Spoiled Wife, Bad President - Bab 311 Ini Pasti Berat Untukmu

“Benarkah?” Peter Si menatapnya sambil senyum tak tersenyum : “Kalau begitu kebetulan, aku juga ingin pergi ke toilet.”

Amanda Mu menarik sudut bibirnya, senyumnya menghilang.

Sedangkan Peter Si hanya meliriknya dan tersenyum garing, lalu tetap melangkah maju.

Amanda Mu mengikutinya dari belakang. Ia berharap dapat menemukan sehelai rambut pada pundak pria itu, tapi akhirnya menyadari tidak ada rambut sehelai pun diatas pundaknya.

Ternyata Peter Si benar-benar adalah tipe orang yang sangat memperhatikan diri sendiri.

Amanda Mu tidak memiliki pilihan lain. Apapun yang terjadi, ia harus bisa mendapatkan rambut Peter Si hari ini.

Demi membuktikan bahwa Peter Si benar-benar adalah anak Herman Mo, sekaligus mencari tahu apakah ada hubungannya dengan menemukan Joanna Mo. Jadi, Amanda Mu sama sekali tidak boleh melewatkan kesempatan ini.

Tapi, tipe orang berhati-hati seperti Peter Si pasti sudah melakukan tes DNA sendiri dan sudah pasti dirinya sangat jelas akan hasilnya.

Kalau Amanda Mu mencabut rambutnya dengan sengaja, Peter Si pasti akan menjadi curiga.

Amanda Mu menjulurkan tangannya namun akhirnya menariknya kembali.

Melihat Peter Si yang sudah masuk ke dalam toilet membuat hati Amanda Mu merasa sedikit gelisah.

Tepat pada saat itu, seorang anak berusia sekitar tujuh atau delapan tahun yang sedang memegang ponsel muncul dari samping Amanda Mu.

Amanda Mu sontak menghentikan langkah anak itu: “Adik, apa kamu bisa membantuku?”

Siapa sangka ternyata anak kecil itu memasang raut wajah waspada: “Biasanya orang dewasa tidak meminta bantuan pada anak-anak, apa yang sedang kamu rencanakan?”

Amanda Mu terdiam: "……” Memangnya anak-anak jaman sekarang semuanya cerdik seperti ini?

Anak itu menatap Amanda Mu yang termangu untuk waktu yang lama lalu akhirnya berujar: “Sudahlah. Kamu kelihatannya sangat cantik dan tidak terlihat seperti oknum pedagang manusia. Beritahu aku, bantuan seperti apa yang kamu ingin dariku?”

“Terima kasih, ya.” Amanda Mu menyunggingkan senyum lalu berbisik pada anak kecil itu: “Aku kalah bertaruh dengan teman-temanku dan mereka memintaku untuk mencabut sehelai rambut pria ini.”

Setelah berujar, Amanda Mu mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto Peter Si pada anak kecil itu.

Begitu anak kecil itu melihat foto Peter Si, matanya langsung berkilat senang: “Bukankah ini orang yang main film? Aku pernah menonton filmnya. Aku tahu orang ini! Sekarang ia ada di dalam toilet? Sekarang juga aku pergi menemuinya!”

Tanpa menunggu ucapan Amanda Mu lagi, anak kecil itu segera berlari masuk ke dalam toilet laki-laki.

Amanda Mu akhirnya hanya membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju toilet.

Ketika Amanda Mu keluar, ia melihat anak kecil itu dan Peter Si sedang berdiri bersama di depan pintu toilet.

“Apa kita boleh berfoto bersama? Aku sangat menyukai film-filmmu.”

“Boleh.”

Anak kecil itu lalu mengeluarkan ponselnya dan berfoto bersama Peter Si.

Anak kecil berumur tujuh delapan tahun itu masih pendek, jadi tentu saja Peter Si yang memiliki tinggi 1,8 meter pun akhirnya berjongkok agar bisa berfoto bersama.

Setelah selesai berfoto dan sebelum Peter Si bangkit berdiri, tiba-tiba anak kecil itu menjulurkan tangannya dan menarik rambut Peter Si: “Eh? Ternyata kamu memiliki uban?”

Anak kecil itu langsung mencabut rambut Peter Si dan membuangnya ke lantai. Begitu ekor matanya melihat Amanda Mu keluar, ia segera mengedip pada wanita itu.

Amanda Mu membelalakkan matanya. Apa anak-anak jaman sekarang semuanya sepintar ini?

Peter Si tidak melihat Amanda Mu karena ia sudah berjalan pergi sambil mengobrol dengan anak kecil itu.

Amanda Mu berjalan menghampiri dan memungut rambut yang dibuang oleh anak kecil itu. Ia mengambilnya dengan hati-hati dan membungkusnya menggunakan tisu lalu menyimpannya di dalam saku celananya. Ia lalu menatap sekilas ke arah Peter Si dan anak kecil itu pergi tadi, lalu kembali ke aula restoran.

Ketika kembali ke aula, Amanda Mu melihat anak kecil itu sudah berpisah dari Peter Si. Ia lalu dengan tenang membayar tagihan makanannya dan meninggalkan restoran itu.

Setelah Amanda Mu berjalan pergi, Peter Si keluar dari dalam ruang privat dan menatap ke arah Amanda Mu pergi. Raut wajah pria itu tidak dapat dibaca.

……

Setelah mendapatkan rambut Peter Si, Amanda Mu lalu langsung menelepon Ricky Mo.

Telepon itu dengan cepat langsung diangkat, tapi ternyata bukan Ricky Mo yang mengangkatnya melainkan Doni.

Sebelum Amanda Mu dapat mengucapkan apapun, Doni langsung berujar: “Tuan muda sedang rapat, sekarang aku antarkan teleponnya padanya dulu.”

Amanda Mu tercenung sesaat lalu berujar: “Terima kasih.”

Terdengar suara langkah dari ujung sana, disusul dengan suara pintu yang dibuka, lalu suara Doni yang rendah: “Tuan muda, telepon tuan.”

Setelah beberapa detik berlalu, terdengar suara berat yang familiar dari ujung telepon: “Ada apa?”

Amanda Mu dengan tidak sabar berujar: “Aku berhasil mendapatkan rambut Peter.”

Amanda Mu sama sekali tidak menyangka bisa mendapatkan rambut Peter Si dengan begini mudahnya.

Ricky Mo diam untuk beberapa detik, lalu bertanya: “Bagaimana cara kamu mendapatkannya?”

Amanda Mu pun menceritakan bagaimana ia mendapatkan rambut Peter Si pada Ricky Mo.

Ricky Mo tetap diam untuk beberapa detik, lalu berujar: “Kalau kamu tidak ada urusan di sore hari, pergi dan tunggu aku di apartemenku. Aku akan kembali lebih awal malam ini.”

Amanda Mu berpikir sejenak lalu bertanya: “Apa kamu akan makan begitu pulang?”

Ricky Mo menyahut: “Ya.”

……

Amanda Mu menyetir mobilnya menuju apartemen Ricky Mo dan mampir di sebuah supermarket saat perjalanan.

Selain membeli sayuran, Amanda Mu juga membeli beberapa barang lain seperti roti dan yoghurt.

Ricky Mo adalah orang yang sangat sibuk, sampai-sampai tidak ada waktu untuk makan atau ia pulang dengan perut lapar. Alangkah baiknya apabila ia bisa makan sedikit untuk mengisi perutnya.

Ketika sampai di lantai dasar apartemen Ricky Mo, Amanda Mu perlu bolak-balik mengeluarkan barang sebelum membawa semuanya naik.

Ia meletakkan semua belanjaannya dengan rapi di dalam kulkas, lalu mulai menyiapkan bahan-bahan yang akan ia masak nanti malam.

Amanda Mu tidak yakin pukul berapa Ricky Mo akan pulang, tapi karena pria itu bilang akan makan saat pulang, seharusnya ia sudah sampai sebelum pukul delapan.

Pukul enam, Amanda Mu mulai memasak.

Ia sangat mencintai Ricky Mo, sehingga ia memasak sup dan beberapa masakan lain yang disukai oleh Ricky Mo.

Belum selesai memasak, Amanda Mu mendengar suara bel pintu.

Amanda Mu meletakkan sendoknya dan melihat jam. Baru pukul tujuh, apakah Ricky Mo bisa kembali secepat ini?

Amanda Mu berjalan menuju pintu dan mengintip melalui lubang pada pintu. Ketika ia melihat siapa yang berdiri di luar, otaknya mendadak kosong dan tidak bisa berpikir.

Yang berdiri di luar bukanlah orang asing, melainkan Herman Mo yang ia bicarakan dengan Ricky Mo kemarin.

Herman Mo menekan bel sekali lagi dan Amanda Mu berpikir sejenak. Setelah mengatur raut wajahnya, ia pun membuka pintu.

“Paman Herman?” Raut wajah Amanda Mu terlihat terkejut.

Raut wajah Herman Mo juga terlihat benar-benar terkejut: “Amanda?”

Amanda Mu membuka pintu dan melangkah ke samping, memberi ruang bagi Herman Mo untuk masuk.

Amanda Mu menundukkan kepalanya dan berujar dengan hati-hati: “Apa paman mencari Ricky? Ia belum pulang.”

“Kamu kenapa bisa ada disini?” Herman Mo berjalan masuk, melihat ke sekeliling apartemen, lalu memutar kepalanya dan menatap Amanda Mu.

Sup yang sedang direbus Amanda Mu di dapur , tepat pada saat itu, menguarkan aroma harum yang memenuhi ruangan. Herman Mo berjalan menghampiri dengan penasaran dan bertanya: “Kamu sedang memasak?”

“Aku diam-diam pernah menduplikasi kunci apartemen Ricky. Ia sangat suka makan masakanku sebelumnya, jadi aku terpikir untuk datang dan memasak untuknya. Syukur-syukur kalau suasana hatinya sedang baik ia akan memperbolehkanku untuk melihat anakku...”

Setelah selesai berujar, kepala Amanda Mu tertunduk semakin rendah.

Ia juga tidak tahu apakah Herman Mo dapat mempercayai alasannya yang payah ini.

Walaupun terdengar melebih-lebihkan, tapi alasannya ini masih masuk akal juga.

Karena kepalanya yang tertunduk, Amanda Mu juga tidak memperhatikan raut wajah Herman Mo. Ia hanya menggenggam telapak tangannya dengan gugup.

Setelah beberapa saat, Amanda Mu mendengar suara Herman Mo: “Ini pasti berat bagimu.”

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu