Spoiled Wife, Bad President - Bab 359 Kekosongan Membuatnya Ketakutan

Kenzo Li hanya coba-coba saja mengatakan bahwa ia adalah tunangan Amanda Mu. Ia tidak menyangka bahwa Amanda Mu akan bertanya padanya apakah ucapannya itu sungguh-sungguh.

Sebagai seorang dewasa yang normal, Kenzo Li curiga bahwa Amanda Mu mungkin—amnesia!

Raut tenang pada wajah Kenzo Li sirna sudah. Raut wajahnya terlihat serius dan penuh beban: “Dokter, tolong lakukan pemeriksaan menyeluruh padanya.”

Melihat respon Amanda Mu barusan, raut wajah dokter yang ada di dalam kamar pun menjadi serius.

Dalam waktu singkat, dokter langsung melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk Amanda Mu lalu memanggil Kenzo Li untuk pergi ke kantornya.

“Tuan Li, nona Mu tunanganmu, kondisinya sekarang tidak ada masalah lain selain tubuhnya yang lemah. Tapi karena kecelakaan itu memberikan cedera yang cukup parah di kepalanya, maka ia sekarang mengalami amnesia...”

Kenzo Li terdiam mendengar penjelasan dokter. Setelah mengucapkan terima kasih, ia pun kembali ke bangsal pasien.

Amanda Mu sedang duduk bersandar di bagian atas kasurnya sambil memegang remot untuk mengganti siaran televisi. Disampingnya, seorang perawat sedang memberinya obat sambil berkata dengan berbisik bahwa ia iri dengan Amanda Mu yang memiliki seorang tunangan yang tak pernah meninggalkannya dan selalu memperjuangkannya dalam kondisi apapun.

Setelah selesai memberikan Amanda Mu obat, perawat itu menoleh dan melihat Kenzo Li yang sedang berdiri disamping pintu. Wajah perawat itu pun merona merah dan ia menyapa: "Tuan Li."

Tuan Li ini bukan hanya tampan saja, tapi ia memiliki temperamen yang sangat baik dan juga sangat penyayang. Kalau saja bukan karena semuanya terenyuh dengan 'perasaan' pria itu terhadap Amanda Mu, sedari awal para perawat pasti sudah tidak tahan untuk mengejarnya.

Setelah perawat itu keluar, Kenzo Li berjalan menghampiri kasur dan duduk dipinggirnya. Lalu ia memandangi Amanda Mu dalam diam.

Tubuh Amanda Mu yang sudah terbaring sakit selama tiga tahun terlihat begitu kurus seperti hanya tulang yang dibalut kulit. Wajahnya terlihat sakit, pucat pasi, dan tidak merona sedikitpun.

Respon Amanda Mu pun menjadi sedikit lebih lambat. Ia baru menyadari Kenzo Li sedang menatapnya. Ia lalu memutar kepalanya perlahan dan balas menatap pria itu.

Amanda Mu menatap sorot mata Kenzo Li yang baginya terasa sangat asing.

Amanda Mu dengan hati-hati bertanya: “Mereka bilang namamu Kenzo Li?”

Perawat barusan yang memberitahunya. Bahwa selama tiga tahun ia terbaring sakit, pria di hadapannya yang bernama Kenzo Li inilah yang selalu menjaganya dan tidak pernah meninggalkannya.

Apalagi Kenzo Li juga mengatakan bahwa ia adalah tunangan Amanda Mu.

Tapi, Amanda Mu tidak ingat sedikitpun.

Jangankan mengingat apakah ia adalah tunangan seseorang bernama Kenzo Li, namanya sendiri saja ia tidak ingat.

Amanda Mu kehilangan semua ingatan dan kenangannya.

Otaknya terasa kosong dan kekosongan ini membuatnya ketakutan.

“Ya.” Kenzo Li hanya mengiyakan singkat lalu terdiam. Ia hanya menatap Amanda Mu dengan tatapan menilai, ia juga tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu.

Jemari Amanda Mu yang berada disamping tubuhnya memelintir selimut secara tidak sadar: “Mereka juga bilang... Kalau kamu adalah... Tunanganku...”

Kenzo Li menganggukkan kepalanya: “Benar.”

Setelah beberapa detik berlalu, Amanda Mu dengan sedikit bingung menggelengkan kepalanya dan secara tidak sadar membantah: “Bukan.”

Kalau Kenzo Li memang benar adalah tunangannya, kenapa hati Amanda Mu sedikitpun tidak merasa mengenal pria itu?

Perasaan mungkin akan sirna bersamaan dengan ingatannya, tapi mana mungkin sedikitpun tidak ada rasa intim yang tertinggal?

Bagaimanapun juga, tunangan adalah seseorang yang begitu dekat.

Sudut mata Kenzo Li menyinarkan sedikit kilat tertarik: “Kamu merasa aku sedang membohongimu.”

“Kamu...” Amanda Mu teringat dengan kata-kata perawat dan segera menggelengkan kepalanya. Ia lalu berujar dengan suara kecil dan ragu-ragu: “Tidak... Mungkin kita... Apakah di masa lalu hubungan kita tidak begitu dekat... Kalau tidak, aku...”

Kenzo Li adalah seseorang yang mampu menemaninya saat ia berada dalam kondisi vegetatif dan terus menjaganya selama tiga tahun. Tidak peduli apa kata orang, ia pasti tipe orang yang penuh perhatian dan kesetiaan. Amanda Mu percaya pria itu tidak mungkin membohonginya.

Mungkin ia merasa tidak memiliki perasaan intim apapun terhadap Kenzo Li karena hubungan diantara mereka berdua kurang baik.

“Benar, hubungan kita dulu tidak terlalu baik. Tapi, itu semua sudah berlalu. Kita bisa berkenalan ulang dan memulai lagi dari awal.” Mata Kenzo Li menyiratkan senyum dan ia menjulurkan tangannya pada Amanda Mu: “Halo, aku Kenzo Li.”

Kenzo Li memiliki senyum yang tulus dan menular dengan hebat, membuat Amanda Mu seketika itu juga mempercayainya: “Halo, aku...”

Kenzo Li bersuara mengingatkannya: “Amanda Mu.”

“Halo, aku Amanda Mu.” Amanda Mu melengkapi ucapannya tadi, matanya tersenyum layaknya dipenuhi bintang yang bersinar.

Kenzo Li menjabat tangan Amanda Mu yang kurus kering seperti tulang dibalut kulit dan seketika itu juga merasa sedih.

Jelas-jelas Amanda Mu kurus kering dan terlampau jauh dari kata ‘cantik’, tubuhnya yang kurus membuatnya menjadi terlihat sedikit menakutkan. Tapi saat ini, justru Amanda Mu terlihat lebih menarik dari wanita lainnya.

...

Setelah dirawat di rumah sakit selama setengah bulan, akhirnya Amanda Mu diperbolehkan untuk makan dengan normal dan setelahnya dibawa pulang oleh Kenzo Li.

Bulan September.

Cuaca di awal musim gugur mulai terasa lebih dingin.

Amanda Mu mengenakan sweater berwarna abu-abu yang dipadankan dengan kemeja berwarna putih. Rambut panjangnya tersampir lembut diatas bahu, ia terlihat sangat lembut dan manis.

Ia duduk di kursi samping pengemudi, angin pun berhembus masuk dari jendela mobil yang ia tumpangi. Amanda Mu memejamkan matanya lalu menarik napas dalam-dalam.

Udara yang terasa akrab di dalam napasnya membuatnya merasa senang.

Dengan senyum yang memenuhi wajahnya, Amanda Mu pun menoleh menatap Kenzo Li dan berujar: “Kenzo, aku pasti tumbuh besar di kota ini. Aku merasa akrab dengan udara disini.”

“Begitu?” Kenzo Li menoleh, sorot matanya terpaku pada wajah Amanda Mu selama dua detik sebelum ia memalingkannya kembali.

Saat ini, mobil yang mereka kendarai sedang melewati perempatan jalan.

Kenzo Li menghentikan mobilnya untuk menunggu lampu merah.

Amanda Mu kembali mengarahkan kepalanya ke luar jendela.

Di sebelah mereka, sebuah mobil berwarna hitam yang terlihat sangat berkelas juga sedang menunggu lampu merah. Tepat pada saat itu, jendela di barisan kursi belakang pun diturunkan.

Suara seorang anak perempuan yang seperti suara anak kecil pun terdengar: “Ti...mu! Aku mau putus denganmu! Hmph...”

Mungkin karena usianya yang masih kecil, perkataannya menjadi tidak jelas terdengar saat ia mengucapkannya secepat itu.

Amanda Mu menengadah dan ia melihat seorang anak perempuan kecil berusia sekitar tiga atau empat tahun sedang memanjat sisi jendela dengan tangannya yang sedang menahan sebuah bola. Ia sedang berusaha sekuat tenaga untuk memanjat keluar jendela mobil.

Rambut hitam legam anak perempuan kecil itu terurai, terlihat halus dan lembut. Dahinya ditutupi oleh poni, sepasang matanya hitam dan besar. Rupa anak itu sangat menggemaskan dengan bibirnya yang sedang mencibir, membuat orang yang melihatnya merasa sangat sayang.

Melihat bagaimana anak perempuan kecil itu mau memanjat keluar, hati Amanda Mu pun merasa waspada.

Tepat pada saat itu, sepasang tangan besar terjulur keluar dari belakang tubuh anak perempuan kecil itu. Tangan besar itu menyangga perut kecil milik anak perempuan kecil itu, dengan ringan dan santai memeluknya untuk turun.

Anak perempuan kecil itu tiba-tiba menjulurkan tangannya yang kecil dan putih lembut seperti tahu, lalu menunjuk ke arah Amanda Mu: “Kakak cantik...”

Pria yang memeluknya mengangkat pandangannya dan sekilas menatap ke arah Amanda Mu: “Joanna, selera matamu membuatku ragu apakah kamu benar-benar anak kandungku atau bukan.”

Pria itu adalah seseorang yang terlampau tampan, kontur wajahnya sempurna. Apalagi ia memiliki sepasang bola mata yang hitam legam sehitam tinta, sorot matanya dalam dan juga ganas. Hanya saja, siapapun yang melihatnya sekilas akan langsung merasa dingin.

Tanpa disadari, Amanda Mu langsung mengigil ketakutan dan segera menarik kembali pandangan matanya.

Tapi, hatinya... Hatinya juga merasa ikut teremas dan tercekat saat ini.

Ia mengulurkan tangan dan menutupi dadanya, wajahnya pucat pasi.

Lampu hijau menyala. Kenzo Li menyalakan kembali mobilnya dan baru pada saat itu menyadari raut wajah Amanda Mu yang tidak seperti biasa: “Ada apa?”

Amanda Mu menggelengkan kepalanya: “Tidak apa-apa.”

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu