You Are My Soft Spot - Bab 144 Antara Aku dan Tiffany Song, Kamu Pilih Siapa? (1)

Pagi hari keesokan harinya.

Ketika Taylor Shen berjalan turun ke lantai bawah, ia langsung menjumpai Tiffany Song keluar dari dapur sambil mengenakan apron dan membawa nampan berisi sarapan. Langkah kakinya terhenti. Ia berbatuk kering dengan tidak senang. Tadi, ketika terbangun tanpa Tiffany Song di sisinya, Taylor Shen kaget setengah mati dan langsung turun dari ranjang untuk mencarinya.

Tiffany Song mendongak menatapnya. Melihat Taylor Shen masih mengenakan piyama tidur dengan rambut yang berantakan, ia tertawa lepas, “Sudah bangun?”

“Bangun gara-gara tidak ada kamu,” ujar Taylor Shen sambil bergumam manja.

Kata-kata ini sangat menyentuh bagi Tiffany Song. Ia menghampiri Taylor Shen dengan perlahan dan bertanya lembut padanya, “Perlu aku temani tidur beberapa saat lagi tidak?”

Taylor Shen memeluk Tiffany Song tanpa peduli mereka masih berada di tengah-tengah tangga. Ia membenamkan kepalanya di bahu wanita itu, “Tidak mau tidur lagi.”

“Ya sudah, mandi dan ganti pakaian sana. Aku bikin sarapan nih.” Tubuh Tiffany Song langsung menegang begitu dipeluk Taylor Shen. Ia ingin melepaskan diri, tetapi pada saat yang bersamaan juga merasa tidak rela. Ia jelas-jelas tahu mereka tengah melakukan hal yang tidak pantas dilakukan kakak-adik, namun ia memilih menyerah pada kemauan hatinya.

“Temani aku,” ujar Taylor Shen tegas seolah tidak mau mendengar penolakan.

Tiffany Song mengangguk. Mereka berdua kembali ke ruang tidur utama bersama-sama. Taylor Shen pergi mandi, sementara Tiffany Song memilihkan pakaian yang akan pria itu kenakan hari ini. Ketika Tiffany sudah selesai dengan tugasnya, Taylor Shen juga sudah kelar mandi.

Taylor Shen keluar dari kamar mandi sambil mengenakan handuk putih di pinggang. Otot-otot perut dan dadanya terlihat kentara sekali saat ia mengeringkan rambut dengan kedua tangan. Tiffany Song tanpa sengaja melihat momen ini ketika menoleh ke arahnya. Kalau ini terjadinya dulu, ia pasti akan merasa sangat terpesona. Tetapi, berhubung ini terjadinya sekarang, ia langsung menghindarkan tatapannya ke arah lain.

“Pakaianmu sudah aku pilihkan. Cepat pakai, aku harus ke bawah cek bubur sudah matang atau belum.” Tiffany Song buru-buru balik badan. Baru dua langkah ia berjalan, pergelangan tangannya langsung ditahan oleh Taylor Shen. Tiffany Song berusaha ingin melepaskan diri, tetapi Taylor Shen malah semakin mengeraskan pegangannya.

“Mau kabur ke mana?” bisik Taylor Shen pelan. Sekujur tubuh Tiffany Song kaku. Ia takut Taylor Shen bergerak mendekatinya. Sekalinya didekati Taylor Shen, ia kini langsung gelisah.

“Siapa yang mau kabur? Di bawah memang tidak ada yang jaga buburnya kok. Aku takut gosok.” Tiffany Song berusaha melepaskan diri lagi, namun kembali gagal. “Bukannya ada Bibi Lan di bawah? Duh, jangan menghindar begini lah kamu, sekali lagi kamu menghindar aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan padamu.”

Tiffany Song terhenyak. Ia bisa membayangkan ancaman yang barusan ditebar Taylor Shen, jadi ia tidak berani bergerak. Taylor Shen kemudian membela-belai tubuh Tiffany Song dari atas ke bawah, lalu kembali lagi ke atas. Ketika tengah meraba bibirnya, Taylor Shen bertanya: “Tiffany Song, mengapa aku merasa dua hari ini kamu terus menghindar dariku?”

“Ma…… masa?” bantah Tiffany Song tergagap-gagap. Seluruh perhatiannya kini terpusat pada tangan Taylor Shen yang tengah membelai-belai tubuhnya. Tiffany Song merasa gelisah dan panas sekali seolah tubuhnya tengah dibaringkan di tengah perapian.

“Iya. Aku ini sangat sensitif. Aku sudah berpengalaman menghadapi banyak orang.” Taylor Shen sengaja mengakhiri kata-katanya ini dengan meniup udara persis di samping telinga Tiffany Song.

Sekujur tubuh Tiffany Song langsung merinding. Dengan kedua tangan tertahan di dada Taylor Shen, ia mengalihkan pembicaraan, “Kamu sudah mau terlambat kerja loh ini.”

“Aku bos, sesekali terlambat tidak masalah,” ujar Taylor Shen santai.

“Turutilah kata-kataku. Cepat ganti pakaian.” Tiffany Song tidak tahan berdekatan lama-lama dengan Taylor Shen, apalagi sekarang ini masa yang sangat sensitif baginya. Ia tidak mau melihat dirinya sendiri masuk neraka karena bermesraan dengan saudara kandung, juga tidak mau masuk neraka bareng-bareng dengan Taylor Shen.

Taylor Shen melepaskan tangan Tiffany Song, lalu berujar, “Cium aku sekali, aku langsung ganti pakaian.”

Tiffany Song kehabisan kata-kata, mana ada orang ganti baju saja harus menuntut sesuatu? Taylor Shen pun bukan anak kecil yang harus diberi hadiah baru mau melakukan sesuatu kan. Tetapi, melihat raut wajahnya yang sangat serius, Tiffany Song sadar, kalau ia tidak memenuhi permintaannya, pria itu benar-benar tidak akan melepaskannya.

Tiffany Song memejamkan mata dan memberanikan diri mencium pipi Taylor Shen, tetapi entah bagaimana caranya yang tercium olehnya malah bagian bibir, bukan pipi. Taylor Shen sudah mengganti posisi wajahnya sesaat setelah ia memejamkan mata tadi. Melihat wajah bagian depan Taylor Shen memenuhi pandangannya, Tiffany Song langsung menahan nagas ketakutan.

Ia refleks mendorong Taylor Shen sekuat tenaga. Ketika Taylor Shen masih terbengong-bengong dengan reaksinya, ia langsung lari keluar kamar tidur.

Taylor Shen bingung sekali dengan ekspresi Tiffany Song barusan. Ia sudah sikat gigi dan mulutnya wangi pasta gigi rasa lemon, mengapa ekspresi wanita itu malah jijik begitu?

Kehormatan diri Taylor Shen seperti terhantam sesuatu. Tiffany Song sudah “makan” air liurnya berulang kali, tetapi baru kali ini di wajahnya muncul ekspresi begitu. Taylor Shen jadi curiga apakah kemampuan berciumannya mengalami penurunan atau bagaimana.

Tiffany Song berlari hingga ke lantai bawah. Jantungnya masih berdebar sangat kencang. Meski ia bisa merasakan rasa lemon dari bibirnya, namun hatinya terasa pahit sekali. Ia memejamkan mata untuk menenangkan diri, lalu baru kembali ke dapur.

Sepanjang sarapan, Taylor Shen terus menatap Tiffany Song dengan kesal. Wanita itu memilih tidak mengindahkannya. Ketika Tiffany Song mengantar Taylor Shen keluar dari vila, wajah pria itu terlihat muram sekali.

Tiffany Song berdiri di taman bunga menunggu Taylor Shen berangkat. Setelah mobil mulai melaju, ia membuang nafas panjang dengan lega dan kembali ke ruang tamu. Bibi Lan kebetulan habis menaruh pakaiannya dan Taylor Shen ke mesin cuci. Melihat sosok Tiffany Song, Bibi Lan memanggilnya, “Nona Song, kamu mau balik ke kamar ya?”

“Iya. Ada apa, Bibi Lan?”

“Ini aku temukan dari kantong Tuan. Sepertinya ini sangat penting baginya, tolong bawa ke kamar atas ya.” Bibi Lan menyerahkan jerumbai berwarna di tangannya pada Tiffany Song.

Tiffany Song langsung menatap jerumbai berwarna itu lekat-lekat. Ia baru bangun dari lamunannya ketika Bibi Lan berpamitan darinya. Ia ikut berpamitan: “Baik, Bibi Lan. Aku juga mau ke atas.”

“Baik.”

Tiffany Song berlari ke lantai atas sambil menenteng jerumbai berwarna ini. Setibanya di kamar, ia langsung mengunci pintu dan duduk di lantai mencoba menenangkan diri. Hatinya mau runtuh melihat benda ini.

Bagaimana ia harus menerima kenyataan bahwa Taylor Shen adalah kakaknya?

……

Dalam kafe, Tiffany Song duduk di kursi dekat jendela sambil mengenakan kacamata hitam.

Tidak lama kemudian, Stella Han datang menghampirinya. Begitu duduk, wanita itu langsung meneguk minuman dingin yang ada di hadapan Tiffany Song terlebih dahulu, baru menyapa: “Tiffany Song, ada urusan apa memintaku buru-buru kemari?”

Tiffany Song membuka tasnya dan mengambil dua sampel rambut. Ia menyerahkannya ke hadapan Stella Han, lalu menjelaskan: “Stella Han, aku ingin kamu bantu aku lakukan tes DNA pada dua helai sampel rambut ini.”

“Tes DNA?” tanya Stella Han bingung.

“Iya. Badan Tes DNA Pengadilan meminta persetujuan dari orang terkait sebelum tes DNA dilakukan. Aku tidak punya akal untuk mendapat persetujuan itu, jadi aku minta bantuanmu.” Stella Han adalajh seorang pengacara perceraian. Ia pasti sering berurusan dengan Badan Tes DNA Pengadilan. Ia sendiri juga sahabat baik Stella Han, jadi permintaannya tidak mungkin ditolak.

“Ini sampel rambut siapa?” tanya Stella Han lagi.

“Stella Han, kamu sekarang jangan tanya ini-itu dulu. Nanti setelah hasil tesnya keluar aku akan cerita padamu,” ujar Stella Han. Ini urusan besar, ia bahkan tidak berani menulis namanya sendiri dan nama orang-orang yang rambutnya dijadikan sampel karena takut diketahui publik. Tiffany Song sendiri sebenarnya tidak masalah kalau namanya harus ditulis, toh nama baiknya sudah rusak. Yang ia khawatirkan adalah nama baik Taylor Shen.

“Oh ya, ini tugas rahasia. Jangan kasih tau siapa-siapa soal urusan kita ini, termasuk Jordan Bo,” kata Tiffany Song mengingatkan.

Stella Han segera menyimpan dua sampel rambut itu di dalam tasnya. Meski hatinya sangat penasaran ini rambut siapa, tetapi ia menghormati privasi Tiffany Song. Kalau temannya itu tidak mau cerita, ya ia tidak boleh memaksanya. Stella Han mengangguk yakin, “Baik, aku janji padamu, aku tidak akan menceritakannya pada siapa-siapa.”

“Terima kasih, Stella Han.” Tiffany Song mengulurkan kedua tangannya melintasi meja, lalu memegang pundak Stella Han. Ia mengucap syukur: “Kalau tidak ada kamu, aku sungguh tidak tahu harus bagaimana.”

“Sudah paham seberapa pentingnya aku kan sekarang. Sudahlah kita pacaran saja,” ledek Stella Han sambil mengelus-elus dagu.

Tiffany Song meringis, “Aduh, tuhkan aneh-aneh lagi.”

“Tiffany Song, kamu belum cerita padaku kemarin kamu ke mana.”

“Tunggu hasil tes DNA keluar, aku akan sekalian menceritakannya padamu. Aku tidak tahu bagaimana harus menceritakannya padamu sekarang.” Tiffany Song tertunduk. Mata sipit yang sama, usia waktu hilang yang sama, jerumbai berwarna yang sama…… Semua ini sifatnya hanya material. Hanya hasil tes DNA yang paling bisa dipercaya dan diandalkan.

Tiffany Song baru akan mengambil kesimpulan setelah hasil tes DNA keluar. Apakah ia akan bertahan di Sunshine City atau pergi, itu juga bergantung pada hasil tes.

Setelah makan siang, Stella Han pergi duluan.

Wanita itu pergi ke kantor Badan Tes DNA Pengadilan. Badan ini punya teknologi pengecekan DNA yang paling mutakhir. Hasilnya bisa diperoleh hanya dalam tiga hari kerja, tingkat akurasi laporannya juga nyaris sempurna. Stella Han secara khusus meminta salah satu temannya untuk mempercepat pengerjaan tes DNA yang dibutuhkan Tiffany Song.

Stella Han berterima kasih padanya lalu pergi.

Tiga hari berlalu dengan cepat. Tiffany Song selalu gelisah selama tiga hari. Ia sariawan, di sekitar bibirnya juga tumbuh banyak bintik-bintik air. Taylor Shen khawatir dengannya dan menawarinya ke dokter, namun ia menolak. Sore harinya, Stella Han menelepon Tiffany Song untuk mengabari hasil tes DNA sudah keluar. Ia diminta mengambilnya dengan segera.

Jantung Tiffany Song langsung berdebar kencang. Setelah menunggu tiga hari, hasil tes DNA akhirnya keluar juga. Ia akan segera tahu apa ia dan Taylor Shen punya ikatan darah.

Tiffany Song mematikan telepon Stella Han, mengambil kunci mobil, dan bergegas keluar vila.

Ia tidak lama kemudian tiba di tempat yang sudah ia sepakati dengan Stella Han. Sahabatnya itu belum sampai, jadi ia duduk-duduk dulu sambil mencoba mengatasi kegelisahannya. Setengah jam kemudian, Stella Han sampai dan menaruh sebuah amplop coklat di hadapannya, “Tiffany Song, sialhkan buka.”

Amplop coklat tertutup rapat oleh lem. Tiffany Song mengambilnya dengan tangan gemetar. Ia mencoba mengumpulkan keberanian sedikit demi sedikit untuk membukanya. Melihat Tiffany Song gemetar begini, Stella Han berujar, “Tiffany Song, sini aku bantu buka.”

Tiffany Song menggeleng, “Aku saja.”

Suasana agak tegang. Untuk menurunkan sedikit tensi ketegangan, Stella Han mencoba bercanda: “Tiffany Song, melihatmu begini aku jadi curiga kamu mengadakan tes DNA ini untuk mengecek apakah Taylor Shen punya anak haram di luar sana.”

Tiffany Song tersenyum kecut, “Aku malah berharap dia punya.”

Stella Han ternganga, “Tiffany Song, kamu tidak sedang demam kan? Wanita mana yang berharap kekasih prianya punya anak haram?”

Tiffany Song akhirnya berhasil membuka amplop. Ia sudah memulai tes DNA ini, jadi ia tidak punya alasan untuk ketakutan melihat hasilnya. Lagipula, kalau ketakutan bisa mengubah kenyataan, ia pasti dari dulu sudah berlagak takut sejadi-jadinya.

Total ada dua lembar kertas di dalam amplop itu. Tiffany Song tidak paham dengan tulisan-tulisan yang ada di atasnya, jadi ia langsung membaca bagian hasil di paling bawah. Lembar pertama menolak adanya hubungan darah ibu-anak. Ia sudah tahu ini dari awal, tes DNA ini hanya untuk memastikan sekali lagi saja.

Lembar kedua…… Tiffany Song harus menenangkan diri cukup lama dulu baru berani membacanya. Bagian bawah lembar itu mengonfirmasi adanya hubungan darah kakak-adik.

Kepala Tiffany Song langsung berdengung keras. Matanya membelalak. Ia kesulitan bernafas. Ia tidak percaya apa yang ia barusan. Ternyata benar, ternyata memang benar ada hubungan darah kakak-adik!

Stella Han agak was-was melihat reaksi spontan sahabatnya, “Tiffany Song, kamu tidak apa-apa kan? Memang ada tulisan apa?”

Pandangan Tiffany Song terasa kabur. Wajahnya pucat. Tangannya yang tengah memegang hasil tes DNA gemetar hebat. Stella Han bangkit berdiri dan mengambil paksa hasil tes DNA itu dari tangan Tiffany Song. Ia membacanya perlahan. Ia sudah baca hasil macam begini berulang kali ketika berkasus. Ia bertanya bingung, “Tiffany Song, beritahu aku, ada apa ini?”

Kecemasan dan ketakutan Tiffany Song yang berlanjut berhari-hari akhirnya jadi kenyataan. Ia kini benar-benar kesulitan bernafas. Ia dari awal memang sudah tidak memendam harapan hasilnya akan negatif, tetapi hatinya tetap saja hancur berkeping-keping ketika membaca laporan tes.

Kakak-adik…… Mereka ternyata memang kakak-adik sungguhan.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu