordan terlihat seperti seorang pria, namun dia sungguh bukan pria.

“Nona Stella, jangan bermain permainan ini lagi, jika kalian pekerjaan pengacara tidak mampu membatasi prilaku karyawan dengan baik, aku tidak akan sungkan untuk melenyapkannya di Kota Tong.” Jordan dengan dingin menyelesaikan perkataan itu, berbalik badan pergi tanpa memikirkan apa-apa----

Tiffany mendengarkan ia menceritakan proses kejadian itu, tidak tahan ingin tertawa, namun melihat wajahnya penuh dengan ekspresi akan menghadapi bencana yang akan segera datang, ia langsung menenangkannya berkata:

“Aku bertemu Jordan 1 kali, meskipun dia kelihatannya tidak terlalu mudah dekat dengan orang, namun seharusnya bukan orang yang membalas dendam untuk menampilkan ia marah, kamu jangan khawatir.”

“Tiffany, apakah aku sudah di guna-guna, tak disangka aku merasa dia sangat tampan ketika momen ia mengambil bantal dan memukul ku, sungguh sudah gila!” Stella dengan tenaga menarik rambut.

“.......” Tiffany mendorongnya,“Jangan begitu tergila-gila, baru saja sekretaris Taylor menelepon ku, bilang hari sabtu pagi jam 6.30, Jordan akan pergi ke lapangan golf Mid Mountain, menyuruh mu tiba tepat waktu, tidak diizinkan terlambat.”

“Sungguh? Dia masih mau bertemu dengan ku?” Stella terlalu senang untuk kabar yang tidak ia sangka, ia sudah terusik beberapa hari ini, pun hari ini bertemu dengan Jordan, akhirnya masih belum berkata sampai ke subjeknya, orangnya pun sudah lari.

“Ya, yang dikatakan Sekretaris Yan adalah maksud dari Taylor, seharusnya tidak salah.” Tiffany mengangguk-anggukkan kepala.

Stella mendekat lalu dengan hangat memeluk Tiffany, dengan girang berkata: “Aku tahu mengandalkan kehebatan mu memang selalu benar, Tiffany, aku sungguh mencintaimu.”

Tiffany merasa geli karena nya hinga terus mengusap-usap lengannya, “Sudah lah, kamu sekarang baik-baik berpikir, bagaimana membujuk Jordan untuk melanjutkan kontrak kerja dengan kalian, aku duluan balik ke kamar.”

Stella mengangguk-anggukkan kepala, hanya dengan Jordan mau bertemu dengannya, dia pun mempunyai yakin bisa membujuk nya untuk melanjutkan kontrak.

Tiffany mengangkat kantongan lalu balik ke kamar, mengganti baju rumah, dia melihat kantongan baju yang terletak di atas kursi, dia mengeluarkan baju kotor, sebuah kotak hitam jatuh ke lantai terdengar suara “pow”, dia tertegun sesaat, lalu membungkukkan badan dan mengambilnya.

Dia termenung melihat kotak yang ada di tangannya itu, teringat tadi di Kediaman Song, perkataan yang dikeluarkan oleh Benjamin. Taylor dan Lindsey bercerai, apakah karena dirinya?

Dia dengan ringan menghela nafas, membuka pintu lemari, lalu meletakkan kotak itu ke dalam lemari, kemudian membawa baju kotornya ke dalam wc untuk dicuci. Dia berdiri disamping wastafel, suara air mengalir, dalam pikirannya muncul momen saat ia dan Taylor berlari di tengah hujan lebat, dan juga di loket khusus, ia jongkok berlutut di depan nya, dengan teliti mengelap kakinya.

Dia tiba-tiba menutup kran air, dengan cepat berlari kembali ke kamar, mengambil handphone, mencari nomor Taylor dan meneleponnya.

Di telinga terdengar suara “Tu”, “Tu”, detak hatinya bertambah cepat, teleponnya tersambung, apa yang harus dikatakannya kepada Taylor? Meminta maaf padanya, atau berterima kasih padanya? Handphone berbunyi sekali demi sekali, namun tidak ada yang menerimanya.

Ia pun menutup telepon, setelah sifat impulsif itu lewat, logika pun sudah kembali. Dia meletakkan handphonenya, diantara mereka apa lagi yang bisa dibicarakan? Hanya terpisah jauh lah, pilihan yang paling baik untuk mereka berdua--- ,

Tidak lama setelah Tiffany meninggalkan Kediaman Song, Nyonya Song pun membawa Lindsey pulang ke rumah, Lindsey cemberut, di pipinya masih ada jejak 5 jari yang sangat jelas, dengan tidak senang ia berkata: “Ibu, Ayah juga sungguh-sungguh, turun tangannya begitu berat, setelah ini aku harus tidak berjumpa dengan orang beberapa hari.”

Nyonya Song mengerutkan alis menatap nya, “Kamu masih punya muka untuk mengeluh? Masalah kamu bercerai dengan Taylor, kenapa bahkan menutupinya dari ku?”

“Setiap kali ketika aku ingin memberitahu anda, anda selalu berbicara tentang bagaimana agar aku dapat mengambil lebih bayak uang tunjangan dari Taylor, tidak mungkin aku berani mengatakan aku diceraikan olehnya tanpa mendapatkan apapun, Ibu, Taylor juga cukup kejam, dia dari awal tahu masalah aku dan William, namun malah tenang dan tidak berbuat apapun, perlahan memaksa ku hingga keadaan yang menyedihkan.” Lindsey sudah memikirkan beberapa hari, barulah mengerti akan logika ini.

“Aku dari awal sudah mengatakannya pada mu, Taylor bisa merebut Shen’s Corp dari tangan Nelson, dia tentu saja bukan bukan orang biasa. Masalah ini sungguh kamu tidak bisa benci padanya, dia tidak mengungkapkan masalah kamu dan William di luar, sudah merupakan kebaikan hati terbesar pada kalian. Saat itu juga salahkan kita terlalu tamak, jika tidak uang tunjangan 5.000.000 dan 1 apartemen yang bernilai 10.000.000, juga bisa membantu menahan Song’s Corp untuk sesaat.” Nyonya Song menyesal hingga ke titik puncak.

“Ibu, jadi sekarang kita harus bagaimana? Ayah sungguh ingin Tiffany tidak bercerai dengan William kah? Jadi aku bagaimana? Anak yang ada di perutku bagaimana? Aku sekarang sudah bercerai dengan Taylor, jika tidak bisa menikah dengan William, kelak aku bagaimana?” Perasaan Lindsey sedikit emosional, beberapa hari ini dia menelepon William, William sama sekali tidak mengangkatnya, dia pergi mencari William, dia juga menghindar untuk tidak bertemu. Lindsey tahu, kali ini dia termasuk sudah sangat mengusik William.

“Lindsey, kamu jangan berpikir yang tidak-tidak, fokus menjaga janin mu, ibu pasti akan membuat mu duduk di posisi sebagai Nyonya Tang.” Di mata Nyonya Song tersirat ekspresi licik , asalkan anak di dalam perut Lindsey masih ada, Keluarga Shen disana jangan pernah berpikir untuk menghapus hubungan dengan mereka Keluarga Song.

Lindsey melihat wajah ibu nya yang penuh dengan rencana, dia pun lega, asalkan ada ibu, dia pasti bisa dengan mewah menikah dengan William.

Sesaat hari sabtu pun tiba, pagi hari jam 5, saat Tiffany tertidur dengan linglung, terlihat di sisi kasur ada seseorang duduk di atasnya, dia terkejut hingga dari tidur langsung terbangun, dia melihat, ialah Stella yang sudah berpakaian rapi, “Stella, apa yang kamu lakukan, tidak tahu kalau orang menakuti orang maka bisa menakutinya hingga mati ya?”

Stella duduk di samping kasur, dengan sedikit lemas menatap nya, “Tiffany, kamu temani aku pergi bersama ya, aku dengar letak lapangan golf Mid Mountain sangat pedalaman,aku pernah menyinggung Jordan, jika dia melihatnya lalu bertindak impulsif, memperkosa lalu membunuhku , aku pun tidak akan berjumpa dengan mu lagi.”

Tiffany melihatnya berbicara begitu membuat rambutnya berdiri, bulu kuduk di punggung belakang pun terkejut hingga berdiri, “Stella, kamu jangan mengatakannya hingga begitu mengerikan, jika Jordan sungguh menyimpan dendam, dia tidak perlu lagi mengajak mu ke lapangan golf, langsung menurunkan perintah mencekik mu. Kamu tidak mungkin duduk dengan baik disini.”

“Yang kamu katakan ada benarnya, tapi aku masih saja takut, kamu temani aku pergi ya, aku mohon.” Stella memegang tangan dia dan mengayunkannya.

Tiffany pun dengan pasrah menganggukkan kepala, begitu pagi, dia sendiri naik taxi pergi kesana, dia juga tidak tenang. Dia bangun menggunakan waktu yang paling singkat untuk mandi dan berpakaian, kemudian mengganti 1 set baju olahraga, bersama Stella keluar rumah.

Baru saja berjalan keluar dari komplek, sebuah mobil sedan hitam berhenti di samping jalan, jendela nya diturunkan, keluar wajah Cristian dengan mata yang masih sangat ngantuk , “Nona Song , sungguh kebetulan, kalian olahraga pagi kah?”

Tiffany dengan sadar melihat ke arah tempat duduk belakang, jendela dengan warna yang gelap membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas ada orang yang duduk di dalam atau tidak, ia berkata: “Pagi, Sekretaris Yan, kamu begitu pagi untuk merasakan angin segar ya?”

“Aku baru saja pulang kerja lewat sini, kalian mau pergi kemana? Aku antar kalian.” Cristian menguap, terlihat jelas masih belum bangun.

“Tempat yang kami pergi sedikit jauh, tidak usah merepotkan mu lagi, kami naik taxi pergi sudah bisa.” Tiffany curiga Taylor ada di dalam mobil, jika tidak untuk apa Cristian pagi-pagi mengemudi kesini?

Cristian sepertinya mengetahui apa yang sedang ia pikirkan, ia berkata: “Nona Song, CEO Shen tidak ada di dalam mobil, dia semalam lembur hingga tadi, Supir Wang sudah mengantarnya pulang, jadi kamu tenang, kamu tidak akan bertemu dengan CEO Shen.”

Tiffany memegang wajahnya, pikiran dia begitu jelas kah? Ia melihat Stella, Stella sudah menarik kursi belakang dan duduk didalam, “Tiffany, ayo naik, kita 2 orang gadis, ada orang yang kenal mengantar , selalu lebih aman dibandingkan naik taxi.”

“.......” Tiffany pun lebih baik naik ke mobil.

Cristian pun melajukan mobilnya, dia melihat ke kaca spion, berkata: “Nona Song, kalian mau pergi ke Mid Mountain kan?”

“Iya, Stella pergi sendirian hatiku tidak tenang, jadi aku menemaninya pergi.” Tiffany menjelaskan.

Cristian sambil mengemudi sambil berkata: “CEO Bo adalah orang yang mempunyai disiplin diri yang tinggi, kehidupan kerja dan istirahatnya bisa menggunakan kata selalu sama untuk mengutarakannya, dia setiap hari sabtu pagi jam 6.30 akan pergi ke Mid Mountain untuk bermain golf, beberapa tahun ini cuaca berangin hujan dari dulu tidak pernah berubah.”

Stella mendengar hal itu, memiringkan bibirnya , berkata: “Jika begitu pasti dia bukan manusia, tapi robot, hanya robot yang akan bekerja sesuai dengan prosedur yang sudah diatur.”

Cristian melihatnya, lalu memperhatikan keadaan jalan yang ada di depan, “Yang dikatakan Nona Han benar, dibandingkan dengan CEO Shen kami, CEO Bo lebih mirip dengan robot kerja yang dingin, tidak mempunyai 7 semangat emosional. Dalam perbandingan, CEO Shen kami lebih seperti manusia mempunyai kehidupan. Tapi beberapa hari ini juga tidak tahu mengalam tekanan seperti apa, berubah menjadi sama seperti CEO Bo, menjadi 1 robot kerja, mau dinasehati seperti apapun juga tidak mau pulang istirahat. Dinasehati, masih menjerit ku, bilang aku tidak bisa tidur kamu menyuruh ku bagaimana tidur?”

Novel Terkait

1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu