Spoiled Wife, Bad President - Bab 315 Waktuku Sangat Berharga

Stevi Mo yang pada dasarnya tidak menyukai Amanda Mu pun langsung melangkah lebar-lebar dengan amarah membara begitu melihat adegan itu.

Mendengar bunyi sepatu hak tinggi Stevi Mo yang semakin mendekat, Amanda Mu pun ingin mundur. Tapi Ricky Mo malah menggigit bibirnya dan tidak melepaskannya. Bahkan pria itu masih berujar dengan suara kecil yang samar: “Coba saja berani mendorongku.”

Amanda Mu tidak berani.

Ricky Mo terus-menerus mengancamnya.

Pria yang arogan dan bertingkah semaunya.

Diam-diam Ricky Mo mengangkat kelopak matanya dan menangkap sosok Stevi Mo yang sudah berada di hadapannya. Ia langsung menjulurkan tangannya dan mendorong Amanda Mu menjauh.

Karena Ricky Mo sudah mengontrol kekuatannya dengan baik, Amanda Mu hanya terdorong mundur dua langkah saja.

Setelah mendorong Amanda Mu, Ricky Mo menjulurkan tangannya untuk merapikan kerah bajunya dengan raut wajah yang datar. Tidak pula terdengar emosi apapun dalam nada bicaranya: “Amanda, berapa lama lagi kamu akan menyiksaku?”

Di telinga orang lain, perkataan ini seolah dapat membuat orang lain merasa Ricky Mo sangat membenci Amanda Mu.

Tapi di telinga Amanda Mu, perkataan ini malah terdengar sangat bangga.

Ricky Mo sangat bangga saat mendorongnya, bukan?

Amanda Mu hanya bisa bersikap kooperatif dan ikut bersandiwara dengan Ricky Mo: “Sepertinya sampai seumur hidupmu.”

Sorot mata Ricky Mo berkilat, ia mengenal betul Amanda Mu miliknya. Ia sudah dapat merasakan tawa di sudut matanya.

Kobaran amarah bangkit dari hati Stevi Mo yang ada di samping setelah mendengar perkataan Amanda Mu: “Amanda Mu, apa kamu tidak bisa tahu malu sedikit sebagai seorang wanita!”

Amanda Mu memutar kepalanya ke arah Stevi Mo dan menatapnya. Ia tersenyum dengan raut wajah yang tidak terluka: “Walaupun aku dan Ricky sudah berpisah, tapi aku masih memiliki rasa hormat. Aku seharusnya masih memanggilmu ‘kakak’. Ini adalah masalah pribadiku dengan Ricky. Ia sudah berusia 27 tahun, apakah kakak masih harus mengurus masalah pribadinya? Apa kakak tidak merasa lingkupnya terlalu luas?”

Semakin Stevi Mo melihat Amanda Mu, ia semakin tidak menyukai wanita itu: “Apakah sampai sekarang kamu masih menganggap dirimu sebagai nyonya muda keluarga Mo? Kenapa kamu masih memedulikan perihal diantara aku dan Ricky?”

“Tidak, kok. Justru karena aku paham dengan sangat jelas bahwa aku bukan lagi nyonya muda keluarga Mo, makanya aku ingin mengembalikan niat Ricky.”

Selesai bicara, Amanda Mu menolehkan kepalanya dan menatap Ricky Mo. Ia menyipitkan matanya dan tertawa: “Menurutku, mantan suamiku sudah dapat merasakan seberapa kuat keinginanku untuk mengembalikan harapannya, bukan?”

Ia tahu Ricky Mo menyukai matanya. Itu sebabnya ia tertawa sambil menatap pria itu.

Amanda Mu hanya menatap Ricky Mo selama beberapa detik saja. Ricky Mo kemudian menjulurkan tangannya untuk menarik dasinya. Matanya terlihat gelap, namun ia sangat ingin menutupi ekspresi yang ada di sudut matanya. Dengan raut yang datar seperti angin berhembus sepoi dengan awan tipis, Ricky Mo pun berujar: “Satu hari menjadi suami istri meninggalkan cinta untuk ratusan malam. Perkara hari ini tidak akan kuperhitungkan denganmu.”

Amanda Mu tidak dapat menahan diri untuk tidak menyunggingkan senyum.

Nada bicara Ricky Mo ini terdengar sangat baik hati.

Setelah Amanda Mu mendengar perkataan Ricky Mo, ia menatap Stevi Mo sekilas lalu berkata: “Baiklah. Karena hari sudah malam, aku pulang dulu.”

Selesai berujar, ia kembali menoleh dan menatap Ricky Mo: “Ricky, sampai jumpa.”

Ricky mo menatap Amanda Mu sekilas dengan tatapan yang tidak dapat diartikan, tidak ada satupun kata yang terlontar dari mulutnya.

Begitu Amanda Mu pergi, Stevi Mo tidak tahan untuk tidak memberikan pelajaran pada Ricky Mo. Tapi begitu teringat masih ada Maggie Su disitu, ia pun akhirnya hanya bisa menahan diri mati-matian dan menyarankan: “Ricky, tolong antarkan Maggie pulang.”

Bilangnya hanya saran, tapi kesannya seperti perintah.

Stevi Mo adalah orang yang berkuasa. Selain untuk menghadapi adiknya ini, ia juga sedikit ingin belajar mengontrol pola pikir adiknya.

“Bukankah aku sudah bilang biar Doni saja yang mengantarnya pulang? Waktuku sangat berharga, tidak bisa sembarangan dihamburkan seperti ini.” Ricky Mo melirik Stevi Mo sekilas. Ia lalu membalikkan tubuhnya dan melenggang pergi ke arah mobilnya sendiri.

Stevi Mo merasa Ricky Mo baru saja mempermalukannya, raut wajahnya pun berubah menjadi sangat tidak menyenangkan.

Ia pun tidak tahan untuk tidak melihat sekilas ke arah Amanda Mu pergi tadi.

Stevi Mo selalu merasa sikap Ricky Mo terhadap Amanda Mu itu sangat aneh, tapi ia sendiri juga tidak dapat mengatakan apa anehnya.

Stevi Mo mengatur kembali kondisi hatinya, lalu menoleh ke arah Maggie Su: “Maggie, maaf aku membuatmu malu.”

Maggie Su tertawa lalu berujar untuk menghibur Stevi Mo: “Aku benar-benar sedikit menyukai adikmu. Aku belum pernah bertemu dengan pria sepertinya. Tidak ada orang yang tertangkap matanya dan juga sangat arogan.”

“Atau mungkin karena ibu kami meninggal dini saat ia masih kecil makanya ia bisa berubah menjadi seperti ini. Waktu kecil ia tidak seperti ini.” Stevi Mo mendesah dengan emosi berkecamuk saat membicarakan masa kecil Ricky Mo.

Maggie Su sama seperti Stevi Mo, tidak ada sedikitpun yang bisa dibanggakan dari keluarganya. Tapi, mereka mengejar semua yang hebat di sekitar mereka.

Bertemu dengan banyak pria yang bergelantungan di buntutnya dan tiba-tiba bisa berhubungan dengan pria semacam Ricky Mo benar-benar membuat Maggie Su sedikit senang.

Pria sejenis Ricky Mo ini pasti hanya bisa ditaklukkan oleh wanita-wanita dengan sorot mata yang bagus.

Maggie Su benar-benar menantikan hari dimana ia berhasil menaklukkan Ricky Mo. Pasti ada kepuasan yang luar biasa yang menantinya di hari itu.

...

Sepanjang perjalanan pulang, Amanda Mu yang mengendarai mobilnya terus-menerus memaki Ricky Mo.

Setiap kali, pria itu hanya tahu mengancamnya.

Anak kecil!

Sekarang Amanda Mu teringat dengan perkataan yang pernah Ricky Mo lontarkan sebelumnya. Ia juga bisa menangkap maksud dalam perkataan Ricky Mo. Pria itu merasa Amanda Mu tidak mengacuhkannya.

Sekembalinya ke Kota J dan setelah berunding dengan Ricky Mo untuk berpisah sementara waktu, Amanda Mu tidak akan mencari Ricky Mo apabila tidak ada kepentingan.

Ditambah lagi, ini adalah persetujuan yang mereka berdua setujui dari awal untuk berpura-pura berpisah.

Artinya, pria itu sendiri juga setuju dengan hal ini. Sekarang, Ricky Mo malah menyalahkannya karena telah tidak mempedulikan pria itu.

Karakter labil yang tidak jelas seperti ini benar-benar lebih sulit diladeni daripada wanita.

Saat kaki Amanda Mu baru saja menginjak rumahnya, masuklah telepon dari Ricky Mo. Seolah-olah waktunya sudah diatur dengan sangat tepat.

Sebenarnya Amanda Mu bermaksud untuk mendiamkan telepon itu saja, tapi setelah ia teringat dengan kejadian sebelumnya dimana Ricky Mo tidak mengangkat telepon darinya dan membuat dirinya sendiri khawatir semalaman, ia pun akhirnya mengangkat telepon itu.

Ricky Mo membuka percakapan dengan bertanya: “Sudah sampai?”

“Baru sampai.” jawab Amanda Mu singkat. Ia kemudian teringat lagi dan merasa sebelumnya diancam oleh Ricky Mo untuk bersandiwara, sehingga dengan kesal berujar: “Tuan Ricky, kurasa kamu memiliki bakat sebagai sutradara.”

Di ujung sana Ricky Mo terdiam selama dua detik seperti sedang menganalisa lalu berkata: “Sutradara? Tidak tertarik.”

Amanda Mu kini sedang mengejeknya, tapi ternyata pria itu tidak dapat menangkap maksudnya.

“Baiklah. Kalau tidak ada lagi yang harus dibicarakan aku mau pergi mandi dulu. Ingat ya, kamu harus melakukan tes DNA secepatnya.” Setelah Amanda Mu selesai berujar, nada bicaranya terdengar mulai sedikit kecewa: “Katanya bayi itu tumbuh dengan sangat cepat, setiap harinya memiliki rupanya sendiri.”

Kalau Amanda Mu menemukan Joanna Mu, apakah ia akan bisa mengenalinya?

Terpikirkan akan hal ini, hati Amanda Mu kembali merasa sedikit pedih.

Ricky Mo menjawab datar “Tidak tahu. Berubah seperti apapun, yang jelas ia adalah putriku. Putri Ricky Mo.”

Begitu mendengarnya, Amanda Mu hanya tertawa.

...

Keesokan harinya.

Ricky Mo kembali ke kediamannya yang lama untuk mencari Herman Mo.

Kemarin Herman Mo pergi ke apartemen Ricky Mo tapi ia tidak menemukannya. Ia juga tidak merasa terlalu marah.

Pada dasarnya, hubungannya dengan Ricky Mo selalu seperti ini. Tidak hangat namun juga tidak dingin.

Herman Mo malah tidak menyangka Ricky Mo akan kembali ke kediaman lama untuk mencarinya.

Saat Herman Mo melihat Ricky Mo, wajahnya melukiskan raut terkejut yang sangat kentara: “Kenapa hari ini kamu pulang?”

“Kemarin kamu pergi ke apartemenku untuk mencariku?” Sambil bertanya, Ricky Mo sambil diam-diam memperhatikan Herman Mo.

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu