Spoiled Wife, Bad President - Bab 149 Memohon Kepada Istri

Dalam pencariannya, James Gu menyadari bahwa ternyata ada lumayan banyak pertanyaan sejenis.

Hasil komentarnya kebanyakan adalah seperti di bawah ini:

“Kamu sendiri yang memposting sudah berlutut berapa lama memanggilnya ayah?”

“Tidak mungkin, bahkan sebelum kamu menyuruh lawanmu berlutut, kamu sudah berlutut duluan.”

“Mimpi.”

“Dulu pernah ada seseorang yang juga menanyakan pertanyaan ini, kemudian.... Ia mati.”

James Gu terdiam.

Komentar macam apa semua ini ?

James Gu melihat banyak postingan sejenis sekaligus, dan ia menyadari kebanyakan orang berkomentar seperti ini.

Ada juga blogger yang memposting pertanyaan seperti ini dan melaporkan keadaan selanjutnya. Hanya ada sebuah kalimat: “Menjadi anaknya adalah QAQ yang baik!”

James Gu membuang ponselnya ke pinggir, duduk, dan mulai membereskan dokumen.

Ia juga sangat putus asa tidak bisa menang bertarung melawan Ricky Mo.

...

Mobil Ricky Mo melesat selama 20 menit untuk sampai di rumah.

Ternyata para perias yang sebelumnya diusir Amanda Mu tidak bersedia meninggalkan tempat.

Ia hanya bisa menyuruh orang menyambut mereka dan minum teh di ruang tamu, sedangkan ia sendiri malah pergi ke dapur dan pergi memasak makan malam dengan kesal.

Sesampainya Ricky Mo dirumah, perut mereka sudah kembung karena minum teh. Saat melihat kedatangan Ricky Mo, mereka seperti melihat penyelamat mereka: “Tuan muda Mo!”

Ricky Mo hanya melihat mereka sekilas dan bertanya pada pengawal yang ada disamping: “Nyonya muda?”

"Di dapur." jawab pengawal sambil menunjuk ke arah dapur.

Amanda Mu sedang melihat buku resep. Akhir-akhir ini, ia sedang melihat beberapa masakan dan malam ini ia berencana untuk mencoba memasaknya.

Saat ia sedang membalik halaman buku resep, ia mendengar ada suara langkah kaki yang stabil dan hening datang dari luar pintu.

Hal yang misterius adalah, begitu ia mendengar suara langkah kaki ini, Amanda Mu langsung tahu kalau Ricky Mo sudah pulang.

Amanda Mu berpura-pura tidak sadar dan konsentrasi melihat buku resepnya sendiri.

Ricky Mo berjalan menghampiri dan melihat buku resep yang berada di tangan Amanda Mu dari belakang tubuhnya. Ia melihat sebuah nama menu yang tertera, kemudian berkata sambil sedikit mengangkat alisnya: “Mousse pare?”

“Kamu sudah pulang.” Amanda Mu juga tidak menolehkan kepala saat bicara, suaranya sangat dingin.

Ricky Mo merebut benda yang berada dalam genggaman Amanda Mu. Memiliki postur tubuh yang tinggi memungkinkannya untuk mengangkat benda itu tinggi-tinggi. Amanda Mu membalikkan tubuhnya untuk mencoba meraih bukunya sambil berjinjit, namun tubuhnya jauh lebih pendek daripada Ricky Mo. Ia sama sekali tidak dapat menyentuh bukunya.

Api amarah yang diredam Amanda Mu di perutnya menjadi semakin bergejolak karena hal ini.

Dengan kesal ia menendang kaki Ricky Mo: “Kembalikan buku resepnya padaku!”

"Kamu mau melihat resep tapi tidak mau melihatku?" Ricky Mo mengangkat alisnya, suaranya sangat serius memprovokasi.

Amanda Mu mengangkat dagu dan menatap pria itu: "Iya, aku merasa kesal melihatmu."

Ricky Mo tidak marah, pria itu malah tertawa. Ia meletakkan buku resep itu disamping, menundukkan kepala, dan mengecup ringan bibir Amanda Mu. Sebelum Amanda Mu bereaksi, Ricky Mo sudah memeluknya.

Suara rendah pria itu berbisik di telinga Amanda Mu: “Bukankah kamu mau membantuku? Perjamuan makan malam kali ini, aku mohon padamu sayang."

Pria itu pada dasarnya bersuara rendah dan tebal, sangat enak didengar. Ditambah lagi, kali ini ia sengaja menekan suaranya sehingga saat suaranya mengucapkan 'sayang', itu menambah kelembutan yang menghanyutkan.

Amanda Mu merasa telinganya sedikit geli, ia menjulurkan tangan untuk menutup telinganya. Namun Ricky Mo seolah dapat menebak bahwa ia akan bergerak seperti itu. Tanpa suara, Ricky Mo menggenggam tangan Amanda Mu dan mengecup ringan telinganya: "Pergi ke perjamuan makan, tidak?"

Amanda Mu merasa geli sampai menciutkan lehernya dan bersuara nyaring: “Pergi! Aku pergi saja! Puas?”

“Maaf merepotkanmu.” Kali ini barulah Ricky Mo melepaskannya.

Telinga Amanda Mu sensitif, dan dengan kejadian barusan telinganya sudah merona merah. Ricky Mo pun tidak dapat menahan diri untuk mengulurkan tangan dan kembali mencubitnya.

Amanda Mu yang awalnya tersipu malu kini menjadi marah sambil menepis tangan pria itu: “Jangan bertingkah lagi, aku mau pergi mencoba baju.”

Ricky Mo juga tidak bicara lagi, hanya tersenyum melihatnya.

Ia sepertinya menemukan lagi sebuah kelemahan Amanda Mu.

“Apa yang lucu? Jangan tertawa!” Amanda Mu dengan kasar mendorongnya dan berjalan keluar.

Amanda Mu langsung mencoba lima set pakaian berturut-turut sampai akhirnya menemukan sebuah pakaian yang memuaskan penata gaya.

Kalau kata penata gaya, pakaian apapun terlihat bagus, tapi ia merasa Amanda Mu masih dapat mencoba yang terlihat lebih bagus lagi.

Amanda Mu pun akhirnya tenang saat duduk di depan cermin dan disiksa oleh mereka.

Barusan Ricky Mo sedang menggunakan pesonanya sebagai seorang pria?

Sepertinya ia juga sedang... Manja?

Jika dilihat dari gabungan wajah dingin dan kelam Ricky Mo sebelumnya, sepertinya ia benar-benar bisa dianggap sedang manja saat pria itu sebelumnya memeluknya dan dengan suara ringan memanggilnya ‘sayang’.

Saat pria seperti Ricky Mo sedang manja, wanita benar-benar tidak bisa berbuat apapun!

Satu jam berlalu dan akhirnya Amanda Mu dapat dijinakkan oleh para penata.

Penata gaya berkata dengan takjub: “Dengan tampilan seperti ini, nyonya muda terlihat sangat cantik! Turun dan perlihatkanlah kepada Tuan muda Mo!"

Amanda Mu menatap sekilas ke cermin.

Gaun yang membalut tubuhnya berwarna merah menyala, membuat kulit putihnya terlihat semakin bersinar.

Rambut poni yang di depan dahinya dinaikkan ke atas, menonjolkan keningnya yang bersinar. Disamping kedua sisi pipinya, terjuntai ikalan kecil rambut. Dengan lipstik berwarna merah yang dipadankan dengan warna merah bajunya, Amanda Mu terlihat sangat menawan.

Saat Amanda Mu melihat dirinya pertama kali, ia juga sedikit terkejut.

Namun setelah melihat beberapa kali, ia merasa tidak ada terlalu banyak perbedaan dengan biasanya. Hanya saja, riasan ini membuatnya terlihat sedikit lebih dewasa.

Gaun formal harus dipadankan dengan sepatu hak tinggi. Sebelumnya Amanda Mu tidak terlalu sering menggunakan sepatu hak tinggi, sehingga saat ia berjalan menuruni tangga ia harus berpegangan pada pegangan tangga.

Ricky Mo yang sedang duduk di aula pun menoleh saat ia mendengar ada suara sepatu hak tinggi dari belakangnya.

Amanda Mu menatap pria itu dengan penuh harap. Semua penata itu mengatakan ia yang seperti ini sangat cantik. Apakah Ricky Mo juga akan merasa dirinya yang seperti ini sangat cantik?

Setelahnya, Ricky Mo hanya menatap Amanda Mu selama beberapa detik kemudian memalingkan pandangannya dan berjalan memapahnya: “Bukankah kamu tidak terbiasa memakai sepatu hak tinggi.”

Amanda Mu mengangguk: “Ya, dulu aku jarang memakainya.”

Penata gaya memilihkannya sepatu berhak dengan tinggi 8 cm. Dengan tinggi 1,67m, saat ini tinggi Amanda Mu 1,75 m.

Sedangkan tinggi badan Ricky Mo adalah 1,88m. Biasanya selisih tinggi kedua orang itu mencapai 20 cm, namun dengan Amanda Mu yang sekarang mengenakan sepatu hak tinggi, tingginya tidak terlalu berbeda jauh dengan Ricky Mo.

Amanda Mu merasa sedikit aneh membandingkan tingginya sendiri dengan tinggi Ricky Mo.

Ricky Mo malah tidak memperhatikan hal ini. Ia menoleh dan berujar pada penata gaya yang ada di belakangnya: “Bawakan ia sepasang sepatu ganti. Tidak usah sepatu hak tinggi.”

Penata gaya itu menjadi sedikit kesulitan: “Tapi jika tidak mengenakan sepatu hak tinggi, hasilnya bisa sedikit kurang...”

Ricky Mo menyahut tanpa ekspresi: “Kalau begitu tidak usah pergi.”

“Hah?” Amanda Mu bertanya dengan tatapan kosong: “Tidak pergi kemana?”

“Tidak pergi ke perjamuan makan. Penata gaya bilang kamu harus mengenakan sepatu hak tinggi, tapi kamu tidak terbiasa.” Ricky Mo menundukkan kepala menatap Amanda Mu, baik ekspresi maupun nada bicaranya terdengar sangat serius.

Alasan macam apa ini?

Cara pikir tuan muda Mo bisa berubah-ubah seenaknya.

“Aku rasa aku bisa.” Sambil bicara, Amanda Mu juga melewati pria itu beberapa langkah.

Ia hanya tidak terbiasa saja, bukan tidak pernah mengenakannya. Saat Amanda Mu magang, perusahaan juga menyaratkan karyawan wanitanya harus mengenakan sepatu hak tinggi jadi ia juga memakainya.

Ricky Mo berdeham ringan kemudian berkata: “Kalau begitu ganti pakaiannya dan ganti riasannya.”

Penata rias dan penata gaya yang ada di belakangnya tiba-tiba tertawa kecil. Detik itu juga, Amanda Mu seperti mendapatkan pencerahan dan tiba-tiba tersadar akan sesuatu.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu