Spoiled Wife, Bad President - Bab 333 Sebatang Demi Sebatang

Amanda Mu menggigit bibirnya, melanjutkan bicara: "Aku bahkan mengira, mereka menculik Joanna Mo, juga ada hubungannya dengan mereka ingin menyembunyikan hal itu!"

Kali ini, yang menjawab dia adalah keheningan di seberang telepon.

Amanda Mu selama beberapa saat tidak mendengar suara Ricky Mo, mengeluarkan suara berkata: "Ricky Mo, kamu kenapa?"

Nada suara Ricky Mo sangat kuat: "Aku tahu, ingat tidak yang aku katakan kemarin malam, masalah ini kamu jangan urus lagi."

Selesai dia bicara, telepon langsung ditutup.

Amanda Mu melihat layar telepon yang kembali ke halaman buku telepon, terdiam beberapa saat.

Ricky Mo kenapa menutup telepon seperti ini?

Dulu dia selalu meminta Amanda Mu menutup terlebih dahulu.

……

Ricky Mo menutup telepon Amanda Mu, menggenggam dengan sangat kuat ponsel di tangannya, jarinya terlihat sedikit pucat.

Doni membawa setumpuk dokumen masuk, melihat Ricky Mo berdiri di depan jendela.

Dia meletakkan dokumen ke atas meja kerja Ricky Mo, baru memanggil: "Tuan Muda."

"Ada rokok?"

Ricky Mo tidak membalikkan kepala, tapi pertanyaannya ini ditujukan pada Doni, apalagi di ruangan hanya ada dia dan Doni saja.

Doni juga biasanya tidak merokok, tapi dia selalu membawa rokok.

Dia mengeluarkan kotak rokok, mengambil sebatang menyerahkan ke Ricky Mo.

Ricky Mo tidak mengambil rokok yang disodorkan, melainkan mengambil sekotak rokok, sekaligus meminta korek api yang ada di tangan satunya.

Ricky Mo menundukkan mata, menyelipkan sebatang rokok ke dalam mulutnya, dengan nada suara yang datar berkata: "Kamu keluarlah."

Doni ragu-ragu sejenak, masih mengeluarkan suara mengingatkan Ricky Mo: "Sepuluh menit lagi ada rapat……"

Ricky Mo tidak berbicara, Doni tahu dia mendengar.

Pekerjaan dia adalah melakukan apa yang menjadi tugasnya, hal lainnya, dia tidak bisa mengurus.

Setelah Doni keluar, Ricky Mo masih berdiri di depan jendela merokok, sebatang demi sebatang.

Sepuluh menit kemudian, Doni kembali datang mengingatkan Ricky Mo rapat akan dimulai.

Begitu masuk, dia terbatuk karena ruangan dipenuhi dengan asap rokok.

Ricky Mo masih berdiri di depan jendela, Doni berjalan menghampiri dengan sopan berkata: "Tuan muda, rapat akan dimulai."

Dia melihat lantai penuh dengan putung rokok yang Ricky Mo jatuhkan, kotak rokok yang kosong juga ada diatas lantai.

Ricky Mo juga bukan seorang yang ketagihan merokok, kenapa tiba-tiba bisa merokok sebanyak ini?

Apa jangan-jangan dia bertengkar lagi dengan Nyonya?

Kali ini pasti bertengkar hebat, sampai bisa merokok sebanyak ini.

Saat Doni masih sedang berpikir, Ricky Mo sudah melangkah dengan besar berjalan keluar.

Doni segera membawa berkas yang dibutuhkan untuk rapat, mengikuti Ricky Mo pergi ke ruang rapat.

Semua pimpinan sudah hadir.

"Direktur, ini proposal yang kami revisi terakhir, kamu lihat dulu……"

Ricky Mo mengulurkan tangan menerima, melihat sejenak kemudian bersandar, tidak berkata apapun, bola matanya hitam pekat, membuat orang tidak bisa menebak apa yang sedang dia pikirkan.

Pimpinan yang menyerahkan proposal itu mengira Ricky Mo tidak puas, raut wajahnya menjadi pucat, orang lainnya juga saling bertatapan satu sama lain tidak berani bersuara.

Doni melirik sekilas ke arah Ricky Mo, dia tahu Ricky Mo marah sama sekali bukan karena tidak puas dengan proposal baru, melainkan sedang memikirkan sesuatu.

Ruang rapat diliputi keheningan, tidak ada yang berani berbicara.

Setelah sekian lama, Ricky Mo mengangkat mata: "Tidak ada yang kalian ingin bicarakan? Kalau begitu bubar."

Selesai dia bicara, bangkit berdiri meninggalkan ruang rapat.

Begitu Ricky Mo berjalan, orang lain yang ada di ruang rapat mulai berdiskusi dengan suara yang kecil.

Doni baru akan mengikuti, lalu dipanggil oleh salah satu pimpinan: "Asisten Doni, sikap direktur ini, puas dengan proposal yang baru, atau tidak puas?"

Doni menggerak-gerakkan bibirnya, mana dia tahu.

Doni menyelesaikan urusan ini dari awal sudah menyelesaikannya dengan baik, dia berkata: "Aku juga tidak terlalu jelas, kalau tidak aku bantu kamu bawa tunjukkan sekali lagi pada direktur?"

Pimpinan itu langsung menunjukkan senyuman: "Kalau begitu maaf sudah merepotkan Asisten Doni."

"Ini sudah menjadi tugas saya." Doni mengambil dokumen itu lalu keluar.

Saat dia tiba di ruangan, dia melihat Ricky Mo duduk di meja kerjanya, dengan raut wajah yang serius memegang ponsel tidak tahu sedang melakukan apa.

Doni menebak Ricky Mo sedang ada masalah, setelah dia meletakkan dokumen itu, dia keluar.

Saat keluar, Doni masih dalam hati berkata, sepertinya kali ini Tuan Muda dan Nyonya bertengkar sangat serius.

Ricky Mo melihat layar ponsel, sebenarnya tidak melakukan apa-apa, hanya saja hatinya tidak tenang.

Tidak tahu sudah berlalu berapa lama, Ricky Mo bangkit berdiri, mengambil jaket berjalan keluar.

Kebetulan Doni sedang menyeduh kopi mau mengantar ke ruang direktur, melihat Ricky Mo berjalan keluar, bergegas berkata: "Tuan muda, kamu mau kemana?"

"Tidak perlu ikut denganku." Ricky Mo berkata dengan tidak membalikkan kepala.

……

Ricky Mo langsung menyetir ke rumah tua.

Pagi hari di hari kerja di rumah tidak banyak orang.

"Tuan muda kembali."

"Selamat pagi Tuan muda."

Sepanjang jalan ada pelayan yang menyapa dia.

Dia langsung berjalan menuju kamar Gracia Mo, sampai di depan pintu, langsung mengulurkan tangan membuka pintu.

Gracia Mo mendengar suara, membalikkan kepala melihat ke arah Ricky Mo, terlihat keterkejutan di sorot matanya: "Ricky Mo, kenapa kamu kesini?"

"Ada sedikit urusan mau cari kamu." Ricky Mo berdiri di depan pintu tidak masuk, tatapan matanya sinis.

Gracia Mo sepertinya sedikit takut padanya, ekspresi di wajahnya sedikit menegang: "Kalau ada urusan masuk saja."

Ricky Mo sama sekali tidak masuk, dia berdiri di depan pintu, tatapan matanya dingin dan menakutkan: "Siapa ibu kandung Peter Si?"

Raut wajah Gracia Mo sama sekali tidak berubah, menggelengkan kepala berkata: "Aku tidak jelas."

"Benar tidak jelas?" Ricky Mo berjalan masuk ke dalam, pandanganya menatap lekat dia, membuat Gracia Mo merasa sangat ketakutan dan tertekan.

Gracia Mo berjalan mundur beberapa langkah, suaranya masih tenang: "Aku benar-benar tidak tahu."

Ricky Mo menatap dia selama beberapa detik, menyeringai, meletakkan tangan ke atas bahu Gracia Mo, nada suaranya berubah menjadi lembut: "Bibi kenapa begini takut padaku? Aku hanya penasaran menanyakan hal ini saja, terlebih lagi aku dan Peter Si sudah menjadi saudara sepupu hampir 30 tahun……"

Gracia Mo sepertinya dibuat terkejut oleh perubahan wajah Ricky Mo yang cepat, dia terpaku sejenak baru berkata: "Aku tahu, hal ini kamu dan Peter Si tidak bisa dengan mudah menerima……"

"Tidak bisa menerima lalu bisa apa, bagaimanapun juga satu keluarga." Ricky Mo menarik tangannya, memasukkan tangannya ke dalam saku jas, nada suaranya kembali dingin: "Bibi kalau ada waktu boleh pergi ke Perusahaan Mo melihat-lihat, sudah bertahun-tahun tidak pergi."

Terlihat keterkejutan di sorot mata Gracia Mo: "Baik."

"Aku masih ada urusan, aku pergi dulu." Ricky Mo berbicara, lalu membalikkan badan keluar.

Gracia Mo dengan suara yang lembut berkata: "Aku antar kamu."

Setelah Gracia Mo mengantar kepergiannya, kembali ke mobil, Ricky Mo membuka kepalan tangannya, di dalamnya ada sehelai rambut wanita.

Saat dia meletakkan tangan ke atas bahu Gracia Mo, dia mengambil sehelai rambut yang jatuh di atas pakaiannya.

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu