You Are My Soft Spot - Bab 372 Istriku, Maaf Sudah Menyusahkanmu (2)

Stella Han berjalan memasuki pintu, melihat Jordan Bo yang turun dari atas dengan mengenakan baju santai serba putih, langkah kakinya mengkaku, tatapan matanya dengan berat melihat ke sini, seketika itu, dia sangat ingin kabur.

Jordan Bo langsung menuruni tangga, saat berdiri di anak tangga terakhir, menatapnya dengan seksama, mana mungkin melewatkan ekspresi yang tidak nyaman dan keinginan untuk kabur di wajah Stella Han, sang pria menghela napas, mengalihkan pandangan mata, melangkahkan kaki memasuki ruang tamu.

Dia sekarang adalah seorang wanita hamil, tidak boleh membuatnya terus berada dalam situasi tegang, meskipun telah dipukul olehnya, Jordan Bo pun tidak memperhitungkan hal ini dengannya.

Jordan Bo melangkahkan kaki memasuki ruang makan, melihat Stella Han masih mengkaku di sana, dia melihat ke sana dengan kesal, berkata: "Kamu berencana berdiri di sana sampai dunia akhirat?"

Stella Han menggertakkan gigi, lalu mulai melangkahkan kaki masuk ke ruang makan, semalam tidak makan, juga tidak jadi memakan cemilan tengah malam, di tambah lagi pagi hari tadi ditindas oleh Jordan Bo, meskipun dia turun dan telah makan sedikit cemilan, tapi tetap merasa lapar, terutama ketika mencium aroma makanan, saat ini langsung berliur.

Gengsi atau yang lainnya, sebaiknya dibahas lagi setelah perut terisi penuh, meskipun dirinya sendiri tahan lapar, tapi janin yang ada di dalam perut tidak akan mampu menahan lapar.

Bibi Liu menghidangkan sarapan keluar, melihat Jordan Bo dan Stella Han saling duduk berpisah, dia tak tertahankan untuk menghela napas, saat nyonya orang lain sedang hamil, semuanya dimanjakan, tapi nyonya dia ini, malah dibiarkan begitu saja.

Setelah dia meletakkan sarapannya, dia kembali ke dapur untuk menghidangkan dua bubur kulit ikan kemari, diletakkan di hadapan mereka masing-masing. Stella Han sangat kelaparan, tidak lagi mempedulikan Jordan Bo yang ada di seberang, langsung mengambil sumpit dan mulai makan.

Jordan Bo membalikkan halaman koran, berusaha sebisa mungkin untuk tidak memberikan tekanan padanya, sudut matanya melihat penampilannya yang makan dengan lahap, dia pasti sudah sangat kelaparan, sudut bibirnya memancarkan sebuah senyuman, dengan perlahan melipat koran dan meletakkannya di samping, lalu mengambil sendok dan mulai memakan bubur.

Saat baru makan sampai setengah, Jordan Bo bertanya secara tak sadar: "Kapan kamu melakukan pemeriksaan kehamilan?"

Pergerakan Stella Han berhenti, dia menanyakannya dengan terlalu tiba-tiba, jadi sang wanita pun menjawabnya secara tanpa sadar: "Hari Jum'at minggu ini di sore hari"

"Aku akan menemanimu pergi." Jordan Bo mengatakan, istrinya telah hamil, selain pertama kali mengetahui kabar dia telah hamil di rumah sakit, dirinya tidak pernah pergi menemaninya melakukan pemeriksaan kehamilan sekali pun. Saat perempuan lain sedang hamil, pasti sangat dimanjakan, segala hal harus ditemani oleh sang suami, tapi istrinya bagaikan sebuah besi, tidak memerlukannya sama sekali.

"Err!" Stella Han kaget, tidak mengerti perkataannya ini hanya sekedar keinginan sesaat, ataupun benar-benar ingin pergi menemaninya, Stella Han berkata: "Tidak perlu, cukup aku sendiri saja yang pergi."

"Aku akan menemanimu pergi!" Jordan Bo secara tanpa sadar meninggikan suaranya, Stella Han tidaklah begitu mengharapkan penemaniannya, saat melihat ekspresi wajah Stella Han yang gundah, sang pria memejamkan mata, "Aku pergi untuk melihat anakku, kamu jangan merasa tertekan."

Mendengar dia berkata seperti ini, entah kenapa hati yang harusnya merasa lega malah merasa kecewa, dia kembali, ternyata hanya demi anaknya, dan bukanlah deminya.

Stella Han, jangan berharap lagi, seorang pria yang mampu melemparkanmu dalam vila ini dan tidak pernah datang menanyakan kabarmu seperti ini, kalau bukan karena kamu mengungkit perceraian, bagaimana mungkin dia bersedia pulang, dan kepulangannya pun pasti bukanlah karenamu, melainkan demi anak yang ada di perutmu.

Jordan Bo awalnya tidak ingin membuatnya tertekan, mana mungkin bisa menyangka sang wanita benar-benar berpikiran menyimpang, sang pria makan dengan diam, lalu kembali mengambil koran melihatnya.

Stella Han memperbaiki suasana hatinya, dan lanjut makan buburnya, mungkin karena terlalu lapar, makanya bubur kulit ikan yang dimasakkan Bibi Liu hari ini begitu harum, dia masih ingin menambah semangkuk lagi setelah satu mangkuk telah habis, tapi saat melihat Jordan bo yang bagaikan sebuah ukiran dewa di depannya ini, dia malah tidak mampu mengatakan ucapan untuk menambah bubur.

Jordan Bo melihatnya sekilas, mengambil koran dan bangun, setiap hari melihat video CCTV, tahu jelas seberapa banyak porsi makannya, mungkin karena adanya keberadaan dirinya di sini, makanya tidak enak hati untuk menambahnya. Setelah Jordan Bo pergi, Stella Han langsung menghela napas lega, bergegas mengambil mangkuk dan pergi ke dapur menambah bubur.

Bibi Liu menerima mangkuknya, dan menuangkan bubur untuknya, melihat dia bersembunyi dalam dapur dan makan dua mangkuk bubur sekaligus, setelah itu baru meletakkan mangkuknya, dia kembali ingin menghela napas, nyonya sampai harus bersembunyi di dapur untuk makan bubur tambahan, memangnya seberapa takutnya dia terhadap Tuan?

Dia mengira asalkan Tuan pulang, hubungan mereka akan membaik, siapa sangka sekarang bahkan makan pun harus sampai bersembunyi?

Kenapa saat nyonya dia sedang hamil begitu menyengsarakan?

Stella Han telah selesai makan sarapan, dengan perlahan berjalan keluar dari dapur, Jordan Bo terlihat sedang duduk di sofa ruang tamu melihat berita bisnis, ekspresinya terlihat sedikit pusing, apakah dia tidak berencana masuk kerja hari ini?

Bukankah dia beberapa hari ini telah memegang beberapa buah proyek besar sekaligus, mana ada waktu sebanyak ini untuk tinggal di rumah?

Tatapan mata Jordan Bo teralihkan dari televisi, tertuju pada wajahnya yang terlihat sedikit gundah, apa yang sedang dipikirkan Stella Han tidak akan diketahui olehnya, tapi karena dia telah memutuskan untuk pindah kemari dan hidup bersama dengan Stella Han, maka dia akan menganggap sikap Stella Han yang terpaksa seperti ini sebagai angin lalu.

Pernikahan ini, dia sendirilah yang menginginkannya, jadi dia akan bersabar menghadapinya meskipun harus menghajarnya babak belur. Sang pria percaya, hati wanita ini bukanlah terbuat dari besi ataupun batu, dia pasti akan meleleh dibuat olehnya.

Stella Han merasa sangat tidak bebas saat Jordan Bo berada di vila, dia melakukan ini di sana, melakukan itu di situ, merasa waktunya berlalu dengan sangat lama. Saat siang hari, Vincent Xu mengantarkan kopernya Jordan Bo kemari, dua buah koper besar yang penuh, semuanya berisikan baju dan sepatu yang sering dipakainya, juga menyertakan beberapa dokumen penting.

Jordan Bo berpesan pada Bibi Liu untuk membawa bajunya ke lemari baju, hingga sekarang, akhirnya Stella Han mengerti, bahwa Jordan Bo bukan hanya sekedar bercanda, dia benar-benar ingin pindah kemari.

Hatinya sangat kesal, kalau dia tahu situasi akan menjadi begitu sulit dikendalikan seperti ini, dia pasti tidak akan mengutarakan permintaan perceraian dengan gegabah, dan memancing pria ini pindah kemari.

......

Dalam sekejab mata, Stella Han telah tiba di masa menjelang melahirkan, sang anak telah melewati perkiraan waktu untuk lahir, setiap kali dia pergi melakukan pemeriksaan menjelang melahirkan, sang pria pasti akan selalu menemaninya, rapat sepenting apapun tidak akan membuatnya absen dalam menemaninya.

Hati Stella Han bukanlah tidak terharu, tapi asalkan teringat dengan teman karibnya yang telah tiada, hatinya yang telah melembut itu, akan kembali mengeras lagi.

Stella Han tahu, dia selamanya tidak akan mampu membuka belenggu hati ini, seumur hidup!

Di masa kehamilan akhir, kakinya mulai membengkak, terkadang akan merasa sangat kesakitan, terkadang pun akan terbangun di tengah malam saat sedang tidur, Jordan Bo selalu berada di sampingnya. Dalam jangka waktu ini, mereka saling tidur seranjang, dan dia pun tidak lagi menjahilinya lagi seperti pagi hari itu yang membuat Stella Han merasa sesak karenanya.

Stella Han pernah meminta untuk berpisah kamar, tapi Jordan Bo tidak setuju, dan sikapnya begitu keras. Stella Han tahu, asalkan sikapnya menjadi keras, dirinya tak akan berdaya terhadapnya.

Dia melewati waktu beberapa bulan ini dengan canggung, dan akhirnya tiba pada masa menjelang kelahiran, karena sang anak terus tidak lahir keluar, Jordan Bo setiap hari selalu merasa resah, cuaca di bulan Agustus, begitu terik hingga mulut mengalami panas dalam.

Tidak peduli seberapa berusahanya Bibi Liu memasakkan sup pereda panas dalam, semuanya tak berguna. Meskipun Jordan Bo tidak mengatakannya keluar, tapi Stella Han tahu, bahwa Jordan Bo lebih panik dibandingkan dirinya.

Anak yang jahil ini, sebenarnya kapan akan lahir?

Di suatu malam dalam pertengahan bulan Agustus, Stella Han tiba-tiba merasa perutnya kesakitan, dia terbangun karena rasa sakit, dalam ruang yang hangat, dia merasakan bagian bawah tubuhnya telah basah, dia mengulurkan tangan merabanya, di dalam pencahayaan yang gelap, dia telah melihat warna merah yang mencolok pada telapak tangannya, seketika merasa sangat ketakutan hingga meringis.

Jordan Bo biasanya tidak tidur terlalu lelap, Stella Han telah melewati perkiraan waktu untuk melahiran, tapi perutnya sama sekali tidak ada reaksi apapun, saat mendengar suara rintihannya, Jordan Bo langsung membuka mata, mengulurkan tangan menyalakan lampu, melihat seprei ranjang yang putih telah dilumuri dengan merahnya darah, dia sangat ketakutan, duduk dengan tegak, "Stella, lapisan ketuban telah robek, kamu jangan takut, aku sekarang akan segera mengantarmu ke rumah sakit."

Pria yang biasanya sangat tenang, mana pernah begitu panik dan kacau seperti ini?

Jordan Bo menuruti ranjang, sandal pun tak sempat dipakainya, langsung menggendongnya, Stella masih memakai baju tidur, tapi langsung digendong keluar olehnya, sambil turun ke bawah sambil berteriak: "Bibi Liu, ambilkan tas keperluan melahirkan, supir, pergi kemudikan mobil."

Masa kelahiran Stella Han telah tiba, Jordan Bo awalnya berencana untuk menyuruhnya tinggal di rumah sakit beberapa hari, tapi dia tidak suka dengan aroma antiseptik di rumah sakit, dan tidak bersedia pergi. Jordan Bo tak berdaya terhadapnya, terpaksa menyuruh supir untuk bersiap siapa setiap saat di vila.

Setelah mendengar perintah dari Jordan Bo, sang supir langsung bangun, lalu dia sama dengan Jordan Bo, tidak berani tidur dengan sangat lelap, khawatir tidak akan mampu terbangun saat nyonya akan melahirkan nanti, dan sampai menunda waktu kepergian ke rumah sakit.

Jordan Bo menggendong Stella Han dan keluar dari vila dengan telapak kaki telanjang, berjalan ke samping mobil, supir telah membukakan pintu mobil barisan belakang dan menunggu di sana.

Stella Han merasa sangat kesakitan sampai kesadarannya melemah, tapi tetap tahu keadaan tubuhnya yang tak karuan, tidak bersedia duduk di mobil mewahnya, dia menggenggam pintu mobil, berkata dengan suara kecil: "Ganti mobilnya, jangan mengotori mobilmu."

Jordan bo melototinya dengan marah, di saat seperti, lebih penting mobil atau nyawa? Dia memindahkan tangannya, menggendongnya masuk ke dalam mobil, sang supir tidak berani menunda waktu sedetik pun, segera menutup pintu, membalikkan badan dan duduk di kursi pengemudi.

Baru saja menyalakan mesin mobil, terlihat Bibi Liu menyerbu ke sini membawakan tas keperluan melahirkan, membuka pintu samping pengemudi, dan duduk di dalam.

Sepanjang jalan, Jordan Bo memeluk Stella Han dalam pelukan, mendengar rintihan kecilnya, ekspresi Jordan Bo begitu galak mengerikan. Stella Han tidak seperti para wanita yang ada di televisi, yang berteriak histeris mengatakan tidak ingin melahirkan anak.

Dia sangat pengertian, juga berusaha menahan, sesakit dan sesengsara apapun, dia tetap tidak berteriak, kalaupun bersuara, dia hanya mendesah kecil bagaikan suara nyamuk.

Tapi saat suara kecil ini masuk dalam telinganya Jordan Bo, baginya malah terasa bagaikan pisau yang menyayat hati, dia lebih bersedia membiarkannya berteriak keras, daripada menahannya seperti ini. Sang pria tidak tahu, proses melahirkan seorang wanita ternyata begitu menyengsarakan.

Bersabar dengan penuh siksaan dalam sepanjang jalan ini, akhirnya berhasil mengantarnya ke ruang persalinan dalam Rumah Sakit Militer, Jordan Bo masih ingin ikut masuk ke dalam, tapi malah dihadang oleh suster di luar. Daerah China telah memiliki sebuah aturan yang tidak memperbolehkan pria masuk dalam ruang persalinan, karena itu adalah tempat yang penuh dengan aura gelap, dan akan terlumuri jika masuk ke dalam.

Jordan Bo melototi suster dengan tatapan mata yang tajam, "Yang ada di dalam ruang persalinan adalah istriku, tapi kamu malah menyuruhku menunggu di luar dengan panik?"

"Tuan Bo, ini adalah peraturan rumah sakit, kamu tidak boleh masuk, sebaiknya tunggulah di luar." Sang suster melihat kelopak mata dia yang merah membara, merasa ketakutan hingga menundukkan kepala, tapi ini adalah peraturan dari rumah sakit, dia tidak boleh melanggarnya.

Bibi Liu menarik tangan Jordan Bo, tuan mengantar nyonya dengan begitu panik, sandal pun lupa dipakainya, ini adalah pertama kalinya dia melihat tuannya muncul dengan keadaan memprihatinkan seperti ini di hadapan orang lain, dia berkata: "Tuan, jangan membuat Nyonya khawatir!"

Ternyata benar, Stella Han merupakan titik kelemahan Jordan Bo, langsung terkena saat mengungkitnya. Jordan Bo melototi suster, tapi tidak lagi membuatnya kesulitan.

Proses melahirkan tidaklah begitu lancar, Jordan Bo mondar mandir penuh keresahan di luar, melihat langit di luar sudah hampir cerah, jangankan kabar apapun yang keluar dari ruang persalinan, suara tangisan dan teriakan sang wanita dari dalam pun tidak ada.

Siksaan aneh dalam keheningan ini membuat Jordan Bo tidak mampu merasa tenang, apa sebenarnya yang telah terjadi di dalam, kenapa Stella Han tidak berteriak, padahal wanita lain saat melahirkan pasti akan berteriak histeris hingga atap menjadi runtuh, tapi dia malah tidak bersuara sedikit pun, apakah telah terjadi sesuatu?

Dia terus berada dalam dugaan tak tenang ini, begitu panik. Bibi Liu menunggu dengan duduk di bangku panjang, melihat dia terus berjalan mondar mandir, seakan-akan dengan begini bisa menenangkan suasana hati yang kacau, dia berpikir, tuan pasti sangat mencintai nyonya.

Hanya saja dua orang menyebalkan ini, siapapun tidak pernah mengutarakan rasa cintanya.

Jordan Bo semakin lama menjadi semakin cemas, begitu panik hingga ingin langsung menerobos masuk, tapi kemudian akhirnya telah terdengar teriakan kesakitan yang tak tertahankan oleh sang wanita dari dalam, begitu kecil, seakan-akan takut membuat orang di luar merasa khawatir.

Tapi rintihan seperti ini, malah lebih membuat Jordan Bo merasa takut, dia hampir saja gegabah dan mengatakan jangan melahirkan lagi, kita jangan melahirkan anak yang menyebalkan ini, kalau keluar, dirinya pasti akan memukul pantatnya dengan keras.

Perlahan-lahan, suara rintihan sang wanita menjadi semakin cepat, bagaikan sedang menangis, juga terdengar seperti mendesah, Jordan bo berdiri di samping dinding, menabrakkan kepala ke dinding, wanitanya sedang sengsara di dalam, tapi dirinya malah tak berdaya sama sekali, perasaan tak berdaya seperti ini membuatnya kesakitan hingga hampir meledak.

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu