Spoiled Wife, Bad President - Bab 358 Tunanganmu

Tok, tok!

Suara ketukan pintu itu membuyarkan lamunan Stevi Mo.

Stevi Mo mengontrol ekspresi wajahnya kembali: “Masuk.”

Pengawal itu membuka pintu dengan mendorongnya kemudian berjalan masuk, lalu berujar dengan penuh hormat: “Nona Mo, semua sudah siap.”

“Tidak perlu menunggu malam tiba, kita berangkat sekarang juga.”

Stevi Mo bertitah dan tak lama kemudian, staf medis rumah sakit datang untuk mengurus pemindahan Ricky Mo.

Ketika ia memindahkan Ricky Mo ke pesawat, ia terkejut saat menyadari Ricky Mo menunjukkan tanda-tanda sadar.

“Nona Mo, tuan Mo pasti sebentar lagi akan sadar.” Sebuah senyum merekah di wajah dokter saat ia mengatakannya, tapi ia sama sekali tidak melihat raut senang di wajah Stevi Mo.

Wanita itu hanya berujar singkat: “Baiklah.”

Stevi Mo mengusir staf medis rumah sakit lainnya dan hanya menyisakan satu orang, lalu berujar: “Tanda-tanda ia akan sadar semakin lama semakin sering. Naikkan dosis obatnya sedikit. Sebelum sampai di Amerika, ia tidak boleh sadar.”

Sebenarnya, luka Ricky Mo tidaklah terlalu parah.

Satu minggu sebelumnya, sebenarnya Ricky Mo sudah bisa sadar. Tapi Stevi Mo menyuruh pihak rumah sakit memberikan pria itu obat agar ia kembali tidak sadar.

Apa yang James Gu katakan sebelumnya benar-benar tertanam erat dalam benak Stevi Mo.

Walaupun hubungannya dengan Ricky Mo memang sudah melemah, tapi lubuk hati Stevi Mo tahu bahwa pria itu akan sangat membencinya dan memusuhinya apabila ketika sudah sadar nanti ia tahu bahwa Stevi Mo tidak menyuruh orang untuk menyelamatkan Amanda Mu.

Stevi Mo tidak akan pernah membiarkan hal seperti ini terjadi.

Tapi untungnya, ia sudah menghubungi ahli hipnoterapi paling terkemuka di seluruh dunia.

Terpikirkan akan hal ini, Stevi Mo menarik sudut bibirnya dan matanya berkilat cerah.

……

Ketika pesawat mendarat di bandara privat di Kota M, ahli hipnoterapi yang dihubungi oleh Stevi Mo sudah mengirimkan orang untuk menjemputnya.

Seorang pria berwajah dingin berjalan menghampiri Stevi Mo: “Maaf, apakah kamu Nona Mo?”

“Ya.”

Setelah saling mengonfirmasi identitas masing-masing, mereka pun akhirnya membawa pergi Stevi Mo dan Ricky Mo.

Stevi Mo masih tidak mempercayai ahli hipnoterapi itu dan masih sedikit ragu: “Kamu adalah bawahan ahli hipnoterapi itu?”

Raut wajah pria yang sedang menyetir itu tidak berubah: “Apa nona Mo masih tidak mempercayai bos kami? Tapi, nona tidak memiliki pilihan lain selain mempercayainya. Turunlah, kita sudah sampai.”

Stevi Mo menggertakkan giginya kemudian ia ikut turun dari mobil.

Yang berdiri di hadapannya adalah sebuah vila berwarna hitam dan berbentuk aneh seperti lingkaran.

Benak Stevi Mo menyuruhnya untuk berpaling. Gedung vila dan dua orang bawahan yang dikirimkan oleh ahli hipnoterapi itu terlalu mencurigakan.

Orang yang ada di belakang Stevi Mo berujar mendesak: “Nona Mo, silakan.”

Stevi Mo sendiri tidak membawa bawahannya untuk ikut datang karena semakin sedikit orang yang tahu maka semakin baik.

Tidak peduli bagaimanapun, lebih baik mencobanya dulu.

Stevi Mo pun mengangkat kakinya dan melangkah masuk.

Mereka membawa Stevi Mo terus berjalan masuk.

Mereka berjalan melintasi lorong panjang dan akhirnya sampai di sebuah ruangan kosong.

Lampu yang ada di ruangan itu dalam kondisi menyala dan ada sebuah rak buku besar terpasang menutupi dindingnya. Di depan rak buku itu, terdapat sebuah meja kayu berwarna hitam. Seorang pria bertubuh tinggi besar sedang duduk di depan meja itu.

Pria itu mengenakan sepasang kacamata hitam dan masker, tubuhnya dibalut oleh satu setel jas berwarna hitam. Perawakan pria itu terlihat sangat misterius.

Para bawahan itu berjalan dengan penuh hormat ke depan pria itu: “Mr. Li, kami sudah membawa orangnya.”

Pria itu mengangguk ringan dengan tidak kentara, lalu berjalan menghampiri Stevi Mo dan dengan sopan mengulurkan tangannya: “Halo, Nona Mo.”

Bahasa yang pria itu gunakan adalah Bahasa Mandarin.

Stevi Mo menyambut uluran tangan pria itu, suaranya terdengar ragu: “Tuan Li?”

Senyuman tersirat dalam nada suara pria itu: “Mari mulai.”

“Tuan Li, apa kamu selalu mengenakan masker?” Stevi Mo bersikap agak waspada. Menurutnya, ahli hipnoterapi ini terlalu muda.

“Bawa Nona Mo keluar untuk minum teh.” Pria itu menyuruh bawahannya untuk membawa paksa Stevi Mo keluar.

Begitu pintu tertutup, pandangan pria itu pun jatuh pada Ricky Mo.

Ia melepaskan kacamatanya dan matanya berkilat senang. Ia pun bergumam: “Ini menarik.”

……

“Baru-baru ini, fotografer liar berhasil mengabadikan momen kebersamaan yang lekat antara Ricky Mo, sang direktur Perusahaan Mo dengan seorang anak perempuan kecil melalui foto. Anak perempuan kecil ini diduga merupakan anak haram...”

Di dalam bilik VIP, berita itu tengah disiarkan di televisi.

Para suster yang sedang memberikan obat pada pasien pun langsung diam-diam membahas rumor itu begitu mendengarnya.

“Beneran atau bohongan? Ricky Mo benar-benar memiliki anak haram?”

“Bukankah baru-baru ini ia baru saja mengumumkan tunangannya? Mungkin saja anak itu adalah anaknya dengan tunangannya itu?”

Salah seorang suster menunjuk seorang wanita yang sedang terbaring diatas ranjang rumah sakit dan berujar mengingatkan: “...Kamu hati-hati sedikit, jangan menusuknya terlalu dalam begitu...”

Seorang perawat lain membalas dengan raut tidak setuju: “Tusuk sedikit lebih dalam juga tidak akan terasa. Orang yang sudah tertidur selama tiga tahun mana mungkin bangun.”

“Jangan bilang begitu... Sini, biar aku saja.”

Suster itu baru saja akan menusukkan jarum di pergelangan tangan pasien itu, ketika ia tiba-tiba merasa bahwa pergelangan tangan yang sudah berulang kali ditusuk jarum itu sepertinya bergerak.

“Apakah barusan mataku salah lihat?”

Seorang suster lain bertanya padanya: “Apa?”

Tepat pada saat itu, sebuah suara wanita yang lemah samar-samar terdengar dari atas ranjang: “Kalian... Adalah...”

Kedua suster itu segera menolehkan kepala mereka pada pasien wanita itu: “Kamu sudah sadar?!”

Amanda Mu mengedip-kedipkan matanya. Karena ia sudah tertidur selama tiga tahun, ia mengalami kesulitan berbicara.

Tapi sebelum ia bisa berbicara lagi, kedua suster itu segera berlari keluar.

“Aku akan menelepon dan memberitahu Tuan Li!”

“Aku akan memanggil dokter!”

……

Kenzo Li baru saja keluar dari lift ketika seorang suster dengan senang berlari menghampirinya dan memberitahunya: “Tuan Li, tunanganmu sudah sadar! Baru saja sadar!”

Tiga tahun lalu, seorang pasien wanita datang ke rumah sakit ini dan ia tidak pernah tersadar sekalipun selama tiga tahun ini. Tapi, ada seorang pria bernama Kenzo Li yang datang menjenguk pasien wanita itu setiap hari tanpa jemu dan tidak pernah menyerah atasnya.

Walaupun Kenzo Li tidak pernah mengatakan ada hubungan apa antara ia dan pasien wanita itu, tapi para suster wanita dan dokter disini menganggap bahwa pasien wanita itu adalah tunangannya.

Begitu mendengar kabar itu, mata Kenzo Li menyorotkan senyum namun suaranya tidak terdengar terkejut sama sekali: “Sungguh?”

Melihat reaksi Kenzo Li, suster itu pun bertanya-tanya dalam hatinya. Bukankah seharusnya pria itu sangat senang mendengar kabar ini?

“Aku pergi melihatnya dulu.” Kenzo Li mengabaikan keraguan dalam hati suster itu dan pergi menuju kamar rawat.

Sudah ada beberapa dokter di dalam kamar rawat itu yang segera memeriksa keadaan Amanda Mu.

Kenzo Li berjalan masuk dan melihat Amanda Mu yang terbaring diatas ranjang dengan tatapan kosong. Ia pun berujar: “Amanda, kamu sudah sadar.”

Pasien wanita itu menatap Kenzo Li dengan sepasang matanya yang dari semula memang indah dan jernih seperti mata kucing. Suaranya terdengar serak dan hampir tidak terdengar ketika ia berujar: “Kamu... Memanggilku?”

Mendengar ucapan wanita itu, raut wajah Kenzo Li pun sedikit berubah.

Matanya sedikit berkilat dan ia menunjuk dirinya sendiri: “Apa kamu mengenaliku? Kamu tahu siapa aku?”

Amanda Mu menggelengkan kepalanya: “Kamu siapa?”

Kenzo Li sedikit memicingkan matanya dan berujar dengan senyuman: “Aku adalah tunanganmu.”

Amanda Mu menatap Kenzo Li selama beberapa detik, matanya menyorotkan keraguan: “Benarkah?”

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu