Spoiled Wife, Bad President - Bab 148 Kalau Begitu——Tidur Di Kamar Terpisah Saja!

Amanda Mu dan Charles Mo membeli banyak sekali barang di supermarket.

Setengah diantaranya adalah cemilan milik Charles Mo.

Kalau menurut kata-katanya, liburan musim panas akan segera tiba dan harus dinikmati baik-baik.

Amanda Mu baru saja mengeluarkan dompetnya untuk membayar saat dompetnya langsung dimasukkan kembali ke dalam tas oleh Charles Mo: “Tidak masuk akal jika wanitanya yang membayar saat pergi bersama dengan pria. Biar aku saja!”

Amanda Mu terdiam.

Apakah ia lupa bahwa dirinya adalah seorang pria saat ia tinggal di kamar sewanya dan makan minum dengan gratis?

Uang yang dimiliki Charles Mo semua dihasilkannya dengan membantu orang lain mengerjakan tugas atau dari permainan, ia juga cukup lelah. Tentu saja Amanda Mu tidak tega menghamburkan uang pria itu, tapi sayangnya ia juga tidak berhasil membujuk Charles Mo.

Tuan muda yang berada dalam masa remajanya ini terlihat kurus sampai seperti seekor kera, namun tenaganya sangat besar. Dengan kuat Charles Mo menghalangi Amanda Mu supaya ia sendiri yang membayar.

Amanda Mu hanya bisa menyerah, apalagi ia hanya beberapa ratus ribu saja. Begitu mereka kembali, ia akan membelikan beberapa barang untuk Charles Mo.

Malam hari.

Amanda Mu baru saja meletakkan lauk-pauk yang sudah selesai dimasak diatas meja saat ia melihat Ricky Mo yang dari luar berjalan masuk ke ruang makan dengan raut wajah yang tidak senang.

Amanda Mu bertanya: “Kenapa?”

“Paman bilang besok malam ia akan mengadakan suatu perjamuan makan malam di Jade Imperial dan ia disuruh membawamu ikut.” Tidak tahu darimana Charles Mo muncul dan langsung menjawab pertanyaan Amanda Mu.

Amanda Mu menatap Charles Mo setengah percaya, lalu bertanya pada Ricky Mo: “Perjamuan makan apa?”

Ricky Mo tidak bicara, ia duduk di depan meja makan.

“Kamu tidak ingin pergi?” Ekspresi Ricky Mo sudah sangat menunjukkan bahwa ia sebenarnya tidak ingin pergi.

Charles Mo mendekat ke telinga Amanda Mu dan berbisik: “Kakak sepupu tidak ingin bertemu dengan paman.”

Charles Mo tidak cocok dengan Herman Mo, ayahnya. Sedikit banyak Amanda Mu juga dapat terpikirkan alasannya.

Salah satu alasannya tentu saja ada hubungannya dengan ibu Ricky Mo.

Namun Amanda Mu sudah tidak terlalu paham akan detail kondisi ini.

Kembali ke dalam kamar, raut wajah Ricky Mo masih tetap dingin.

Amanda Mu datang menghampiri dan membantunya melepaskan dasi: “Kalau kamu tidak ingin pergi ya tidak usah pergi. Bagaimanapun juga, ia tidak akan memaksamu.”

Ricky Mo sedikit membungkuk untuk menyelaraskan dengan tinggi tinggi Amanda Mu supaya wanita itu mudah melepaskan dasinya.

Akan tetapi bersamaan dengan ia membungkukkan tubuh, sepasang lengannya merangkul pinggang wanitanya dengan hasrat memiliki.

Amanda Mu memelototinya tanpa bisa berkata apa-apa: “Lepaskan!”

Bukan hanya tidak melepaskannya, Ricky Mo malahan lebih mendekatkan diri sambil tangannya menggerayapi punggung Amanda Mu: “Dasi saja sudah dilepaskan, bajunya tidak sekalian ditanggalkan?”

Amanda Mu mendorongnya: “Mimpi saja sana!”

“Kalau begitu, aku saja yang membantumu melepaskan.” Sambil bicara, jari jemari Ricky Mo yang panjang yang semula ada di belakang punggung meluncur kebagian depan.

Napas hangat memenuhi ruangan dan hanya tersisa selembar kemeja yang membalut tubuh Amanda Mu saat ia masuk kekamar. Jemari Ricky Mo dengan mulus meluncur dari kerah kemeja Amanda Mu dan dengan gerakannya yang mulus, kancing kemeja Amanda Mu pun terbuka secara teratur.

Amanda Mu merasa begitu pria ini menutup pintu, ia menjadi orang tanpa malu yang tiada bandingannya.

...

Hari Sabtu malam.

Amanda Mu duduk di sofa aula, di depannya berdiri sebaris penata rias, penata gaya, dan penata busana.

Dan sedikit di belakang mereka, adalah barisan gaun.

“Siapa yang menyuruh kalian mengantarkannya?”

“Tuan Mo yang menyuruhnya.”

Walaupun ia sendiri tahu selain Ricky Mo tidak mungkin ada orang lain yang bisa mengantarkan barang-barang ini, tapi tetap saja Amanda Mu merasa sedikit kesal.

Semalam ia sudah bertanya pada Ricky Mo mau pergi ke perjamuan makan malam atau tidak, namun pria itu tidak menjawabnya secara lugas sehingga ia mengira pria itu tidak ingin pergi sehingga ia pun tidak menaruh perhatian lagi pada acara perjamuan makan malam itu. Sekarang kalau ia menyuruh orang untuk mengantarkan barang-barang ini, sudah jelas artinya ini semua untuk persiapan perjamuan makan malam.

Sedangkan Amanda Mu malah sama sekali tidak ada persiapan.

“Nyonya, kita tidak punya banyak waktu. Apakah sebaiknya kita mencoba baju-baju ini sekarang?” ujar sang penata gaya.

“Tidak perlu terburu-buru, tunggu sebentar lagi.”

Selesai Amanda Mu bicara, ia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Ricky Mo.

Tepat pada saat ia mengeluarkan ponselnya, Ricky Mo ternyata meneleponnya terlebih dahulu.

Amanda Mu mengangkat teleponnya namun tidak bersuara.

Ricky Mo yang ada di ujung telepon sana pun terdiam sejenak, kemudian berkata: “Kamu sudah mencoba bajunya?”

“Belum.” Sebelah tangan Amanda Mu memegang ponselnya sedangkan yang sebelah lagi memainkan kukunya dengan asal, nada suaranya terdengar masa bodoh.

Ricky Mo tentu saja dapat mendengar ketidaksenangan hati wanita itu.

Ia seperti tertawa ringan sejenak kemudian berkata: “Anggap saja aku memohon kepadamu sekali ini untuk menghadiri perjamuan makan malam. Aku akan mengabulkanmu satu permohonan.”

Gerakan Amanda Mu yang memainkan kukunya pun terhenti, lalu bertanya: “Sungguh?”

“Ya.” Ricky Mo menyetujui.

Amanda menegakkan postur duduknya, menyunggingkan senyum, dan berkata: “Kalau begitu——tidur di kamar terpisah saja!”

“Tidak mungkin.” Ricky Mo langsung menolak permintaannya.

Amanda Mu pun kembali bersandar di sofa, tahu pria ini tidak mungkin semudah itu menyetujuinya.

“Kalau begitu, tidak ada yang bisa didiskusikan lagi. Aku tidak akan pergi ke perjamuan makan malam!” Siapa yang tidak akan marah?

Walaupun Ricky Mo tiba-tiba memutuskan untuk pergi, tapi bagaimanapun juga seharusnya pria itu memberitahunya lebih dulu, bukan? Masa seperti ini? Langsung mengantarkan segerombol penata rias datang, bahkan tidak menanyakan pendapatnya, dan menggantikannya membuat keputusan! Siapa yang memberikan hak padanya?!

Kalau Ricky Mo menyuruhnya pergi, maka ia harus pergi?

Tidak salah Ricky Mo bersikap percaya diri, tapi kediktaktorannya terlalu kuat.

Sedangkan Amanda Mu tidaklah sama seperti Novia Xiao. Ia tidak bisa melakukan apa yang Novia Xiao lakukan, dimana Kelvin Mu mengatur semua kehidupannya. Bukan hanya tidak pernah mengeluh, tapi malah masih dapat merasa bahagia ditengah-tengah kehidupannya.

Amanda Mu langsung menutup telepon.

Ia melihat ke arah barisan para penata rias dan busana yang berdiri di depannya lalu berkata: "Kalian pulanglah, aku tidak membutuhkan barang-barang ini."

Ricky Mo memandangi ponsel di tangannya, dimana teleponnya baru saja ditutup. Matanya berkilat termangu.

Amanda Mu menutup telepon darinya?

Walaupun ia sudah terpikir akan kemungkinan Amanda Mu tidak senang hati atas dirinya yang secara mendadak membuat keputusan agar Amanda Mu menghadiri perjamuan makan malam, tapi ia tidak menyangka wanita itu akan sekeras itu.

Ini benar-benar di luar perkiraannya.

Perjamuan makan malam akan dimulai pukul delapan malam, dan sekarang baru pukul enam sore. Masih ada waktu sekitar dua jam sebelum dimulai.

Waktu yang tersisa tidaklah banyak. Ricky Mo mengambil jaketnya, bangkit berdiri, dan berjalan keluar.

James Gu datang dengan memeluk setumpuk dokumen, dan segera menahan Ricky Mo begitu melihat bahwa pria itu akan pergi: “Kamu mau pergi kemana? Semua ini belum selesai dikerjakan!”

Siapa yang ingin lembur di hari Sabtu? Kalau saja bukan karena ini adalah pekerjaan darurat dan sedang sibuk-sibuknya, ia juga tidak mungkin datang.

“Tidak banyak yang tersisa, kamu saja yang selesaikan.” Ricky Mo menepuk-nepuk pundak James Gu dan dengan nada suara serius berkata: “Kalau gerakanmu sedikit lebih cepat, sebelum jam 12 pasti bisa pulang.”

James Gu termangu. Kenapa nada suara Ricky Mo terdengar seperti pulang sebelum jam 12 malam saat lembur di hari sabtu itu termasuk pulang cepat?

James Gu akan segera menangis: “Aish, sebenarnya ini perusahaan siapa!”

Ricky Mo sudah berjalan ke pintu, namun ia menoleh dengan lembut dan berkata: “Punyamu.”

James Gu marah sampai lidahnya terasa kelu, tapi ia juga tidak membuang berkas yang ada di tangannya ke tanah. Ia menjatuhkannya ke atas meja kantornya lalu menunjuk Ricky Mo dan berkata: “Aku yang sudah hidup setua ini tidak pernah bertemu orang tidak tahu malu melebihimu!”

“Kamu terlalu berlebihan.”

James Gu menggerak-gerakkan mulutnya, mengeluarkan ponselnya untuk membuka browser, dan mengetik di bar pencarian: “Bagaimana cara membuat seorang pria dengan ketekunan dan IQ tinggi juga berperilaku hati-hati berlutut dan memanggil ayah?”

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu